Jumat, 06 September 2013

Kisah letusan Krakatau dan titik balik melawan Belanda

Bagikan Artikel Ini :
Letusan Gunung Krakatau yang mahadahsyat 130 tahun lalu tidak hanya berarti musibah. Letusan itu, setidaknya berdampak dalam munculnya titik balik perlawanan terhadap penjajah Belanda di wilayah Banten, wilayah paling parah menjadi korban letusan Krakatau.


Letusan Krakatau menimbulkan tsunami setinggi 30 meter yang meluluhlantakkan pantai Barat Jawa dan menghancurkan Anyer, Merak, dan Carita. Sebanyak 36 ribu orang lebih tewas. Musibah itu menambah penderitaan rakyat yang sudah sedemikian terpuruk karena wabah penyakit ternak pada 1879 dan wabah penyakit demam yang menewaskan 10 persen penduduk tahun berikutnya.

Sejarawan Universitas Gadjah Mada, Sartono Kartodirdjo mengungkap pengaruh letusan Krakatau terhadap pemberontakan besar petani Banten pada 1888, lima tahun setelah letusan Krakatau. "Tak disangsikan lagi bahwa wabah penyakit ternak dan wabah demam serta kelaparan yang diakibatkannya dan letusan Gunung Krakatau yang menyusul telah merupakan pukulan yang hebat bagi penduduk: akibat merosotnya populasi ternak dan jumlah tenaga manusia yang tersedia, sekitar sepertiga dari tanah pertanian yang tidak dapat ditanami selama bertahun tahun bencana itu (1880-1882), sementara letusan Gunung Krakatau menyebabkan luas tanah yang tidak dapat digarap menjadi lebih besar lagi," demikian tulis Sartono dalam penelitiannya Pemberontakan Petani Banten 1888.

Awal mula gerakan muncul pada 2 Oktober 1888, dua bulan setelah letusan. Seorang serdadu Belanda yang hendak membeli tembakau di Pasar Serang tiba-tiba saja diserang oleh seorang lelaki tak dikenal. Korban mencari perlindungan di sebuah toko China sementara pelaku kabur. Penangkapan dilakukan besar-besaran tetapi pelaku tak ditemukan.

Percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada 19 November tahun yang sama. Kali ini, seorang pria masuk dengan paksa ke dalam tangsi militer di Serang. Setelah melukai penjaga bernama Umar Jaman, dia ditangkap. Para interogator militer menyatakan dalam laporan mereka bahwa motif serangan adalah kasus semangat ekstrem yang tidak bisa dijelaskan.

Menurut Sartono Kartodirdjo, pada hari-hari malapetaka itu, rakyat teringat kepada ramalan yang telah menyebut berbagai tanda kedatangan hari Kiamat. Rakyat diingatkan oleh Tuhan untuk bertobat serta sadar akan jalan tersesat yang ditempuh umat manusia, yaitu hidup di bawah pemerintahan kaum kafir Belanda.

Sejak peristiwa itu kehidupan beragama meningkat dan harapan rakyat terarah kepada suatu pembebasan. Peristiwa di Serang itu merupakan suatu awal dari periode panjang perjuangan rakyat yang berpuncak pada 1888 dengan sebutan pemberontakan petani Banten atau Geger Cilegon. Pemberontakan itu dianggap sebagai titik balik sejarah perjuangan mengusir penjajah dari tanah Banten.

Di antara pejuang pada pemberontakan petani Banten antara lain Haji Wasid, Haji Abdurahman, Haji Akib, dan Ki Tubagus Ismail. Menurut Sartono, meskipun mereka pejuang yang namanya tidak begitu terkenal mereka adalah tokoh sejarah yang mengorbankan jiwa demi tegaknya martabat Indonesia.

sumber:http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-letusan-krakatau-dan-titik-balik-melawan-belanda.html





TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA...JANGAN LUPA UNTUK SELALU BERKUNJUNG KEMBALI...KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUA.

SELURUH ISI DARI BLOG INI BOLEH DI COPY-PASTE/DISEBARLUASKAN DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN LINK SUMBER DARI BLOG INI. THANKS... !



 

ARTIKEL TERKAIT :

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar