Kemudian seorang pemain yang menunggang kuda dengan kecepatan penuh akan berusaha meraih leher angsa dan menariknya sampai putus. Meski tradisi ini terlihat sangat mengerikan, goose pulling masih dipraktikkan sampai sekarang. Namun, olahraga ini sekarang tidak lagi menggunakan angsa hidup, melainkan angsa yang sudah mati.
Tradisi ini masih sering dilakukan di beberapa daerah di Belgia dan di Grevenbicht, Belanda, sebagai bagian dari Pancake Day, hari sebelum Rabu Abu, tepat dimulainya masa prapaskah oleh Gereja Katolik Roma. Sementara itu, beberapa daerah di Jerman akan mengadakan goose pulling untuk merayakan Rose Monday, hari Senin sebelum Rabu Abu.Meskipun penggunaan angsa hidup telah dilarang sejak tahun 1920, tradisi ini masih menuai kontroversi hingga kini. Pada tahun 2008, Dutch Party for Animals mengusulkan untuk melarang praktik tersebut, namun usulan itu ditolak karena penyelenggara goose pulling telah menggunakan angsa mati, sehingga tidak ada kekejaman yang dilakukan pada hewan.
Di Belgia, pemenang goose pulling akan dinobatkan sebagai seorang raja selama
setahun dan kemudian diberi mahkota serta mantel. Sang raja akan mentraktir
teman dan kerabatnya di rumahnya atau di sebuah pub untuk menandai
kemenangannya.Tradisi ini pertama kali berkembang di Amsterdam di kalangan para
petani. Namun, pertandingan ini selalu berakhir dengan kericuhan di antara yang
menang dan yang kalah. Orang-orang Belanda yang tinggal di Amerika Utara
kemudian memperkenalkan tradisi tersebut di sana dan membuatnya menjadi salah
satu olahraga yang cukup digemari oleh masyarakat setempat.
sumber:http://www.merdeka.com/gaya/tradisi-menarik-leher-angsa-hidup-sampai-putus.html