Biografi George Müller - Sejarah gereja modern mencatat nama George Müller sebagai
tokoh iman yang luar biasa. Melalui hidupnya, karya dan kuasa Tuhan dinyatakan.
Pada zamannya, pada abad ke-19, persoalan anak-anak yatim piatu merupakan
masalah sosial yang serius di Inggris. Müller memulai karyanya pada April 1836,
pada usianya yang ke-30. Ketika itu Müller mulai membangun panti asuhan bagi 30
anak yatim piatu.
Tanpa dukungan dana yang tetap, panti asuhan kecil di kota
Bristol ini mengundang perhatian banyak orang untuk melihat apakah Tuhan akan
membiayai proyek ini. Apa yang terjadi?
Layak ditorehkan dengan tinta emas, selama hidupnya,
Müller mendirikan 117 sekolah yang mendidik lebih dari 120.000 anak muda dan
yatim piatu. Dan ia tidak menganggap semua ini luar biasa, tetapi semua itu karena
ia menerapkan prinsip-prinsip Alkitab. Ia menjadi gembala di Bethesda Chapel di
Bristol. Gereja itu memunyai sekitar 2.000 jemaat saat dia meninggal.
Müller lahir pada 27 September 1805 di Kroppenstedt,
sebuah desa dekat Halberstadt di Kerajaan Prussia (sekarang Jerman). Pada masa
mudanya, ia dikenal sebagai anak nakal, suka pesta pora, mabuk-mabukan,
berjudi, mencuri, dan menipu. Ketika ibunya sedang dalam perjuangan antara
hidup dan mati, Müller -- saat itu 14 tahun -- sedang bermain kartu sambil bermabuk-mabukan
bersama teman-temannya. Dalam bukunya, "Kisah tentang karya Allah dalam
kehidupan George Müller", ia menggambarkan hidupnya sebelum bertobat
sebagai "cabul dan jahat".
Pertobatan Müller terjadi saat ia berusia 20 tahun,
sewaktu ia masih kuliah di Universitas Halle. Di Halle, ia belajar teologi di
bawah bimbingan Friedrich Tholuck, dan lulus dengan prestasi yang baik dan pada
kemudian hari sanggup berkhotbah dalam tujuh bahasa. Ia juga mengerti dua atau
tiga bahasa Timur. Empat tahun setelah pertobatannya, ketika ia berada di Devon
selama musim panas tahun 1829, ia bertemu dengan beberapa pendiri gerakan
Brethren. Pertemuan inilah yang membawanya pada "pertobatan kedua"
yang mengubah pandangan hidupnya. Untuk itu ia bersaksi:
"Aku menjadi percaya kepada Tuhan Yesus pada
permulaan November 1825. Selama 4 tahun pertama, sebagai orang Kristen baru aku
lemah dalam berbagai hal, namun pada bulan Juli 1829, aku merasakan perubahan
total dalam hatiku. Aku menyerahkan seluruh hidupku kepada Tuhan. Kehormatan,
kesenangan, uang, kekuatan fisik, kekuatan mental, semuanya kupersembahkan
kepada Yesus dan aku menjadi pecinta firman Tuhan. Tuhan menjadi segala-galanya
bagiku."
Tahun 1830, Müller muda menikahi Mary Groves dan sekaligus
meninggalkan harta duniawi; ia bergantung penuh kepada Tuhan untuk setiap
kebutuhannya. Ia menjadi pendeta di suatu gereja kecil di Teignmouth, Inggris
dan tidak digaji. Pada tahun 1832, ia pindah ke Bristol, Inggris, untuk
menggembalakan gereja lain. Di sinilah pelayanan Müller yang kemudian dikenal
di seluruh dunia sebagai "Bapa Yatim Piatu". Pelayanan Müller dan
istrinya bagi para yatim piatu dimulai tahun 1836 dengan memakai rumah mereka
sendiri di Bristol untuk menghidupi 30 anak perempuan. Tidak lama setelah itu,
ia membangun tiga rumah untuk menampung 130 anak-anak. Pada tahun 1845, seiring
pertumbuhan pelayanannya, Müller "memimpikan" untuk membangun suatu
gedung terpisah yang dapat menampung 300 anak. Baru pada tahun 1849, gedung itu
menjadi kenyataan. Di Ashley Down, Bristol, itulah impiannya terwujud. Pada
tahun 1870, ia sudah memiliki lima gedung yang menampung lebih dari 2.000 anak.
Untuk semuanya ini, Müller tidak pernah minta bantuan
keuangan kepada siapa pun, juga tidak pernah berhutang, padahal lima gedung itu
memerlukan biaya sebesar 100.000 poundsterling. Dan itu tidak mudah, bahkan
sering kali ia menerima donasi makanan hanya beberapa jam sebelum waktu makan
anak-anak. Hal ini semakin menguatkan imannya. Setiap selesai sarapan pagi,
selalu ada pembacaan Alkitab dan doa, dan setiap anak diberikan sebuah Alkitab
ketika meninggalkan rumah yatim itu. Müller benar-benar mengandalkan iman dan
doa.
Menurut Müller, iman yang sejati bukan berarti kita diam.
Itu sebabnya ia berkata: "Kalau seseorang tidak berbuat apa-apa pada waktu-waktu
krisis, orang tersebut tidak memiliki iman yang benar."
Dalam kesempatan yang lain, ia berkata: "Aku tidak
menganggap diriku sanggup mengadakan mukjizat. Aku tidak mau pekerjaan kami
dianggap luar biasa atau menarik. Sayang sekali bahwa banyak orang dengan
sembrono menganggapnya sebagai mukjizat."
Pada tahun 1871, sebuah artikel di harian "The
Times" memuat bahwa sejak 1836, sebanyak 23.000 anak telah dididik di
sekolah itu dan ribuan lain telah disekolahkan di sekolah lain. Artikel itu
juga menyatakan sebanyak 64.000 Alkitab, 85.000 tulisan, serta 29.000.000 buku
rohani telah diterbitkan dan didistribusikan. Selain itu, Müller juga ikut
membiayai 150 misionaris.
Pada tahun 1875, pada usia 70 tahun, Müller memulai
perjalanan misinya. Selama 17 tahun, ia telah berkhotbah di Amerika, India,
Australia, Jepang, Tiongkok, dan kurang lebih empat puluh negara lainnya. Ia
telah menempuh perjalanan sejauh 200.000 mil (300.000 km) -- sebuah prestasi
yang luar biasa pada waktu itu. Kemampuan bahasa membuatnya dapat berkhotbah
dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan khotbahnya telah diterjemahkan ke
lebih dari dua belas bahasa lain. Pada 1892, ia kembali ke Inggris dan ia
meninggal pada 10 Maret 1898.
Selama hidupnya, Müller telah membangun 117 sekolah yang
menampung lebih dari 120.000 anak-anak muda dan para yatim piatu. Ia menjadi
gembala gereja Bethesda di Bristol yang memunyai anggota jemaat sekitar 2.000
orang ketika ia meninggal.
Müller adalah salah satu tokoh dengan iman yang patut
diteladani. Iman yang betul-betul bergantung sepenuhnya pada Tuhan sebagai
sumber kehidupan manusia. Iman yang berdampak besar, tak hanya bagi diri
sendiri tetapi juga bagi dunia sekitarnya. Inilah iman yang berdampak pada
dunia sampai hari ini.
Dan yang luar biasa, semua itu masih berdampak sampai hari
ini. Yayasan George Müller menerima dana dari segala penjuru dunia hampir
setiap hari dengan cara yang sama, dengan doa, tanpa mengadakan acara
penggalangan dana.
George tidak bisa masuk ke lembaga
pelatihan penginjilan tanpa persetujuan ayahnya dan izin itu tak dia dapatkan.
Ayahnya sangat bersedih karena setelah menyekolahkannya supaya dia memiliki
hidup yang lebih mapan sebagai pegawai gereja, dia justru memilih pelayanan
penginjilan. George merasa bahwa dia tidak bisa lagi menerima uang dari
ayahnya. Namun Tuhan memberikan kasih-Nya sehingga George pun bisa
menyelesaikan pendidikannya. Dia mengajar bahasa Jerman kepada beberapa
profesor di universitas dan mereka menggajinya dengan nilai tinggi atas
pelayanannya. Kini dia menjadi alat Tuhan untuk memenangkan jiwa bagi Kristus.
Dia menyebarkan ribuan traktat dan selebaran dan menceritakan tentang
penyelamatan jiwa kepada banyak orang.
Meskipun sebelum pertobatannya George
Muller menyurati ayahnya dan memberitahukan tentang khotbah yang dia sampaikan,
dia tidak pernah memberikan khotbah hingga beberapa waktu setelah percakapan
mereka. Khotbah tercetak pertamanya yang diingatnya saat ini. Dia hanya
memiliki sedikit kebebasan dalam mengkhotbahkannya. Kali kedua dia berkhotbah
tanpa persiapan dan mendapat kebebasan yang lebih banyak. "Sekarang saya
lebih sering berkhotbah," katanya, "baik di gereja- gereja di kota
namun saya tidak dengan senang hati melakukannya kecuali saat saya bisa
berbicara dengan cara yang sederhana meskipun khotbah yang diulang-ulang yang
telah terpatri di benak mendatangkan pujian dari orang-orang terdekat.
Sebenarnya dengan cara khotbah yang
berbeda pun saya tidak melihat hasilnya. Mungkin suatu hari nanti akan terlihat
keuntungan atas usaha-usaha yang kurang sungguh. Salah satu alasan mengapa
Tuhan tidak mengizinkanku melihat buah pelayananku sepertinya, aku akan
diangkat lebih tinggi oleh keberhasilanku. Mungkin juga karena aku jarang
berdoa untuk pelayanan Firman, dan karena aku berjalan setengah hati dengan
Tuhan dan tidak layak menjadi bejana yang disucikan dan dimuliakan yang
berkenan bagi pekerjaan Tuhan.
Tahun 1827 George Muller pergi kepada
orang-orang Jerman di Bucharest sebagai penginjil sukarelawan namun perang
antara bangsa Turki dan Rusia menghalanginya. Tahun 1828 dia menawarkan diri
kepada London Missionary Society sebagai penginjil kepada bangsa Yahudi. Dia
begitu lancar membacakan ayat Alkitab dalam bahasa Ibrani dan sangat
menyukainya. Oleh karenanya persekutuan tersebut menghendaki agar George Muller
berkunjung ke London agar mereka bisa melihatnya secara langsung. Oleh karena
pemeliharaan Allah, dia selamat dalam melakukan pelayanan di antara tentara
Rusia dan bisa pergi ke Inggris tahun 1829 saat berusia 24 tahun.
Waktu George Muller tiba di Inggris,
dia tidak bisa menggunakan bahasa Inggris untuk itu dia harus belajar giat agar
dia bisa berkomunikasi dengan baik. Begitu semangatnya dia belajar sampai-
sampai dia sakit. Saat itulah dia merasa lemah. Namun hatinya merasakan
sukacita yang luar biasa. Dia pikir dia akan sulit sembuh. "Selama hidupku
aku tak pernah merasa diriku bersalah, namun kini aku bisa menyadari bahwa aku
sangat berdosa, seolah semua dosa-dosa yang telah kuperbuat kembali teringat di
benakku namun pada saat yang sama aku yakin bahwa seluruh dosaku telah
diampuni. Aku telah dibasuh dan disucikan, aku benar-benar kudus oleh darah
Yesus. Aku rindu untuk selalu berada bersama dengan Yesus," kata Muller.
Peristiwa-peristiwa rohani yang
dialami Muller dituliskannya dalam sebuah surat yang muncul dalam British
Christian, tanggal 14 Agustus 1902. Dalam surat tersebut Muller menceritakan
saat dia mengalami pertobatan dan lahir baru dalam Tuhan Yesus. Dia menjadi
orang percaya pada bulan November 1825. Saat dia berada di Devonshire dia mendapatkan
berkat dari khotbah yang disampaikan.
Kesehatan Muller semakin menurun saat
dia tinggal di London namun rohnya tetap berapi-api untuk melayani Tuhan.
Sekalipun London Missionary Society tidak mengutusnya tanpa ada pelatihan
apapun dia tetap maju dan mengandalkan pertolongan Tuhan semata. Tak lama
kemudian dia menjadi pendeta di Kapel Ebenezer, Teignmouth, Devonshire.
Pernikahannya dengan seorang wanita Devonshire, Mary Groves, berjalan mulus.
Istrinya itu memiliki pandangan yang sama dengannya dan kehidupan keluarga
mereka begitu bahagia. Pendapatan mereka pun kian hari kian bertambah namun
mereka tidak menggunakannya untuk kepentingan diri mereka sendiri. Mereka
begitu murah hatinya membantu orang-orang yang membutuhkan dan bahkan mereka
memberikan semua yang mereka miliki dan mempercayakan diri kepada Tuhan
"Sang Roti Hidup" mereka.
Tahun 1832 masa kerjanya di
Teignmouth telah berakhir dan pada waktu dia pergi ke Bristol pada tahun yang
sama dia heran mengetahui bahwa Tuhan telah menyediakan pekerjaan di sana.
Setelah menggumulkan masalah ini dan ternyata ini seturut dengan Firman Allah
dan pimpinan-Nya dia pun mulai bekerja di Bristol. Muller memulai pelayanannya
di Bristol sebagai pendeta muda bersama temannya Bapak Craik yang lebih dulu
dipanggil untuk melayani di kota itu. Tanpa gaji sepeserpun atau meja sewaan
pelayanan mereka begitu luar biasa memberkati jemaat Kapel Gideon dan Bethesda.
Gereja-gerja ini sekalipun menyebut dirinya tak beraliran namun mereka biasanya
berkumpul dengan kelompok orang yang dikenal dengan sebutan "Plymouth
Brethren."
Tahun 1834, Muller mendirikan Lembaga
Pemahaman Alkitab (Scripture Knowledge Institution) di dalam dan luar negeri.
Sasarannya adalah untuk membantu sekolah-sekolah Kristen, membantu para
penginjil dan menyebarkan Firman Tuhan. Lembaga ini tanpa perlindungan dari
pemerintah, tanpa bantuan siapapun, tanpa kontrak hutang, tanpa pengurus,
pelanggan ataupun anggota namun hanya benar-benar hanya mengandalkan iman
percaya pada Tuhan saja mampu mendapatkan dan mengeluarkan uang lebih dari
£1,500,000 ($7,500,000) saat Muller meninggal. Sebagian besar dari dana
tersebut dimanfaatkan untuk panti asuhan.
Ketika Muller meninggal ada 122.000
orang yang belajar di sekolah yang didanai oleh keuangan lembaga dan kira-kira
ada 282.000 Alkitab dan 1.500.000 Testamen telah disebarkan dengan menggunakan
dana tersebut. Selain itu juga ada 112.000 buku-buku rohani, pamflet, dan
traktat yang sudah diedarkan, pelayanan penginjilan di seluruh dunia pun telah
dibantu, dan lebih dari puluhan ribu anak yatim piatu yang bisa dipelihara
dengan dana yang sama.
Pada usia 70-an. Muller mulai
mengadakan perjalanan penginjilan besar-besaran. Dia berkeliling ke seluruh
dunia dan mengajar banyak orang dari berbagai bahasa. Dia sering sekali berkhotbah
di depan 4.500 atau 5.000 orang. Dia melakukan penginjilan hingga ia mencapai
umur 90-an tahun. Selama 17 tahun menginjil kira-kira dia telah memberitakan
Injil kepada 3 juta jiwa. Semua kebutuhan yang dimilikinya telah dipenuhi
sebagai jawaban doanya.
Pelayanan terbesar di antara
pelayanan-pelayanan yang dilakukan Muller adalah pembangunan dan pemeliharaan
beberapa panti asuhan besar di Bristol. Dengan modal 2 shiling (50 sen) namun
karena jawaban doa dan tanpa memberitahu siapapun dia mampu membangun gedung
tersebut dan membiayai anak-anak yatim piatu tersebut selama 60 tahun. Selama
Muller mengelola panti itu selalu saja ada orang yang mengirim makanan pada
waktunya sehingga anak-anak tak pernah berkekurangan soal makanan. (t/Setya)
Penulis yang telah bertanya-tanya
dengan George Muller itu menguraikan riwayat kehidupan George Muller sebagai berikut.
George Muller, pendiri rumah piatu
Ashley Down, di Bristol, Inggris, dilahirkan di Prusia, pada tanggal 17
September 1805. Pada masa mudanya, ia hidup dengan tidak mengenal Tuhan dan
baru setelah berusia 21 tahun, ia bertobat dengan tiba-tiba di dalam suatu
persekutuan doa, yang diadakan di rumah seorang saudagar yang beriman.
Tidak lama kemudian, ia pergi ke
negeri Inggris tanpa membawa surat-surat ataupun uang. Namanya pun tidak ada
yang kenal, dan ia hanya mengetahui sedikit bahasa Inggris. Apa sajakah yang
dibawanya? Ia membawa Tuhan sertanya. Tidak lama sesudah ia tiba di negeri
Inggris, ia menulis dalam buku hariannya demikian: "Segenap hidup saya
akan dipakai untuk melayani Tuhan yang hidup". Pendiriannya dialaskan
semata-mata pada Alkitab. Dan sepanjang hidupnya ia berpegang teguh kepada
Firman Tuhan.
Tidak pernah ia meminta pertolongan
kepada siapa pun dan tidak pernah ia menyatakan kepada seorangpun bahwa ia
memelukan pertolongan. Ia berharap semata-mata pada jawaban doanya yang
disertai iman. Lebih dari setengah juta pon sterling atau 7.500.000 dolar sudah
dikirim kepadanya untuk mendirikan panti asuhan itu (God's Orphanage) serta
keperluannya dan untuk usahanya mengabarkan Injil dan penyebaran Alkitab. Dalam
panti asuhannya ada 10.000 anak piatu terlantar yang menerima pertolongan dan
pendidikan. Dari situ setelah cukup pendidikan, mereka dikirim ke berbagai
tempat.
Pada hari-hari tuanya, ia sudah
berjalan hampir 200.000 mil di 42 negeri, dengan memberitakan Injil kepada
3.000.000 pendengar. Sesudah melayani Tuhan semasa hidupnya, maka seperti Musa,
rohnya diambil Tuhan, pagi-pagi sekali, pada tanggal 10 Maret 1898, tatkala dia
berada sendirian saja dalam kamarnya. Waktu itu ia sudah mencapai umur 93
tahun.
"Hidup dimintanya daripada-Mu;
Engkau memberikan kepadanya dan umur panjang untuk seterusnya dan
selama-lamanya" (Mazmur 21:5).
TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA. JANGAN LUPA UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUANYA
I always spent my half an hour to read this weblog's articles or reviews daily along with a cup of coffee.
BalasHapusAlso visit my web-site - ultrasonographers
I feel this is onе οf the so much іmрoгtаnt infο for me.
BalasHapusAnd i аm happy studуing your artіcle.
But shοuld remarκ on few general іsѕuеs, Thе website style is great,
the artісlеs iѕ in ρoint of fact nicе :
D. Excellеnt ϳob, chеers
Visit my site ... medical school