Dari judul di atas, Anda mungkin
menduga bahwa Kota Denver yang terletak di Colorado, Amerika Serikat (AS)
adalah kota dengan hawa panas yang menyengat. Jika Anda pernah menyambangi kota
tersebut, Anda tahu bahwa istilah ‘panas’ tidak merujuk pada kondisi geografis
kota yang cenderung dingin dan bersalju itu, melainkan lebih kepada perilaku
warganya yang gemar mengusung pola hidup free sex.
Situs Forbes menempatkan Kota Denver
di posisi jawara, sebagai kota yang paling berdosa berdasarkan kategori hawa
nafsu seksual, berdasarkan riset AC Nielsen. Yakni, hasil penjualan alat
kontrasepsi kondom di kota ini mencapai 189%. Dan sekaligus membawa Kota Denver
menggungguli Kota Seattle, Washington DC, dan Salt Lake City, dan lain-lain
dalam hal melakukan aktivitas seksual.
Meski hasil penjualan kondom tidak
dapat dijadikan ukuran yang tepat mengenai hasrat seksual—khususnya jika dikaitkan
dengan mereka yang sudah memiliki pasangan tetap—tapi angka penjualan tersebut
bisa memberikan sedikit gambaran mengenai aktivitas seksual warga masing-masing
kota.
Menurut Dr Kees Rietmeijer, direktur
Sexually Transmitted Diseases Control Program di Departemen Kesehatan
Masyarakat, Denver, tingginya angka penjualan kondom di kota itu dibandingkan
wilayah lainnya, dipengaruhi oleh tingginya kesadaran mayoritas warga—yakni
kaum profesional muda—untuk menerapkan pola safe sex.
Apalagi, sejak pertengahan tahun
1990-an, Departemen Kesehatan setempat dengan gencar melakukan kampanye safe
sex, “Saya senang dengan predikat Kota Denver sebagai ‘ibukota kondom’ di
AS,” kelakar Rietmeijer, “Kami telah melakukan pelbagai kampanye untuk mendidik
masyarakat mengenai pentingnya menghindari kehamilan di luar nikah dan penyakit
seksual menular, dengan mengenakan alat pelindung selama berhubungan,”
paparnya.
Tak dapat dipungkiri, seksualitas
telah sedemikian merasuki budaya pop di AS, melalui tayangan televisi, internet,
lirik lagu, dan film. Menurut Ane Semans, marketing director Babeland,
sebuah ritel khusus orang dewasa, salah satu episode dari serial Sex and the
City di tahun 1998, menyayangkan adegan salah satu tokohnya yang terobsesi
dengan alat vibrator. Ini rupanya memicu penjualan alat-alat seks lainnya di
ritel tersebut.
Di lain pihak, kegandrungan
masyarakat AS akan seksualitas ini ternyata menimbulkan dampak maraknya
penularan penyakit kelamin, “Tingkat kesadaran sebagian besar warga AS masih
mengenai bahaya penyakit seksual masih sangat rendah,” keluh Dr Michael Reece,
prihatin. Direktur Center for Sexual Health Promotion dari Universitas
Indiana ini, mengkhawatirkan tingginya kasus penyakit HPV dan chalamydia yang
naik dari 50,8 kasus hingga 347,8 kasus per 100.000 orang, dari tahun 1987
hingga tahun 2006.
“AS telah tiba pada suatu masa di
mana di mana masyarakatnya dibombardir dengan pelbagai pesan bahwa tidak
apa-apa berhubungan seksual. Sayangnya, kita gagal mendidik masyarakat untuk
bertahan menghadapi ‘serangan’ itu,” aku Reece yang merujuk pada minimnya
pelajar AS menerima pendidikan mengenai seksualitas dan pengetahuan dasar
mengenai alat reproduksi mereka.
(
Indonesia saat ini sedang memasuki era "panas" dengan para ABG yang
begitu liar dengan gaya berpakaian & pergaulan. free sex bukanlah menjadi hal yang
aneh bagi kalangan pelajar mulai dari smp, smu dan perkuliahan. Nonton
film bertema bokep merupakan salah satu hobi yang paling dicari oleh
para pelajar dan kaum muda di Indonesia...wow luar biasa ! )
TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA. JANGAN LUPA UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUANYA.
SELURUH ISI DARI BLOG INI BOLEH DI COPY-PASTE/DISEBARLUASKAN DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN SUMBER LINK DARI BLOG INI. THANKS...!