Minggu, 17 Februari 2013

Biografi Oswald Chambers

Bagikan Artikel Ini :


Biografi Oswald Chambers - Oswald Chambers adalah seorang pendeta dan guru yang sangat terkenal dengan renungan hariannya, "My Utmost for His Highest". Ketenarannya muncul setelah kematiannya dan dapat dianggap sebagai andil istrinya yang merangkum bahan khotbah dan ceramahnya yang panjang dari catatan singkat yang ditulis istrinya tersebut dengan cepat.

"Perkataan Yesus yang agung kepada para murid-Nya telah diabaikan. Ketika Allah membawa kita ke dalam hubungan murid, kita harus siap menaati firman-Nya; percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati dan mengerti bahwa ketika Dia membawa kita kepada ketaatan, kita dimampukan untuk menjalaninya."
"Aku rasa, aku pasti terkubur untuk beberapa lama, tersembunyi dalam ketidakjelasan, kemudian aku tiba-tiba menyala-nyala, mengerjakan tugasku, dan akhirnya berlalu." Demikianlah yang ditulis Oswald Chambers saat dia berusia 22 tahun, saat dia mulai membuat persiapannya yang panjang di sebuah kota terpencil di Skotlandia, sebelum dia masuk ke dunia sebagai seorang pengkhotbah. Sebagian yang ditulisnya benar terjadi; setelah 15 tahun terlibat dalam pelayanan umum, Chambers mendadak wafat pada usia 43 tahun. Akan tetapi, dia tetap dikenang. Pasalnya, renungan "My Utmost for His Highest" karyanya (bahan khotbah yang diterbitkan setelah wafatnya, seperti sekitar 50 bahan renungan lain yang mencantumkan namanya), tetap menjadi panduan renungan paling laris yang pernah dicetak.
Dilahirkan sebagai putra seorang pengkhotbah Gereja Baptis di Aberdeen, Skotlandia, Chambers bertobat karena khotbah Charles Spurgeon. Saat berusia 20-an, dia mencari cara untuk menggambarkan pesan penebusan Allah lewat seni dan belajar teknik di London dan Edinburgh.
Riwayat
1859 - Jepang membuka diri terhadap para utusan Injil asing

1860 - Perang saudara di Amerika Serikat mulai
 

1865 - J. Hudson Taylor mendirikan China Inland Mission
 

1874 - Oswald Chambers lahir
 

1917 - Oswald Chambers wafat
 

1924 - Siaran radio Kristen yang pertama
 
Perlahan-lahan Chambers mulai yakin bahwa Allah tidak menghendakinya mengejar karier seni demi Allah, tetapi mengejar Allah demi memahami kehendak-Nya saja. Seperti dalam tulisan selanjutnya, "Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyadari bahwa Allah tidak menghargai apa pun yang kubawa kepada Dia. Semua yang diingini-Nya dariku adalah penyerahan diri yang tiada bersyarat."
Keputusannya menuntunnya ke Kolese Dunoon, sebuah Sekolah Teologi kecil interdenominasi. Tidak lama sebelum Chambers mulai percaya, seperti anggota keluarga dan teman-teman senimannya, dia adalah seorang yang dungu atau tidak waras. Selama "4 tahun kesengsaraan di bumi," Chambers melanjutkan karyanya, tetapi di dalam hatinya, dia merasa dikalahkan oleh visi tajam tentang kerusakan moralnya dan ketidakberdayaan imannya.
Pengalaman tersebut menuntun Chambers ke jurang keputusasaan rohani. Dia memberikan diri sepenuhnya kepada janji Yesus bahwa Allah akan memberikan Roh-Nya kepada siapa pun yang meminta. Pergumulannya segera berakhir. Chambers kemudian menunjukkan hasilnya: "Kemuliaan bagi Allah, kerinduan hati manusia yang terdalam telah dipenuhi kasih Allah hingga melimpah."
Terang yang Bersinar Singkat
Segera setelah "kemerdekaan rohaninya", Chambers sering diminta menjadi pembicara dan pengajar keliling melalui "League of Prayer" (persekutuan doa interdenominasi) yang membangkitkan.
Karena Chambers percaya bahwa kerohanian yang suam-suam adalah hasil kelesuan mental, pada tahun 1911 dia membuka Kolese Pelatihan Alkitab (Bible Training College) dengan persekutuan doa (League of Prayer). Ketika Perang Dunia I mengganggu kehidupan akademik, Chambers mendaftar sebagai pendeta untuk pasukan angkatan bersenjata. Oktober 1915, dia menuju ke Zeitoun, Mesir. Di sana, dia dan istrinya menginjili para tentara.
Entah berkhotbah kepada para tentara atau mahasiswa, Chambers mengajak para pendengarnya untuk hidup sungguh-sungguh bagi Allah. Dia berkata, kehendak Allah bisa ditemukan di setiap peristiwa dalam hidup, selama masing-masing pribadi mau memiliki hubungan pribadi dengan Kristus dan meninggalkan kehidupannya sepenuhnya bagi Dia. "Perkataan Yesus yang agung telah diabaikan," tulisnya. "Perkataan Yesus yang agung kepada para murid-Nya telah diabaikan. Ketika Allah membawa kita ke dalam hubungan murid, kita harus siap menaati firman-Nya; percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati dan mengerti bahwa ketika Dia membawa kita kepada ketaatan, kita dimampukan untuk menjalaninya."
Keutuhan Hidupnya
Pecahnya usus buntu dan komplikasi-komplikasi yang timbul memutus usia Chambers di akhir tahun 1917. Peristiwa ini tampak seperti akhir tragis yang sulit dipercaya terhadap suatu hidup penuh janji. Namun, hal itu bukan akhir segalanya. Istrinya, yang karena cita-citanya menjadi sekretaris perdana menteri Inggris, mengharuskannya untuk memunyai keterampilan mengagumkan dalam menulis cepat, menyalin, dan menerbitkan bahan-bahan kuliah Chambers. Dia mengirimkan bahan-bahan tersebut dalam bentuk pamflet kepada para tentara yang dilayani Chambers, sebagaimana juga kepada mantan murid-muridnya. Dia segera mengumpulkan bahan-bahan tersebut ke dalam bentuk buku dan pada tahun 1927, dia pertama kali menerbitkan "My Utmost for His Highest." (t/Setya)

TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA. JANGAN LUPA UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUANYA  


ARTIKEL TERKAIT :

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar