SETELAH sempat melawan, Pratu Aspin Mallombassang dan Pratu
Rahman Faturahman yang sama-sama anggota Kostrad 433 tumbang di tangan para
pengeroyok bersenjata tajam di Lapangan Syekh Yusuf, Gowa, Minggu (12/7) dini
hari. Karena dada kirinya ditusuk samurai sebanyak dua kali, Aspin akhirnya
meninggal dunia. Rahman mengalami luka serius.
Menurut saksi mata, kejadian itu berlangsung sekitar pukul
02.00 saat keduanya duduk-duduk di lapangan bersama beberapa warga sekitar. Tak
lama kemudian datang 15 berbadan tegap orang menggunakan motor.
"Mereka bawa parang, pisau, juga samurai,'' ucap rekan
kedua korban sekaligus saksi kejadian, Wa'is.
Menurut saksi lainnya yang tak mau disebut namanya, sebelum
mengeroyok para pria tegap itu sempat bertanya kepada Aspin dan Rahman.
"Kamu polisi atau tentara?"
Begitu mendapat jawaban: tentara, para pelaku langsung
menyerang.
Aspin sempat melawan dan berupaya membantu Rahman
menyelamatkan diri. Namun sayang, upaya keduanya justru memancing aksi para
pelaku penyerangan semakin beringas.
Rahman yang berlari ke arah Jalan Masjid Raya berhasil
diraih para pelaku. Tepat di depan kantor Pemkab Gowa, Rahman dikeroyok, lalu
ditikam pada bagian punggung.
Sementara itu, Aspin tidak sempat meninggalkan lokasi.
Anggota TNI tersebut terjebak dalam kepungan para pelaku, dikeroyok, hingga
akhirnya ditikam di dada kiri. Usai beraksi, para pelaku melarikan diri dengan
cara berpencar.
Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Syekh Yusuf untuk
dirawat, sebelum akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Pelamonia pukul 03.00 Wita.
Kabidhumas Polda Sulsel Kombes Pol F. Barung Mangera
menyatakan, jajaran Polres Gowa masih melakukan penyelidikan. Identitas para
pelaku penyerangan belum diketahui.
Sementara itu, Kapendam VII Wirabuana Letkol I Made Sutia
menambahkan, kasus tersebut juga diselidiki secara terpisah oleh pihak TNI.
Meski demikian, penyelidikan dilakukan dengan koordinasi pihak kepolisian.
sumber:http://www.jpnn.com/read/2015/07/13/314917/Sebelum-Menghabisi-Si-Kostrad,-Pria-Tegap-Itu-Bertanya:-Polisi-atau-Tentara-/page2