Sungguh sulit masuk di akal ketika menemukan pejabat publik
pada era sekarang bergelimang mobil mewah. Lihatlah parkiran gedung rakyat,
gedung DPR/MPR yang seperti showroom mobil mewah. Sungguh ironis pula jika
menemukan monil dinas pejabat masuk sembarangan ke jalur publik, jalur bus
Transjakarta.
Kenyataan-kenyataan tersebut ironis karena sebenarnya ada contoh keteladanan bagaimana menggunakan fasilitas negara seperti yang dipertontonkan oleh proklamator Bung Hatta.
Kisah tentang Bung Hatta dan mobil dinasnya ini diceritakan oleh pengusaha Hasjim Ning dalam otobiografinya karangan AA Navis. Hasjim Ning juga merupakan keponakan Bung Hatta.
Hasjim Ning bercerita tentang Bung Hatta yang dikenal sebagai pemimpin berjiwa bersih, jujur, dan sederhana. Cerita ini terjadi pada awal tahun 1950, saat itu Indonesia dalam bentuk Republik Indonesia Serikat, disingkat RIS, negara federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar.
Bung Hatta bertindak sebagai perdana menteri sementara Presiden adalah Bung Karno. Pada suatu hari, Bung Hatta kangen dengan ibundanya yang sudah lama tidak ditemui. Hasjim Ning diminta Bung Hatta untuk menjemput ibundanya, Ibu Saleha atau dipanggil Hasjim dengan sebutan Mak Tuo ke Sumedang, Jawa Barat.
Dalam pikiran Hasjim Ning, seharusnya Bung Hatta sebagai anak yang datang menjemput ibunya. Sebagai perdana menteri, hal itu akan baik bagi pamor Bung Hatta. Terutama apabila dalam kunjungan turut disertakan para wartawan. Dalam pikiran Hasjim Ning juga, Ibu Saleha akan sangat bahagia apabila mendapat kunjungan dari anaknya yang menjabat perdana menteri.
Namun, Hasjim tidak bisa menyampaikan pikirannya itu kepada Bung Hatta. "Sebab aku maklum, apabila Bung Hatta telah berkata, kata-katanya itu sudah ia pikirkan dengan seksama. Maka ia tidak akan mengubahnya," demikian Hasjim Ning.
Namun, Hasjim mengusulkan agar Mak Tuo dijemput dengan mobil Bung Hatta sendiri. Maksud Hasjim, biar Mak Tuo senang dan bangga.
Apa jawaban Bung Hatta? "Tidak bisa. Pakai saja mobil Hasjim," kata Bung Hatta. Menurut Hasjim, apa salahnya ibunda seorang perdana menteri naik mobil anak kandungnya? Siapa tidak akan setuju? Rakyat juga akan menerima dengan wajar karena menghormati pemimpinnya.
Alasan Bung Hatta menunjukkan betapa bersih dan jujur jiwanya. "Mobil itu bukan kepunyaanku. Mobil itu milik negara," kata Bung Hatta.
Begitulah Bung Hatta, sosok yang selalu merasa bersalah jika menyalahgunakan wewenang dan fasilitas negara yang diberikan kepadanya. Dia tidak mau fasilitas negara digunakan untuk kepentingan pribadi.
Mari berpikir, adakah pejabat kita sekarang seperti Bung Hatta? Yang sering kita temui adalah tipikal pejabat yang minta fasilitas paling eksklusif untuk keluarga dan kerabatnya. Mereka melakukannya tanpa rasa malu!
sumber:http://www.merdeka.com/peristiwa/bung-hatta-jemput-ibunda-pun-tak-bersedia-pakai-mobil-dinas-teladan-kesederhanaan-8.html
TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA...JANGAN LUPA UNTUK SELALU BERKUNJUNG KEMBALI...KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUA.
SELURUH ISI DARI BLOG INI BOLEH DI COPY-PASTE/DISEBARLUASKAN DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN LINK SUMBER DARI BLOG INI. THANKS... !