kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWmXzbd7j1CCecoII1Um5CKCUAfJ9PN5bX6V8cXTt9Q7k43yi17UBHLM82jHU88vjJx3HhYFY7Zzm4hOordh5mwKiuuUGWwzlPbuiRXVCl38buZEW-I_j7uE00OaiA8MKJO8SBm7ugeBM/s200/images.jpeg)
Kesetiaan, dalam bahasa Ibrani berarti sesuatu yang kokoh, teguh,
pasti, dapat diandalkan. Itulah sebabnya, pemazmur menggambarkan
kesetiaan Allah sebagai perisai dan pagar tembok, perlindungan yang
tahan guncangan, sanggup menangkis berbagai serangan, dan mampu
meluputkannya dari ancaman bahaya (ayat 4). Dalam perlindungan kesetiaan
Allah, ia menemukan rasa aman yang sejati: bahwa Dia tidak berubah dan
janji pemeliharaan-Nya dapat dipercaya (ayat 1-2, 9-11). Kesetiaan
adalah karakter Allah sendiri yang terus-menerus menopang alam semesta
Bukan hanya Allah itu setia, Dia juga berkenan menjadikan kita
orang-orang yang memiliki kesetiaan (Galatia 5:22). Sudahkah buah Roh
Kudus ini kita miliki? Dia ingin kita mencerminkan kesetiaan-Nya.
Sebagai orang percaya, kita digambarkan sebagai mempelai perempuan
Kristus, dan Kristus adalah mempelai laki-laki yang setia. Makin teguh
pengertian kita akan kesetiaan-Nya, makin kuat motivasi kita untuk setia
baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama. --ARS