Kamis, 04 Oktober 2012

Kisah Nyata Amelia, Gadis Buta yang Diperkosa Ayah Tiri

Perceraian orang tuanya telah merenggut masa kanak-kanak Amelia dan adik-adiknya. Panti asuhan adalah satu-satunya tempat yang mau menampung mereka. Di panti asuhan, Amelia acap kali menerima perlakuan yang menyakitkan. Tamparan dan pukulan kerap kali diterimanya. Batin Amelia tak sanggup menahan tekanan yang ia alami.
Saat beranjak remaja, Amelia memberanikan diri untuk kabur dari asrama dan bermaksud tinggal bersama keluarga baru ibunya. Yang paling Amelia rindukan sebenarnya adalah adik-adiknya karena Amelia sendiri tidak begitu dekat dengan ayahnya. Namun malang nasibnya, berharap mendapat kasih sayang dari ibunya, ternyata yang ia dapati adalah ketidakadilan. Tidak tahan dengan perlakuan ibunya, Amelia pun berpikir untuk tinggal bersama omanya, berkumpul bersama ayahnya.
Namun ketika Amelia sampai di rumah ayahnya, sebuah kabar buruk menantinya. Ayah dan adik-adiknya ternyata sudah pindah ke Taiwan. Sewaktu Amelia tahu kalau dirinya ditinggalkan sendiri, hatinya terluka sangat dalam. Yang membuat dirinya semakin tertekan adalah ia harus tinggal bersama mamanya dengan suasana rumah yang sungguh tidak nyaman bagi Amelia.
Hati Amelia sedikit terobati ketika ayah tirinya memberikan perhatian layaknya seorang ayah. Awalnya orang yang tadinya dipanggil om ini menjadi ayah buat Amelia, menggantikan figur ayahnya yang pergi meninggalkan dirinya.
Namun tanpa ia sadari pria itu sedang mempersiapkan sebuah kejahatan untuk Amelia. Waktu itu gigi Amelia baru saja dicabut. Sewaktu obat biusnya sudah habis, Amelia tak kuat menahan rasa sakitnya. Saat itu ibunya sendiri sudah tertidur. Karena memang ibunya menderita insomnia, sehingga setiap hari harus minum obat tidur. Tanpa diketahuinya, obat tidur ibunya diberikan kepada Amelia.  Amelia pun tertidur pulas. Dalam ketidaksadarannya, Amelia akhirnya mengetahui kalau dirinya sudah diperkosa oleh orang yang selama ini sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri.
Pedih hatinya saat Amelia sadar orang yang selama ini ia anggap sebagai ayah, tega merampas kesuciannya. Ibunya yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, hanya menganggap kalau sikap Amelia yang tertekan disebabkan karena kepergian ayah dan adik-adiknya. Kejadian traumatis yang baru saja dialaminya tak sanggup diceritakannya kepada ibunya.
Amelia memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan tinggal di sebuah kost atas biaya ibunya. Sesekali ia menemani sang ibu dan ia sempat dikenalkan dengan seorang pria, teman ibunya. Amelia sendiri tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap pria itu. Amelia hanya menganggap bahwa orang itu telah dikirim Tuhan untuk menjadi pengganti ayahnya.
Sesekali laki-laki itu datang ke tempat Amelia sekedar untuk memberi uang saku atau membawa makanan. Tapi tak disangka, untuk kedua kalinya kepolosan Amelia dimanfaatkan. Minuman yang diberikan kepada Amelia telah diberi obat. Amelia pun merasa pusing dan tak sadarkan diri. Saat merasakan keanehan setelah meminum minuman itu, pikiran Amelia langsung teringat pada kejadian traumatis yang dialaminya pertama kali, bagaimana orang yang sudah dipanggilnya "papi", sudah dianggap ayah sendiri, dapat memperlakukan dirinya seperti itu. Namun perkosaan itu pun tak dapat dihindari dan Amelia kembali diperkosa oleh orang yang sudah dianggapnya ayah sendiri.
Kejadian itu sempat diperkarakan, namun atas permintaan pria itu mereka akhirnya memilih untuk menempuh jalan damai. Namun diam-diam, seseorang memperhatikan Amelia. Ia bernama Yudi. Yudi adalah teman ibu dan ayah tirinya. Yudi sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak.
Amelia mendapatkan kasih sayang seorang ayah dari Yudi. Karena memang Amelia merasa ayahnya sendiri tidak pernah menyayanginya seperti Yudi menyayangi dirinya. Akhirnya Amelia memiliki ketergantungan terhadap Yudi, dan ia tidak ingin Yudi jauh dari dirinya. Sampai akhirnya Yudi dan Amelia pun sudah seperti suami istri, karena Amelia berpikir dirinya sudah tidak suci lagi, jadi tidak masalah. Tidak ada lagi yang perlu disesali...
Di tengah kebahagiaannya menikmati perhatian dan kasih sayang Yudi, seorang pemuda bernama Indra datang dalam hidup Amelia dan hendak meminangnya. Namun terbongkarnya hubungan Amelia dengan Yudi oleh keluarga Indra membuat rencana pernikahan mereka pun ditunda atas permintaan keluarga Indra. Amelia pun memutuskan untuk mengakhiri saja hubungannya dengan Indra. Amelia sadar akan kesalahannya yang tidak jujur terhadap Indra tentang masa lalunya yang sebenarnya. Semenjak awal Amelia memang berniat untuk membohongi Indra seolah-olah hidupnya baik-baik saja, tidak pernah terjadi apa-apa. Amelia pun memutuskan untuk kembali lagi kepada Yudi.
Tidak lama kemudian, Amelia hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Jordan. Malang nasib Amelia, kelahiran Jordan ternyata tak mampu membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Hubungannya dengan Yudi jauh dari keharmonisan. Pertengkaran demi pertengkaran senantiasa mewarnai kehidupan rumah tangga mereka. Amelia merasa pengorbanan besar yang dilakukannya agar dapat bersatu dengan Yudi ternyata tidak berarti. Bahkan rencana pernikahannya dengan Indra harus batal karena kedatangan kembali Yudi dalam hidupnya. Ia merasa telah merelakan segalanya demi Yudi. Pilihan Amelia untuk kembali pada Yudi hanya dibayar dengan perasaan sakit hati dan ketidakbahagiaan. Kepahitan dan rasa benci pun timbul di hati Amelia.
Lambat laun Amelia mulai merasa menjadi istri simpanan adalah suatu kesalahan, suatu resiko yang betul-betul menantang Tuhan, jadi inilah yang harus dituai dalam hidupnya. Amelia sadar bahwa dirinya telah menyakiti hati istri Yudi, dan akhirnya saat ini dirinyalah yang disakiti Yudi. Amelia pun mulai sering berdoa, memohon kepada Tuhan agar ia dapat lepas dari kehidupannya yang tidak bahagia dan dapat menikmati hidup dengan damai. Di sisi lain, terkadang Amelia berdoa agar Yudi kembali kepadanya dan menjadi miliknya sepenuhnya. Gejolak batin yang dialaminya terus-menerus membuat Amelia betul-betul merasa capek dengan hidupnya.
Tekanan batin yang Amelia alami mulai berdampak pada kesehatannya. Tanpa ia sadari, kegelapan mulai merenggut hidupnya. Di pagi hari, terkadang Amelia melihat semuanya menjadi putih seperti tembok, sampai-sampai Amelia berpikir kalau ia telah kemalingan. Ternyata karena terlalu tegang, syaraf mata Amelia banyak yang sudah putus. Dokter mengatakan kondisi mata yang dialami Amelia saat itu sebenarnya dapat dioperasi, namun karena penanganan yang sudah terlambat, stress dan ketegangan yang dialami Amelia, dokter pun tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan bila kondisi emosi Amelia tidak membaik, satu saat nanti bola matanya bisa pecah.
Tidak menemukan solusi melalui pengobatan secara medis, Amelia pun menaruh harapannya pada dukun untuk kesembuhan matanya. Namun hasilnya nihil bahkan bertambah parah sampai akhirnya Amelia buta total.
Amelia benar-benar tak berdaya dengan kebutaannya dan perilaku Yudi pun semakin menggila. Amelia pun memutuskan untuk sepenuhnya menjadi anak Tuhan dan meninggalkan Yudi. Amelia berjanji di dalam hatinya untuk menyerahkan Yudi ke dalam tangan Tuhan, tidak akan menelepon Yudi dan tidak akan mengganggu keluarganya lagi. Keputusan untuk sepenuhnya meninggalkan Yudi diambilnya. Bagi Amelia, tak ada jalan lain selain mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dengan harapan bahwa matanya akan sembuh. Namun matanya tetap buta.
KKR demi KKR diikuti Amelia dengan setia, dan ia mendengar kesaksian bagaimana orang yang buta, tuli, lumpuh, bahkan stroke dan duduk di kursi roda dapat pulang dan mengalami kesembuhan. Namun dirinya tetap buta. Amelia kecewa terhadap Tuhan. Ia tidak mau mengenal Tuhan Yesus lagi, karena bagi Amelia kalau ia memang benar-benar anak Tuhan, Tuhan pasti sayang padanya dan menyembuhkan matanya. Bagi Amelia Tuhan pilih kasih karena orang lain bisa sembuh namun tidak demikian dengan dirinya. Padahal ia sudah bertobat, sudah berpisah dengan Yudi.
Setelah lelah menangis, Amelia tertidur. Tiba-tiba, sebuah suara membangunkannya. Sewaktu ia menoleh, Amelia melihat Tuhan Yesus. Lalu Yesus berkata, "Kenapa kamu marah? Kenapa kamu memaki-maki Aku? Semua ini kamu yang pilih sediri. Jalan hidup kamu, kamu yang atur sendiri." Setelah itu Amelia sadar, memang dirinya yang salah. Semua penderitaannya, ia yang buat sendiri. Lalu Amelia pun meminta ampun dan mencium kaki Tuhan. Tapi Tuhan mengusap kepala Amelia dan berkata, "Sekali-kali Aku tidak akan meninggalkanmu." Amelia pun ikhlas, kalau memang ia harus buta, ia sudah rela kalau itu memang sudah menjadi kehendak Tuhan. Amelia sadar betapa Tuhan Yesus sungguh mengasihi dirinya. Akhirnya Amelia pun mengambil komitmen untuk hidup benar sepenuhnya.
Tujuh tahun berlalu dan sebuah titik terang dimulai ketika Amelia bertemu dengan seorang teman yang bernama Anastasia. Dalam sebuah pertemuan khusus untuk kaum wanita, hati Amelia dipulihkan dan hidupnya mulai berubah. Selama ini Amelia merasa dirinya tidak berharga, ayahnya telah membuang dirinya, bahkan Yudi yang sangat ia sayangi sampai-sampai Amelia rela mengorbankan masa depannya sendiri, juga meninggalkan dirinya. Tuhan lalu memberikan flasback kepada Amelia dan Amelia menyadari bahwa sebenarnya Yudi pun terluka hatinya karena hubungan mereka. Bukan hanya Yudi yang menyakiti Amelia, namun Amelia sendiri pun sebenarnya menyakiti Yudi juga.
Saat sesi pemulihan, Amelia ditantang untuk mengampuni orang-orang yang telah menyakitinya. Awalnya susah bagi Amelia untuk mengampuni orang-orang yang telah menyakitinya, mengampuni ibunya, Yudi dan juga orang-orang yang pernah melecehkannya. Namun Amelia menyadari kalau Tuhan saja mau mengampuni dirinya dan begitu sayang kepadanya, kenapa dirinya tidak mau mengampuni mereka? Lalu akhirnya Amelia berkomitmen untuk mengampuni Yudi. Ketika para peserta diminta untuk menulis surat kepada para suami, Amelia memberanikan diri untuk menulis surat kepada Yudi.
Hari itu tiba-tiba Amelia ingin menulis surat kepada Yudi. Amelia mengatakan kalau dirinya sudah mengampuni Yudi, mengampuni semua kesalahan dia di masa lalu. Surat Amelia membuka kesempatan baru akan pertemuan Yudi dan Amelia. Beberapa tahun sebelumnya karena sakit, istri Yudi pergi untuk selamanya. Kini Yudi dan Amelia menjalani hidup yang bahagia bersama Jordan, anak mereka. Amelia merasa hari itu Tuhan memberkati mereka karena selama belasan tahun Amelia hidup bersama Yudi, ia belum pernah diberkati.
"Perjalanan hidup saya dengan Tuhan Yesus itu begitu indah. Suka duka saya, kelihatannya pahit tapi kalau saya telaah lagi satu persatu, betul-betul penyertaan Tuhan itu nyata dalam hidup saya. Anak saya dikaruniakan kecerdasan yang luar biasa dari Tuhan, saya juga diberikan suami yang sudah bertobat. Saya sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan yang selama ini sangat mengasihi saya dan keluarga saya," ujar Amelia menutup kesaksiannya. 
Sumber Kesaksian :
Amelia Claudia
 
disadur dari : http://www.jawaban.com
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar