Perceraian
orang tuanya telah merenggut masa kanak-kanak Amelia dan adik-adiknya.
Panti asuhan adalah satu-satunya tempat yang mau menampung mereka. Di
panti asuhan, Amelia acap kali menerima perlakuan yang menyakitkan.
Tamparan dan pukulan kerap kali diterimanya. Batin Amelia tak sanggup menahan tekanan yang ia alami.
Saat
beranjak remaja, Amelia memberanikan diri untuk kabur dari asrama dan
bermaksud tinggal bersama keluarga baru ibunya. Yang paling Amelia
rindukan sebenarnya adalah adik-adiknya karena Amelia sendiri tidak
begitu dekat dengan ayahnya. Namun malang nasibnya, berharap mendapat
kasih sayang dari ibunya, ternyata yang ia dapati adalah ketidakadilan.
Tidak tahan dengan perlakuan ibunya, Amelia pun berpikir untuk tinggal
bersama omanya, berkumpul bersama ayahnya.
Namun
ketika Amelia sampai di rumah ayahnya, sebuah kabar buruk menantinya.
Ayah dan adik-adiknya ternyata sudah pindah ke Taiwan. Sewaktu Amelia
tahu kalau dirinya ditinggalkan sendiri, hatinya terluka
sangat dalam. Yang membuat dirinya semakin tertekan adalah ia harus
tinggal bersama mamanya dengan suasana rumah yang sungguh tidak nyaman
bagi Amelia.
Hati Amelia sedikit terobati ketika ayah tirinya memberikan perhatian
layaknya seorang ayah. Awalnya orang yang tadinya dipanggil om ini
menjadi ayah buat Amelia, menggantikan figur ayahnya yang pergi
meninggalkan dirinya.
Namun
tanpa ia sadari pria itu sedang mempersiapkan sebuah kejahatan untuk
Amelia. Waktu itu gigi Amelia baru saja dicabut. Sewaktu obat biusnya
sudah habis, Amelia tak kuat menahan rasa sakitnya. Saat itu ibunya
sendiri sudah tertidur. Karena memang ibunya menderita insomnia,
sehingga setiap hari harus minum obat tidur. Tanpa diketahuinya, obat
tidur ibunya diberikan kepada Amelia. Amelia pun tertidur pulas. Dalam ketidaksadarannya, Amelia akhirnya mengetahui kalau dirinya sudah diperkosa oleh orang yang selama ini sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri.
Pedih hatinya
saat Amelia sadar orang yang selama ini ia anggap sebagai ayah, tega
merampas kesuciannya. Ibunya yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi, hanya menganggap kalau sikap Amelia yang tertekan disebabkan
karena kepergian ayah dan adik-adiknya. Kejadian traumatis yang baru saja
dialaminya tak sanggup diceritakannya kepada ibunya.
Amelia
memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan tinggal di sebuah kost atas
biaya ibunya. Sesekali ia menemani sang ibu dan ia sempat dikenalkan
dengan seorang pria, teman ibunya. Amelia sendiri tidak memiliki
perasaan apa-apa terhadap pria itu. Amelia hanya menganggap bahwa orang
itu telah dikirim Tuhan untuk menjadi pengganti ayahnya.
Sesekali
laki-laki itu datang ke tempat Amelia sekedar untuk memberi uang saku
atau membawa makanan. Tapi tak disangka, untuk kedua kalinya kepolosan
Amelia dimanfaatkan. Minuman yang diberikan kepada Amelia telah diberi
obat. Amelia pun merasa pusing dan tak sadarkan diri. Saat merasakan
keanehan setelah meminum minuman itu, pikiran Amelia langsung teringat
pada kejadian traumatis yang dialaminya pertama kali, bagaimana orang
yang sudah dipanggilnya "papi", sudah dianggap ayah sendiri, dapat
memperlakukan dirinya seperti itu. Namun perkosaan itu pun tak dapat dihindari dan Amelia kembali diperkosa oleh orang yang sudah dianggapnya ayah sendiri.
Kejadian
itu sempat diperkarakan, namun atas permintaan pria itu mereka akhirnya
memilih untuk menempuh jalan damai. Namun diam-diam, seseorang memperhatikan Amelia. Ia bernama Yudi. Yudi adalah teman ibu dan ayah tirinya. Yudi sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak.
Amelia
mendapatkan kasih sayang seorang ayah dari Yudi. Karena memang Amelia
merasa ayahnya sendiri tidak pernah menyayanginya seperti Yudi
menyayangi dirinya. Akhirnya Amelia memiliki ketergantungan terhadap
Yudi, dan ia tidak ingin Yudi jauh dari dirinya. Sampai akhirnya Yudi
dan Amelia pun sudah seperti suami istri, karena Amelia berpikir dirinya sudah tidak suci lagi, jadi tidak masalah. Tidak ada lagi yang perlu disesali...
Di tengah kebahagiaannya menikmati perhatian
dan kasih sayang Yudi, seorang pemuda bernama Indra datang dalam hidup
Amelia dan hendak meminangnya. Namun terbongkarnya hubungan Amelia
dengan Yudi oleh keluarga Indra membuat rencana pernikahan mereka pun
ditunda atas permintaan keluarga Indra. Amelia pun memutuskan untuk
mengakhiri saja hubungannya dengan Indra. Amelia sadar akan kesalahannya
yang tidak jujur terhadap Indra tentang masa lalunya yang sebenarnya.
Semenjak awal Amelia memang berniat untuk membohongi Indra seolah-olah
hidupnya baik-baik saja, tidak pernah terjadi apa-apa. Amelia pun
memutuskan untuk kembali lagi kepada Yudi.
Tidak
lama kemudian, Amelia hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki
bernama Jordan. Malang nasib Amelia, kelahiran Jordan ternyata tak mampu
membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Hubungannya dengan Yudi jauh dari
keharmonisan. Pertengkaran demi pertengkaran senantiasa mewarnai
kehidupan rumah tangga mereka. Amelia merasa pengorbanan besar yang
dilakukannya agar dapat bersatu dengan Yudi ternyata tidak berarti.
Bahkan rencana pernikahannya dengan Indra harus batal karena kedatangan
kembali Yudi dalam hidupnya. Ia merasa telah merelakan segalanya demi
Yudi. Pilihan Amelia untuk kembali pada Yudi hanya dibayar dengan
perasaan sakit hati dan ketidakbahagiaan. Kepahitan dan rasa benci pun timbul di hati Amelia.
Lambat laun Amelia mulai merasa menjadi istri simpanan
adalah suatu kesalahan, suatu resiko yang betul-betul menantang Tuhan,
jadi inilah yang harus dituai dalam hidupnya. Amelia sadar bahwa dirinya
telah menyakiti hati istri Yudi, dan
akhirnya saat ini dirinyalah yang disakiti Yudi. Amelia pun mulai sering
berdoa, memohon kepada Tuhan agar ia dapat lepas dari kehidupannya yang
tidak bahagia dan dapat menikmati hidup dengan damai. Di sisi lain,
terkadang Amelia berdoa agar Yudi kembali kepadanya dan menjadi miliknya
sepenuhnya. Gejolak batin yang dialaminya terus-menerus membuat Amelia betul-betul merasa capek dengan hidupnya.
Tekanan batin
yang Amelia alami mulai berdampak pada kesehatannya. Tanpa ia sadari,
kegelapan mulai merenggut hidupnya. Di pagi hari, terkadang Amelia
melihat semuanya menjadi putih seperti tembok, sampai-sampai Amelia
berpikir kalau ia telah kemalingan. Ternyata karena terlalu tegang,
syaraf mata Amelia banyak yang sudah putus. Dokter mengatakan kondisi
mata yang dialami Amelia saat itu sebenarnya dapat dioperasi, namun
karena penanganan yang sudah terlambat, stress dan ketegangan yang
dialami Amelia, dokter pun tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan bila
kondisi emosi Amelia tidak membaik, satu saat nanti bola matanya bisa
pecah.
Tidak
menemukan solusi melalui pengobatan secara medis, Amelia pun menaruh
harapannya pada dukun untuk kesembuhan matanya. Namun hasilnya nihil
bahkan bertambah parah sampai akhirnya Amelia buta total.
Amelia benar-benar tak berdaya dengan kebutaannya
dan perilaku Yudi pun semakin menggila. Amelia pun memutuskan untuk
sepenuhnya menjadi anak Tuhan dan meninggalkan Yudi. Amelia berjanji di
dalam hatinya untuk menyerahkan Yudi ke dalam tangan
Tuhan, tidak akan menelepon Yudi dan tidak akan mengganggu keluarganya
lagi. Keputusan untuk sepenuhnya meninggalkan Yudi diambilnya. Bagi
Amelia, tak ada jalan lain selain mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh
dengan harapan bahwa matanya akan sembuh. Namun matanya tetap buta.
KKR demi KKR diikuti Amelia dengan setia, dan ia mendengar kesaksian bagaimana orang yang buta, tuli, lumpuh, bahkan stroke dan duduk di kursi roda dapat pulang dan mengalami kesembuhan. Namun dirinya tetap buta.
Amelia kecewa terhadap Tuhan. Ia tidak mau mengenal Tuhan Yesus lagi,
karena bagi Amelia kalau ia memang benar-benar anak Tuhan, Tuhan pasti
sayang padanya dan menyembuhkan matanya. Bagi Amelia Tuhan pilih kasih
karena orang lain bisa sembuh namun tidak demikian dengan dirinya.
Padahal ia sudah bertobat, sudah berpisah dengan Yudi.
Setelah
lelah menangis, Amelia tertidur. Tiba-tiba, sebuah suara
membangunkannya. Sewaktu ia menoleh, Amelia melihat Tuhan Yesus. Lalu
Yesus berkata, "Kenapa kamu marah? Kenapa kamu memaki-maki Aku? Semua
ini kamu yang pilih sediri. Jalan hidup kamu, kamu yang atur sendiri."
Setelah itu Amelia sadar, memang dirinya yang salah. Semua
penderitaannya, ia yang buat sendiri. Lalu Amelia pun meminta ampun dan
mencium kaki Tuhan. Tapi Tuhan mengusap kepala Amelia dan berkata,
"Sekali-kali Aku tidak akan meninggalkanmu." Amelia pun ikhlas, kalau
memang ia harus buta, ia sudah rela kalau itu memang
sudah menjadi kehendak Tuhan. Amelia sadar betapa Tuhan Yesus sungguh
mengasihi dirinya. Akhirnya Amelia pun mengambil komitmen untuk hidup
benar sepenuhnya.
Tujuh tahun berlalu dan sebuah titik terang dimulai ketika Amelia bertemu dengan seorang teman yang bernama Anastasia. Dalam sebuah pertemuan khusus untuk kaum wanita, hati
Amelia dipulihkan dan hidupnya mulai berubah. Selama ini Amelia merasa
dirinya tidak berharga, ayahnya telah membuang dirinya, bahkan Yudi yang
sangat ia sayangi sampai-sampai Amelia rela mengorbankan masa depannya
sendiri, juga meninggalkan dirinya. Tuhan lalu memberikan flasback kepada Amelia dan Amelia menyadari bahwa sebenarnya Yudi pun terluka hatinya karena hubungan mereka. Bukan hanya Yudi yang menyakiti Amelia, namun Amelia sendiri pun sebenarnya menyakiti Yudi juga.
Saat
sesi pemulihan, Amelia ditantang untuk mengampuni orang-orang yang
telah menyakitinya. Awalnya susah bagi Amelia untuk mengampuni
orang-orang yang telah menyakitinya, mengampuni ibunya, Yudi dan juga
orang-orang yang pernah melecehkannya. Namun Amelia menyadari kalau
Tuhan saja mau mengampuni dirinya dan begitu sayang kepadanya, kenapa
dirinya tidak mau mengampuni mereka? Lalu akhirnya Amelia berkomitmen
untuk mengampuni Yudi. Ketika para peserta diminta untuk menulis surat
kepada para suami, Amelia memberanikan diri untuk menulis surat kepada
Yudi.
Hari
itu tiba-tiba Amelia ingin menulis surat kepada Yudi. Amelia mengatakan
kalau dirinya sudah mengampuni Yudi, mengampuni semua kesalahan dia di
masa lalu. Surat Amelia membuka kesempatan baru akan pertemuan Yudi dan
Amelia. Beberapa tahun sebelumnya karena sakit, istri
Yudi pergi untuk selamanya. Kini Yudi dan Amelia menjalani hidup yang
bahagia bersama Jordan, anak mereka. Amelia merasa hari itu Tuhan
memberkati mereka karena selama belasan tahun Amelia hidup bersama Yudi,
ia belum pernah diberkati.
"Perjalanan
hidup saya dengan Tuhan Yesus itu begitu indah. Suka duka saya,
kelihatannya pahit tapi kalau saya telaah lagi satu persatu, betul-betul
penyertaan Tuhan itu nyata dalam hidup saya. Anak
saya dikaruniakan kecerdasan yang luar biasa dari Tuhan, saya juga
diberikan suami yang sudah bertobat. Saya sungguh-sungguh bersyukur
kepada Tuhan yang selama ini sangat mengasihi saya dan keluarga saya,"
ujar Amelia menutup kesaksiannya.
Sumber Kesaksian :
Amelia Claudia
disadur dari : http://www.jawaban.com