Sabtu, 24 Agustus 2013

Kisah Nyata Pria yang Mau Bunuh Diri Karena Beratnya Beban Hidup

Bagikan Artikel Ini :


Kisah Nyata Pria yang Mau Bunuh Diri Karena Beratnya Beban HidupNama saya Remilan Tuheteru. Saya lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Saking memprihatinkannya, sewaktu kecil, mama membawa saya dan adik-adik tinggal menumpang di rumah orang lain. Jujur, hidup bersama dengan keluarga lain saat itu sangatlah tidak mengenakkan. Pasalnya, segala sesuatunya kami seperti dijadikan nomor dua.


Tidak tahan dengan kepedihan yang dirasakan, akhirnya ia sekeluarga pindah ke rumah kontrakan yang jauh lebih kecil dari rumah yang mereka tumpangi. Baru beberapa lama tinggal disana, saudara kami yang lebih susah dari kami datang lengkap dengan beberapa anak.

Saya awalnya tidak setuju dengan mama yang mengizinkan mereka tinggal bersama kami. Tetapi dengan sangat bijak beliau memberikan alasan mengapa beliau melakukan semua itu. "Kalau kamu punya roti 1 untuk kamu besok pagi makan, malam ini ada yang kehujanan dan ketuk pintu, kamu harus kasih roti itu. Karena saat kita kasih, Tuhan bakal kasih lebih daripada itu."

Meski dengan berat hati, saya pun akhirnya tidak lagi mempertanyakan keberadaan saudara di rumah kontrakan kami saat itu.

Minta Dibelikan Sepatu Sekolah
Suatu hari saya datang ke mama saya. Saya katakan kepada beliau, "Mah sepatu sekolah saya sudah bolong. Bisa belikan sepatu yang baru tidak ?" Mendengar pertanyaan saya itu, mamah hanya menangis dan merenungi nasib mereka yang begitu berkekurangan secara ekonomi.
Melihat mama menangis, saya pun menjadi tidak tega. Sejak saat itu saya tidak lagi mau meminta dibelikan sepatu sekolah. Bersamaan dengan ketidaktegaan saya, rasa untuk membalaskan dendam atas kemiskinan keluarga kami begitu membuncah. Sejak saat itu saya bertekad saya ingin menjadi orang kaya.

Bekerja dan Diangkat Sebagai Manajer
Selepas masa kuliah, saya bekerja di sebuah perusahaan. Bukannya berada di posisi sebagai staff kantor, saya justru ditempatkan di bagian gudang. Karena butuh uang, saya menerimanya.
Hari-hari saya lalui dengan sangat keras. Pimpinan langsung saya yang notabene hanyalah lulusan SMP sangat suka memerintah-merintah saya. Timbul pemikiran "mengapa kondisi saya bisa seperti ini? Kuliah capek-capek toh justru bekerja di bawah arahan orang-orang yang lebih rendah pendidikannya dari saya."
Berjalan dengan waktu, perusahaan dimana saya bekerja mengalami masalah besar. Boss yang memimpin saat itu pun memanggil saya untuk mempresentasikan strategi saya dalam menyelamatkan perusahaan.  
Panggilan itu saya terima. Singkatnya, strategi yang saya paparkan diterima oleh pimpinan dan para manajer disana. Bersamaan dengan itu, saya pun diangkat menjadi salah seorang manajer di sana.
Kaget, itulah yang saya rasakan begitu saya dipromosikan. Ruangan besar lengkap dengan komputer, printer, fax membuat saya tercengang. Apa yang saya impi-impikan untuk punya banyak akhirnya bisa terwujud.

Hidup Berfoya-Foya
Walau saya sudah memiliki istri dan anak, tetapi karena banyaknya uang saya miliki membuat saya lupa daratan. Ajakan teman untuk bersenang-senang terus saya tanggapi. Bahkan tanpa ragu saya sering mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar untuk membiayai kegiatan yang teman saya buat. Saya menjadi begitu sombong saat itu.
Tidak ada sama sekali penyesalan ketika saya menghambur-hamburkan duit yang saya miliki. Justru saya merasa bahagia saat melakukannya.

Resign dan Dililit Utang
Suatu waktu, di luar dugaan saya, promosi menjadi seorang direktur yang sudah diberitahukan kepada saya dari pimpinan ternyata tidak jadi. Boss perusahaan memilih orang lain menempati kursi yang seharusnya saya duduki.
Tidak terima dengan keadaan, saya memutuskan resign dan memilih menjadi entrepreneur atau wirausaha.
Sebagai pengusaha baru, saya turun dan mengawasi langsung bisnis yang saya jalani. Bukannya mendapatkan untung, kerugian demi kerugian malah saya terima sampai-sampai hutang saya kepada pihak kreditur membengkak dan saya tidak bisa lagi membayarnya.

Mencoba Bunuh Diri
Pusing dengan keadaan keuangan perusahaan yang turun terjun bebas dan desakan dari para kreditur agar saya segera membayar utang-utang yang saya miliki membikin saya menjadi berpikir untuk bunuh diri.
Di waktu dan tempat yang sudah saya rencanakan, saya pun mengeksekusi kehidupan saya sendiri. Namun begitu akan menenggak obat nyamuk, saya mendengar tertawaan orang. Tertawaan itu pun membuat saya mengambil Alkitab yang ada di sisi saya dan berdoa. Selesai berdoa, saya pun buka dan membaca Alkitab yang ada di tangan saya. Satu ayat yang saya sempat baca saat itu adalah Filipi 4 ayat 13, "segala perkara dapat kutanggung dalam Tuhan yang memberi kekuatan."
Ayat ini sangatlah menguatkan saya. Saya pun gara-gara itu tidak jadi bunuh diri.

Hidup Baru
Keesokan hari setelah masa percobaan bunuh diri, saya menghadiri sebuah ibadah khusus pria. Di pertemuan ini, seluruh paradigma saya diubahkan dan bukan itu saja, saya mengalami Tuhan secara pribadi di dalam kehidupan saya.
Paradigma saya mengenai istri pun diubahkan disana. Saya melihat istri saya setelah itu bukanlah sebagai teman hidup semata tetapi sebagai teman pewaris kerajaan Allah sehingga saya harus mengasihi dan mencintainya.

Hubungan Pulih, Semua Hutang Lunas
Selepas dari acara dan kembali di tengah keluarga, saya hidup sebagai pria yang baru. Pria yang diubahkan oleh Tuhan. Pria yang mengetahui siapa dirinya sebenarnya.
Begitu saya memutuskan hidup di dalam Tuhan, saya melihat pintu-pintu berkat Tuhan bukan khususnya untuk bisnis saya. Pada tempo yang tidak begitu, saya pun dapat melunasi semua hutang saya.

Hidup Kini Berserah Hanya Pada Yesus
Melihat semua keajaiban yang saya alami, saya kini tidak takut lagi dengan apa yang akan terjadi di dalam hidup saya karena saya percaya Tuhan Yesus bersama saya. Jalan-Nya adalah jalan terbaik. Saya tidak perlu berserah kepada siapa-siapa lagi sebab saya tahu ketika saya serahkan hidup seratus persen kepada Tuhan Yesus maka Dialah yang bakal memelihara kehidupan saya senantiasa.
sumber:http://www.jawaban.com/index.php/spiritual/detail/id/9/news/130705155823/limit/0/Kisah-Nyata-Pria-yang-Mau-Bunuh-Diri-Karena-Beratnya-Beban-Hidup.html

Sumber :
Remilan Tuheteru




TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA...JANGAN LUPA UNTUK SELALU BERKUNJUNG KEMBALI...KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUA.

SELURUH ISI DARI BLOG INI BOLEH DI COPY-PASTE/DISEBARLUASKAN DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN LINK SUMBER DARI BLOG INI. THANKS... !




ARTIKEL TERKAIT :

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar