Kamis, 03 Januari 2013

Biografi - Jonathan Edwards

Bagikan Artikel Ini :
Jonathan Edwards (5 Oktober 1703 -22 Maret 1758) adalah seorang pendeta kolonial American Congregational (Jemaat Amerika), teolog, dan misionaris untuk penduduk asli Amerika. Edwards, dikenal luas sebagai seorang teolog Amerika yang terpenting dan memiliki filosofi yang murni. Ia dikenal sebagai salah satu teolog dan tokoh kebangunan Amerika yang terhebat dan terbesar. Ruang lingkup karyanya mencakup area yang sangat luas, meskipun ia sering dikaitkan sebagai pendukung teologi Calvinis, metafisika teologi determinisme, dan warisan Puritan.
Khotbahnya yang menyala-nyala, "Sinners in the hands of an angry God," menekankan murka Allah atas dosa dan mempertentangkannya dengan anugerah keselamatan Allah; intensitas khotbahnya terkadang mengakibatkan beberapa pendengarnya lemas, pingsan, dan reaksi-reaksi menonjol lainnya. Hal-hal tersebut membuatnya terjebak pada kontroversi "efek tubuh" akan hadirnya Roh Kudus. 

MASA MUDA
Jonathan Edwards dilahirkan pada 5 Oktober 1703 sebagai anak dari Timothy Edwards (1668 - 1759), seorang pendeta di East Windsor, Connecticut (sekarang South Windsor), yang berupaya menambah penghasilannya dengan menjadi tutor (pengajar) mahasiswa. Ketika berusia sepuluh tahun, dia menulis sebuah traktat semihumor tentang tidak pentingnya jiwa. Dia memiliki ketertarikan pada ilmu alam dan pada saat berusia sebelas tahun, dia menulis suatu esai yang mengagumkan tentang kehidupan "laba-laba terbang".
Pada tahun 1716, ia melanjutkan studinya di Yale College sebelum genap berusia tiga belas tahun. Tahun berikutnya, ia mempelajari tulisan John Locke yang berjudul "Essay Concerning Human Understanding" yang sangat memengaruhinya. Selama kuliah, ia menyimpan buku-buku catatan yang diberi nama "The Mind", "Natural Science" (berisi sebuah diskusi mengenai teori atom), "The Scriptures", dan "Miscellanies" yang berisi rencana besar untuk sebuah karya dalam bidang filosofi alam dan jiwa, dan merumuskan aturannya sendiri pada rencananya tersebut.
Edwards masih harus menempuh dua tahun masa pendidikan lagi untuk mempelajari teologi di New Haven. Ia baru ditahbiskan sebagai seorang pendeta pada tanggal 15 Februari 1727. Kala itu, ia ditahbiskan sebagai pendeta Northampton, sekaligus menjadi asisten kakeknya, Solomon Stoddard. Pada tahun 1727 pulalah ia menikah dengan Sarah Pierpont. 

KEBANGUNAN BESAR
Tahun 1731, Edwards menyampaikan khotbah "Public Lecture" di Boston, yang kemudian diterbitkan dengan judul "God Glorified -- in Man`s Dependence". Khotbah ini merupakan kritik pertamanya terhadap Arminianisme.
Kebangunan rohani mulai terjadi di Northampton pada 1733 dan terus berlanjut pada musim dingin 1734 dan musim semi berikutnya, sampai-sampai mengancam jalannya bisnis di kota itu. Selama enam bulan, hampir tiga ratus orang menghadiri ibadah di gereja. Kebangunan rohani itu memberi Edwards kesempatan untuk mempelajari proses pertobatan dalam berbagai tahap dan jenis, dan ia mencatat pengamatannya itu dengan ketelitian dan diskriminasi psikologis dalam "A Faithful Narrative of the Surprising Work of God in the Conversion of Many Hundred Souls in Northampton" (1737).
Pada musim semi 1735, kebangunan rohani itu mulai reda dan mulai muncul reaksi. Namun hal itu hanya berlangsung sesaat, dan kebangunan Northampton yang telah tersebar ke lembah Connecticut dan gaungnya menggema hingga ke Inggris dan Skotlandia, berlangsung dari 1739 -- 1740, diikuti oleh Kebangunan Besar (Great Awakening) yang sebenarnya di bawah kepemimpinan Edwards. Pada saat itulah Edwards berkenalan dengan George Whitefield dan menyampaikan khotbahnya yang paling terkenal, "Sinners in the Hands of an Angry God", di Enfield, Connecticut pada tahun 1741. Khotbah ini terkenal sebagai salah satu contoh terbesar dari gaya khotbah yang "menyala-nyala".
Kebangunan tersebut tidak mendapat simpati dari para pemimpin ortodoks. Sehingga pada tahun 1741, Edwards menerbitkan pembelaannya, "The Distinguishing Marks of a Work of the Spirit of God" yang pada khususnya berkaitan dengan fenomena yang paling dikritik; pingsan, tangisan, dan tertawa terbahak-bahak. "Efek tubuh," itu tegasnya, tidak bertentangan dengan karya Roh Kudus; namun merupakan ekspresi menentang kebangkitan yang terjadi di gereja-gereja Puritan yang lebih ketat. Akibatnya, pada tahun 1742 ia terpaksa menulis pembelaannya yang kedua dalam "Thoughts on the Revival in New England", tulisan yang sangat berpengaruh bagi meningkatnya keadaan moral di negara ini. Dalam tulisan itu, ia sekali lagi menekankan bahwa efek tubuh itu sama sekali tidak salah dan pentingnya khotbah yang ditujukan untuk menyebarkan teror jika memang itu diperlukan, khususnya bagi anak-anak, yang di mata Tuhan bisa menjadi ular berbisa jika mereka bukanlah pengkiut Kristus.
Namun begitu, anggapan para penggerak Kebangunan Besar (Great Awakening) yang menganggap bahwa "efek tubuh" itu adalah ujian yang sebenarnya dari pertobatan, tersebar secara luas. Untuk mengimbangi keadaan itu, Edwards berkhotbah di Northampton, selama tahun 1742 dan 1743, serangkaian khotbahnya diterbitkan dengan judul Religious Affections (1746), suatu pernyataan ulang tentang cita-citanya yang bersifat lebih filosofis dan umum mengenai "ciri khas" ("distinguishing marks"). Tahun 1747, ia bergabung dengan pergerakan yang dimulai di Skotlandia yang disebut "konser doa", dan di tahun yang sama menerbitkan "An Humble Attempt to Promote Explicit Agreement dan Visible Union of God`s People in Extraordinary Prayer for the Revival of Religion and the Advancement of Christ`s Kingdom on Earth". Tahun 1749, ia menerbitkan biografi David Brainerd yang telah tinggal bersama keluarganya selama beberapa bulan dan meninggal di Northhampton di tahun 1747. 

ILMU DAN ESTETIKA
Edwards sangat mengagumi penemuan-penemuan Isaac Newton dan ilmuwan-ilmuwan lain pada saat itu. Sebelum terjun dalam pelayanan penuh waktu di Northampton, dia menulis berbagai topik tentang filsafat alam, termasuk "laba-laba terbang", cahaya, dan benda-benda optik. Saat dia mengkhawatirkan materialisme dan iman karena beberapa alasannya pada saat itu, dia melihat hukum alam yang Tuhan berikan dan yang menunjukkan hikmat dan kepedulian. Sejak saat itulah, para ilmuwan tidak menggoyahkan imannya dan baginya tidak ada konflik yang saling berkaitan antara rohani dan materi.
Dia juga menulis khotbah-khotbah dan traktat-traktat (artikel-artikel) teologia yang menekankan kemuliaan Allah dan peranan estetika dalam kehidupan rohani, di mana ia mengantisipasi estetika teologis abad dua puluh ini yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh seperti Hans Urs von Balthasar. 

MASA TUA
Tahun 1748, terjadi krisis hubungan antara dirinya dengan jemaatnya. The Half-Way Covenant, yang diterima oleh sinode 1657 dan 1662, membuat baptisan, dan bukan keikutsertaan dalam sakramen Perjamuan Kudus, sebagai satu-satunya syarat keanggotaan jemaat. Kakek Edwards dan para pendeta pendahulunya, Solomon Stoddard yang bahkan lebih liberal lagi, percaya bahwa perjamuan itu merupakan suatu peraturan untuk masuk agama lain dan baptisan merupakan hak yang umum bagi seluruh anggota gereja. Di awal tahun 1744, Edwards dalam khotbahnya yang berjudul "Religious Affections", dengan jelas mengisyaratkan ketidaksukaannya pada praktik ini.
Khotbah Edwards menjadi tidak disukai. Selama empat tahun, tidak ada yang mau masuk ke gerejanya. Namun, pada saat ada yang mau masuk ke gerejanya, pada tahun 1748, orang itu akan bertemu dengan ujian formal, tetapi lembut dan halus yang diadakan oleh Edwards, seperti yang diungkapkan dalam "The Distinguishing Marks dan dalam Qualifications for Full Communion" (1749).
Pada tahun 1757, saat Rev. Aaron Burr meninggal, Edwards terpaksa menjabat sebagai Presiden College of New Jersey (kini Princeton University). Aaron sendiri merupakan menantunya yang menikahi Esther, putrinya lima tahun sebelumnya. Edwards dilantik pada 16 Februari 1758.
Hampir sesaat setelah menjadi presiden, dia disuntik cacar, yang saat itu mewabah di Princeton, New Jersey. Ia tidak pernah sehat dan meninggal karena suntikan itu pada 22 Maret 1758. Ia dimakamkan di Princeton Cemetery. Edwards memunyai 3 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. (t/Ratri) 


TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN NYA SEMOGA KITA SEMUA MENDAPATKAN MANFAAT DARI ARTIKEL INI, HIDUP INI HARUS MEMBERIKAN DAMPAK MINIMAL DIDALAM SEKUP TERKECIL YAITU KELUARGA, DAMPAK APA YANG SUDAH KITA BERIKAN SELAMA KITA HIDUP ? ALANGKAH INDAHNYA SAAT KITA MENINGGAL DUNIA NANTI PENGARUH YANG YANG KITA TINGGALKAN BERBAU HARUM BAGI KELUARGA & LINGKUNGAN.

ARTIKEL TERKAIT :

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar