Pastor
Charlie Burrows, penasihat sipiritual yang mendampingi terpidana mati asal
Brasil, Rodrigo Gularte, menceritakan detik-detik eksekusi yang dilaksanakan di
Lapangan Limus Buntu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Rabu
(29/4/2015) dini hari. Cerita itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan
radio ABC Australia.
Dalam
eksekusi tersebut, Charlie bukan satu-satunya penasihat spiritual para
terpidana mati. Di bawah naungan sebuah tenda yang dibangun di dekat lapangan
Limus Buntu, sudah berkumpul sejumlah penasihat spiritual lainnya, juga para
kerabat terpidana mati lainnya.
Setelah
itu, Charlie jadi saksi serentetan peristiwa yang tidak mungkin ia lupakan
sepanjang hidupnya. Berikut ini adalah kejadian-kejadian yang dialami Pastor
Charlie di "lapangan kematian" tersebut.
Tangan para terpidana mati diborgol di depan
Pastor Charlie mengatakan, kedelapan terpidana mati diborgol
tangannya di bagian depan tubuh. Dengan cara demikian, mereka bisa bersalaman
dengan para sipir penjara yang berkumpul di luar penjara untuk mengantar
kepergian mereka.
Semua menolak memakai penutup mata
Kedelapan terpidana mati menolak mengenakan penutup mata,
demikian diungkap Pastor Charlie. Tanpa penutup mata, mereka bisa melihat para
anggota regu tembak yang mengarahkan moncong senjata ke arah mereka.
Namun, menurut Pastor Charlie, malam teramat gelap. Jadi,
para terpidana mati tidak bisa melihat jelas wajah para penembak.
"Mereka mungkin hanya bisa samar-samar melihat para
penembak, malam itu gelap sekali," kata Charlie.
Eksekusi hanya diterangi dengan cahaya senter
Pastor Charlie mengatakan, eksekusi dilakukan hanya dengan
penerangan senter saja. Cahaya senter diarahkan ke tubuh para terpidana mati
sebagai panduan agar regu tembak bisa membidik tepat sasaran.
"Mereka hanya menerangi para terpidana mati dengan
senter, dan ketika kami hendak menghampiri mereka (setelah eksekusi dilakukan)
kami tersandung bebatuan karena keadaan yang gelap gulita," terang Pastor
Charlie.
Sebelum senapan regu tembak menyalak, mereka
bernyanyi
Charlie mengatakan, semua orang yang ada di bawah tenda
mendengar para terpidana mati menyanyi. Hanya berselang beberapa detik,
nyanyian mereka terhenti menyusul terdengarnya letusan-letusan senjata.
Setelah itu, tidak terdengar letusan senjata susulan. Ini menandakan
bahwa tidak ada satupun terpidana mati yang perlu ditembak di bagian kepala
untuk memastikan kematiannya. (Reuters)
sumber:http://www.suara.com/news/2015/04/30/111624/detik-detik-eksekusi-mati-para-terpidana-nyanyikan-lagu-page-5