Biografi Andrew Murray - KARYA: ANDREW MURRAY (1828 -- 1917) Pendeta, Tokoh Gereja, Penulis,
dan Pengajar
Andrew Murray merupakan
anak kedua dari Andrew Murray Sr. (1794 -- 1866), seorang misionaris Gereja
Reformasi Belanda yang dikirim dari Skotlandia ke Afrika Selatan. Andrew
Murray lahir pada 9 Mei 1828 di Graaff Reinet, Afrika Selatan. Ibunya memiliki
koneksi dengan kaum Huguenot Perancis dan Lutheran Jerman. Pada tahun 1838, saat
Murray berusia 10 tahun, ia dan saudaranya, John, pergiuntuk belajar di
Skotlandia. Mereka pergi naik kereta bersama paman mereka, Pendeta John Murray. Pada
musim semi tahun 1840, seorang revivalis, William C.Burns, datang dan
berbicara di Aberdeen, Skotlandia. Burns memberikan kesan yang mendalam pada diri
Andrew.
Ia tinggal di rumah pamannya dan mereka menghabiskan malam yang panjang untuk
berbagi tentang pekerjaan Allah. Burns telah berperan dalam kebangunan rohani
besar di Kilsyth pada tahun 1839. Hatinya selalu sedih melihat orang-orang yang
terhilang, dan ia akan menangis dan berdoa selama berjam-jam untuk
keselamatan mereka. Dengan rasa kagum, Andrew akan mendengarkan saat Burns berkhotbah,
dan ia melihat figur seperti itulah yang dia rindukan. Andrew dan John menempuh
pendidikan di Marischal College dan lulus pada tahun 1844. Dari sana, mereka berdua
pergi ke University of Utrecht dan belajar teologi di sana. Dua bersaudara ini
menjadi anggota Het Rveil, sebuah gerakan kebangunan rohani yang menentang
rasionalisme, yang pada saat itu lazim di Belanda. Kedua bersaudara itu
ditahbiskan oleh Komite Hague dari Gereja Reformasi Belanda pada tanggal 9 Mei 1848, dan
kembali ke Cape Town.
Murray menikahi Emma
Rutherford di Cape Town, Afrika Selatan, pada tanggal 2 Juli 1856. Mereka
memiliki delapan anak, empat laki-laki dan empat perempuan.
Andrew menggembalakan
gereja di Bloemfontein, Worcester, Cape Town, dan
Wellington, semuanya di
Afrika Selatan. Dia adalah seorang pejuang dalam
kebangunan rohani Afrika
Selatan tahun 1860.
Kehidupan Murray adalah
berkhotbah dan mengajar. Tetapi kemudian, tragedi
menghantam. Pada tahun
1879, ia sakit dan itu berdampak pada tenggorokannya. Ia kehilangan suaranya dan
memulai "tahun sunyi" selama dua tahun. Tahun-tahun ini membentuk Murray dalam
cara yang baru. Dia menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Dia merendahkan hatinya
sepenuhnya dan mengasihi Allah serta sesama. Dia bertemu dengan Otto Stockmayer
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang teologi penyembuhan. Pada
tahun 1881, ia pergi ke London menuju Bethshan, sebuah rumah pengobatan berdasar
iman yang dirintis oleh W. E. Boardman. Di Bethsan, Murray benar-benar
mendapat kesembuhan total dan tidak pernah punya masalah dengan tenggorokannya
lagi. Sejak saat itu, ia tahu bahwa karunia Allah adalah juga bagi orang-orang
percaya saat ini, dan ia mengajarkan dan menulis tentang hal itu. Pada tahun 1882,
ia menghadiri Konvensi Keswick. Konvensi ini menekankan tema
"kekudusan" dan "kehidupan yang lebih dalam". Akhirnya,
pada tahun 1895, ia menjadi
pembicara utama. Selama hidupnya, Murray
menulis lebih dari 240 buku, semuanya dituliskan oleh istrinya, Emma, atau oleh
putrinya karena ketidakmampuannya untuk menulis dengan
jelas.
Metode kerjanya selama
tahun-tahun terakhir hidupnya digambarkan oleh putrinya dengan: "Dia duduk
dengan sangat tegak di kursi kerjanya dan mendikte dengan suara yang keras dan
jelas, seolah-olah benar-benar ada audiensinya. Jam kerjanya biasanya dari 9
atau 10 sampai 11 di pagi hari. Selama waktu itu, dua atau tiga bab buku akan
diselesaikan. Dia sangat teliti terhadap tanda baca, dan selalu berkata, `Paragraf
baru,` sembari menunjuk cukup lama pada bagian kertas tempat paragraf baru
harus dimulai, `titik`, `koma`, `titik dua`, `titik koma` untuk menambahkan
penekanan yang ia rasa diperlukan. Seandainya sekretarisnya melakukan beberapa
kesalahan atau salah ketik, ia akan membuat beberapa komentar lucu seperti, `Kamu harus
kembali ke taman kanak-kanak.
Pada pukul 11:00, ia akan berkata, `Sekarang,
beri aku waktu istirahat sepuluh menit; atau sekarang, mari kita menulis
beberapa surat untuk perubahan.` Setelah itu, setengah lusin surat akan segera
didiktekan, untuk menjawab permohonan doa untuk kesembuhan, untuk pertobatan dari
hubungan yang belum bertobat, untuk kelepasan teman-teman dari kecanduan minuman
keras, atau mungkin surat-surat bisnis. Dia selalu mendikte dengan nada
suara yang penuh kesungguhan, dan juga berharap mendapatkan banyak hal pada setiap
halaman. `Menulislah lebih dekat, lebih dekat lagi,` kata yang sering diulangnya.
Menjelang akhir halaman folio, ia akan berkata, `Sekarang empat baris
terakhir untuk doa,` kemudian ia akan melipat tangan, menutup matanya, dan
benar-benar berdoa untuk mengakhiri perenungan tertulis itu."
Andrew Murray banyak
dikenal sebagai pencetus doa yang luar biasa. Banyak orang menganggap bukunya yang
berjudul "With Christ in the School of Prayer" (Bersama Kristus dalam Sekolah
Doa) sebagai buku terbaik yang berbicara mengenai doa. Berikut ini adalah
pemikiran Murray tentang doa:
Kepastian Jawaban Doa
Menurut Murray, doa
terdiri atas dua bagian, memiliki dua sisi, sisi manusia dan sisi ilahi. Sisi manusia
adalah permintaannya, dan sisi ilahinya adalah
pemberiannya. Atau, untuk
melihat keduanya dari sisi manusia, ada permintaan dan ada penerimaan -- dua
bagian yang membentuk keseluruhan. Seolah-olah, Dia hendak memberi tahu bahwa kita
tidak boleh beristirahat sebelum ada jawaban karena itu adalah kehendak Allah,
aturan dalam keluarga Bapa: setiap permohonan yang dinaikkan dengan percaya
seperti anak-anak akan dikabulkan. Jika jawaban doa tidak datang, kita tidak
boleh duduk dalam kemalasan, yang menyebut dirinya sendiri dengan
"pengunduran diri", dan beranggapan bahwa bukanlah kehendak Allah untuk menjawab doa.
Tidak; haruslah ada sesuatu di dalam doa, yang bukan menjadi milik Allah, seperti anak
kecil dan percaya; kita harus mencari anugerah untuk berdoa agar doa itu
dijawab. Jauh lebih mudah bagi tubuh untuk tunduk tanpa jawaban doa daripada
menyerahkan dirinya sendiri untuk diselidiki dan dimurnikan oleh Roh, sampai tubuh
tersebut telah belajar berdoa dalam iman. Ini merupakan salah satu tanda
mengerikan dari keadaan hidup Kristen yang sakit hari-hari ini, bahwa ada begitu banyak
orang yang beristirahat dalam kepuasan tanpa pernah mengalami jawaban doa
yang berbeda.
Kuasa yang Muncul Melalui
Doa
Bagi orang Kristen yang
tidak sepenuhnya tinggal di dalam Yesus, kesulitan yang dihadapi berkaitan dengan
doa sering kali begitu besar, seolah hendak merampas dia dari kenyamanan dan
kekuatan yang bisa dihasilkan oleh doa itu. Di bawah kedok kerendahan hati, ia
bertanya bagaimana seseorang yang begitu tidak layak dapat berharap memiliki
pengaruh terhadap Yang Kudus. Ia berpikir tentang kedaulatan Allah,
kebijaksanaan, dan kasih-Nya yang sempurna, tetapi tidak bisa melihat bagaimana doanya
benar-benar dapat memiliki efek yang berbeda. Ia berdoa, tetapi lebih
karena ia tidak bisa tidur tanpa berdoa, daripada berdoa karena iman yang penuh
kasih, yang percaya bahwa doa akan didengar. Tetapi, dari berbagai pertanyaan dan
kebingungan semacam itu, betapa besarnya berkat yang diberikan kepada jiwa
yang benar-benar tinggal di dalam Kristus! Dia semakin menyadari bagaimana
rasanya berada dalam kesatuan roh dengan Kristus sehingga kita diterima dan
didengar. Penyatuan dengan Anak Allah merupakan kesatuan hidup: kita berada dalam
kesatuan yang dalam dengan-Nya -- doa kita naik sebagai doa-Nya. Hal ini karena
kita tinggal di dalam Dia sehingga kita bisa meminta apa yang kita inginkan, dan
itu akan dikabulkan.
Syarat Utama Doa yang
Dijawab
Dalam pendahuluan yang ia
tulis untuk bukunya yang berjudul "Ministry of
Intercession"
(Pelayanan Doa Syafaat), Murray menunjukkan bahwa ia menulis buku "With Christ in the
School of Prayer" untuk membuat dua poin: (1) Bahwa Allah mau menjawab doa-doa
kita, (2) Bahwa jawaban-jawaban doa itu bergantung pada syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhi. Selama bertahun-tahun, Murray diyakinkan bahwa
kehidupan yang benar-benar kudus adalah syarat UTAMANYA.
Andrew Murray meninggal
pada tanggal 18 Januari 1917, empat bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-89.
Selama bertahun-tahun, dia memengaruhi banyak orang, termasuk Jessie
Penn-Lewis, tokoh penting dalam kebangunan rohani Welsh tahun 1904 -- 1905. (t/Berlin
B.)
sumber:http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/131/