Mikroba bermanfaat dalam dunia
kuliner. Makanan-makanan lezat seperti keju, yogurt, tape, dan tempe
membutuhkan yeast (sejenis jamur fermentasi) dalam proses pembuatannya.
Makanan-makanan ini terkenal lezat dan sehat bagi tubuh manusia, karena itu
banyak orang yang menyukainya.
Mikroba juga bisa ditemui di dalam tubuh manusia. Ada ratusan jenis mikrobioma (mikroba dalam tubuh) yang hidup di tubuh kita, tersembunyi di dalam saluran pencernaan atau di kulit. Meskipun tidak terlihat dari luar, sebenarnya mikrobioma ini menyumbang sekitar 7 ons dari keseluruhan berat tubuh kita. Mikrobioma berupa bakteri, jamur, dan arkea yang berperan besar dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Lactobacillus misalnya, sangat berguna untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan manusia.
Tetapi jika keju dan yogurt yang berbau tajam dianggap lezat, mikroba yang menyebabkan bau di kaki, lipatan ketiak, atau mulut justru dianggap menjijikkan. Padahal keduanya sama-sama bermanfaat besar bagi manusia dan mempunyai banyak kemiripan pula.
Berangkat dari pemikiran itu seorang ilmuwan bernama Christina Agapakis bekerjasama dengan Prof. Sissel Tolaas untuk membuat sebuah proyek biologi sintetis yang diberi nama Selfmade. Tim ilmuwan ini mencoba membuat 11 macam keju yang dibuat bukan dari ragi biasa, tetapi ragi yang dikumpulkan dari kotoran di tubuh manusia. Ragi tersebut dikembangbiakkan dari mikroba di air mata, kotoran di hidung, sela-sela jari kaki, ketiak, dan terutama kotoran hidung. Seperti inilah bentuknya saat diletakkan di cawan petri.
"Kami ingin orang memikirkan
tubuh dan mikroba dengan cara yang baru, menyadari bagaimana konteks yang
berbeda dapat merubah pemahaman dan emosi kita terhadap bakteri secara
signifikan," jelas Agapakis seperti dikutip Fast Company.
Agapakis dan timnya mengambil sampel dari beberapa orang. Sudah ada beberapa relawan yang bersedia 'menyumbangkan' kotoran tubuh mereka untuk dijadikan bahan kultur pengembangbiakan ragi. Michael Pollan, seorang penulis dan dosen yang cukup dihormati memberikan kotoran di pusarnya untuk dijadikan keju. Ahli mikrobiologi Ben Wolfe memberikan kotoran di jari-jarinya, sementara Agapakis menyumbang bakteri di mulutnya.
Seperti inilah keju yang dihasilkan
dari mikroba di tubuh Michael Pollan.
Sementara keju yang terbuat dari
bakteri di jari kaki Ben Wolfe berbentuk seperti ini.
Karena tipe mikroba dalam tubuh
setiap orang berbeda, jika dijadikan ragi akan menghasilkan makanan dengan
aroma dan tekstur yang berbeda pula. Hasil akhirnya adalah keju-keju yang
bersifat personal, makanan yang dibuat dengan mengambil intisari seseorang.
Agapakis sendiri menyebutnya 'sketsa mikrobial' dalam bentuk keju. Dilaporkan
Live Science aromanya cenderung menyerupai aroma tubuh alami tubuh si pemilik.
Mungkin bagi sebagian besar orang keju ini terdengar menjijikkan. Anda sendiri mungkin keberatan jika diminta untuk mencobanya. Untungya keju ini memang tidak ditujukan untuk konsumsi manusia. Keju-keju Selfmade hanya dipertontonkan di Science Gallery, Dublin.
"Ini bukanlah keju untuk
dimakan, tetapi untuk dipikirkan," kata Agapakis. Agapakis menambahkan
seperti dikutip CBS News, "Tadinya orang-orang cenderung khawatir, merasa
tidak nyaman, dan menunjukkan wajah jijik. Kemudian mereka mencium keju tersebut
dan menyadari kalau baunya sama saja seperti keju biasa."
Ketika ditanya apakah ia dan timnya berniat untuk mengkomersialisasi keju
Selfmade ini, Agapakis mengaku tidak punya niat ke arah sana. Tetapi jika tisu
bekas pakai Scarlett Johansson saja bisa dijual dengan harga mahal di Ebay,
bukan tidak mungkin kalau sebentar lagi akan muncul produk keju dari bakteri di
mulut Angelina Jolie atau keju dari bakteri di ketiak Miley Cyrus.
sumber:http://www.merdeka.com/gaya/jijik-keju-keju-ini-dibuat-dari-kotoran-di-pusar-manusia.html