Rumah duka dan krematorium
kerap dihindari orang, kecuali kalau ada keperluan kedukaan kerabat atau orang
lain yang dikenal. Atau ketika kita yang berada dalam peti matinya.
Dikutip dari Listverse.com
pada Rabu (29/6/2016), selain membayangkan hal-hal menyeramkan, ternyata memang
ada cerita-cerita horor terkait dengan rumah duka dan krematorium yang ternyata
dilakukan oleh mereka yang masih hidup.
1. Bobby Wilks
Pada 1988, Bobby Wilks (saat
itu berusia 51 tahun) telah menjadi direktur untuk Barber Funeral Home di Cross
Plains, Tennessee, selama lebih dari 20 tahun.
Di tempat pemakaman, Wilks
mengusulkan kepada para kerabat yang berduka untuk tidak usah menyaksikan
penurunan peti mati karena bisa menyedihkan.
Kebanyakan keluarga mematuhi
anjuran.
Pada Oktober 1988, Wilks
memberikan anjuran yang sama. Para pengusung peti menyingkir walaupun mereka
tetap memasang mata. Mereka kemudian menyaksikan Wilks melempar sejumlah pot
berisi bunga ke dalam liang kubur tapi tidak memasang tutup atas pelindung peti
yang dibayar $375 ($761,53 nilai tahun 2016, Rp 10 juta) oleh kerabat yang
berduka.
Mereka melaporkan kepada
polisi dan Wilks diringkus. Setelah tersiarnya kabar penahanan Wilks,
keluarga-keluarga lain ikut mengadukannya. Satu-satunya cara memeriksa tuduhan
adalah dengan mengangkat kembali jenazah yang dimakamkan oleh Wilkes. Ada 30
makam yang dibongkar.
Seperti kasus yang diadukan
pertama kali, beberapa jenazah dikuburkan tanpa tutup dan tersingkaplah
sejumlah hal yang lebih parah lagi. Setidaknya 10 peti mati dijejali dengan
botol-botol, popok bekas, kaleng bekas makanan anjing, dan kantong-kantong
rambut.
Setidaknya ada dua peti mati
yang dikuburkan miring pada sisinya dan ada satu peti dengan tangan yang
mencuat keluar. Diduga, Wilks tidak menurunkan peti sebagaimana seharusnya,
tapi melemparkan begitu saja.
Tapi para kerabat beruntung
masih menemukan peti-peti itu. Ada satu jenazah yang dikuburkan tanpa peti.
Seorang penggali makam yang membantu mengangkat jenazah mengatakan bahwa Wilkes
seperti marah kepada orang mati. Para Oktober 1989, Wilks mengaku bersalah atas
48 dakwaan berbeda dan dipenjara 28 tahun 11 bulan.
2. Juragan Jenazah dari
Broward County
Pada 1977, Joseph Damiano
memulai bisnis angkutan jenazah di Florida selatan. Ia mendapat sejumlah
kontrak besar dan memegang monopoli di pasaran. Setelah beberapa tahun, bisnis
angkutan diperluas dengan bisnis jasa kremasi.
Kemudian pada 1990-an Damiano menghadapi
sejumlah gugatan. Pertama pada 1994, saat seorang wanita menggugat Damiano
karena percaya abu jenazah suaminya tercampur dengan abu jenazah orang lain.
Dalam pengadilan, beberapa
mantan pegawai bersaksi bahwa abu dari beberapa jenazah berbeda memang
seringkali dicampur. Secara khusus, ada perintah untuk menambah abu kremasi
bayi karena tidak banyak abu jenazah yang dihasilkan dalam proses itu.
Ia digugat dengan tuduhan yang
sama pada 1998, ketika anak perempuan Heather Smith dikremasi di layanan
Damiano. Dalam dengar pendapat kasus anak kecil berusia 5 tahun itu, Damiano
tidak datang untuk membela diri.
Dalam kasus lain, Damiano
dituduh menghilangkan seluruh abu jenazah seorang wanita. Bahkan ada tuduhan
lain yang mengatakan Damiano tidak menebarkan abu, hanya membuangnya di
belakang krematorium atau di tempat parkir.
Di semua kasus sipil itu
Damiano kalah dan diperintahkan untuk membayar $39 juta ($57,48 juta nilai
2016, Rp 757 miliar) kepada semua pihak yang pernah ditelikungnya. Tapi tidak banyak
yang bisa diambil oleh penggugat karena tidak ada properti atas nama Damiano.
Ia mendaftarkan semua bisnis dan properti atas nama orang lain.
Pada 2001, ada penyidikan
tentang layanan pemakaman di Florida. Karena Damiano masih banyak utang
gugatan, ditambah dengan denda $15 ribu ($20 ribu untuk 2016, Rp 268 juta) yang
harus dibayar ke pemerintah federal, Damiano langsung menjadi perhatian.
Mereka memeriksa bisnisnya dan
terungkaplah bahwa Damiano tidak memiliki izin untuk menjalankan tungku
pembakaran. Lalu terkuaklah temuan lain yang mengejutkan. Damiano secara tidak
sah menyewakan sekitar 600 jenazah ke sekolah pembalseman tanpa sepengetahuan
kerabat dengan pembayaran $110 untuk setiap jenazah.
Dalam setidaknya 2 kasus, dua
jenazah Yahudi dibalsem, padahal itu dilarang dalam ajaran Yudaisme.
Pada Maret 2001, kegiatan
Damiano ditutup dan ia ditangkap dengan tuduhan penipuan dan berkegiatan tanpa
izin. Belum kapok, pada Mei 2016 namanya muncul lagi karena menjalankan layanan
kremasi secara daring di Colorado dengan nama Heritage Cremation Provider and
Legacy Funeral Services.
Para pengguna jasa mengatakan
bahwa abu kerabat ditangani secara sembrono dan, dalam beberapa kasus, perlu
waktu berbulan-bulan untuk mendapat kembali abunya. Ada beberapa orang yang
menuduhnya menahan abu jenazah kerabat demi uang tebusan.
3. Mark Calebs
Kabar tentang orang yang
mencuri dari rumah duka bukan hal yang tidak biasa, apalagi kisah Mark Calebs
ini. Sesaat setelah tengah malam pada 27 Juni 1998, seorang pegawai rumah duka
di London, Kentucky, mendengar adanya upaya penerobosan.
Bersama rekannya, mereka
melihat-lihat dan sepertinya tidak ada yang hilang sampai akhirnya mereka tiba
di peti mati Brittany Rae Bradley. Anak berusia 9 tahun itu meninggal setelah
berjuang melawan kanker langka selama 2 tahun.
Malam itu, rumah duka baru
saja mengadakan perkabungan baginya. Ternyata, celana dalam anak itu hilang.
Keluarga Brittany Rae Bradley menuduh Mark Calebs (31), sepupu almarhumah,
sebagai pencurinya.
Polisi menggeledah tempat
tinggal pria itu dan menemukan celana dalam yang hilang. Lega, tidak ada
tanda-tanda penistaan seksual pada jenazah Brittany Rae Bradley. Calebs
kemudian disangkakan dengan sejumlah dakwaan.
4. Mark Villella
Pada Agustus 1999, direktur
pemakaman bernama Mark Villella menemukan sesuatu yang tidak pernah diharapkan
oleh seorang suami di manapun, yaitu surat cinta dari istrinya kepada kekasih
gelap.
Beberapa hari sesudahnya, Mark
dan Exelee (28), istrinya yang telah dinikahinya selama 2 tahun,
memperbincangkan hal itu dan kerap menjadi tegang. Pada 5 Agustus malam, Exelee
menelepon kakaknya guna mengadukan perkelahian pasutri itu. Saudara
perempuannya menjadi khawatir ketika adiknya tidak menelepon lagi.
Rekan-rekan kerja Exelee merasa
ada yang tidak beres karena wanita itu tidak datang ke tempat kerja dan Mark
tidak mencari-carinya -- seperti kebiasaan kalau pria itu sedang dibakar rasa
cemburu.
Tiga hari setelah Exelee
menelepon saudara perempuannya, polisi mewawancarai Mark dan ia mengaku mereka
bertengkar. Ia menceritakan kepada polisi bahwa istrinya hengkang tak tentu
rimbanya.
Kerabat merasakan kejanggalan
karena Exelee tidak membawa bayinya yang masih berusia 18 bulan dan mobilnya
masih di rumah. Polisi memeriksa hilangnya wanita itu, menuju suatu kesimpulan
yang cukup mengerikan.
Di hari yang sama dengan hari
mereka melakukan wawancara, Mark sedang bertugas melakukan pemakaman peti mati
tertutup bagi Marjorie Hutchinson (89). Polisi menduga Mark menyertakan mayat
Exelee dalam peti mati Hutchinson dan menguburkannya bersama-sama.
Tiga minggu setelah hilangnya
Exelee, mereka menantang Mark dan mengatakan akan menangkat peti mati
Hutchinson.
Pria itu kemudian mengaku
menikam Exelee ketika sedang tidur. Mark tidak ingin menjalani proses cerai
yang mahal dan tidak ingin berbagi perwalian anak lelaki mereka. Ia mengaku
bersalah dan diganjar 30 tahun dalam penjara.
5. Anthony Parisi
Pada Juli 1986, Anthony Parisi
meninggal pada usia 83. Almarhum adalah seorang dari beberapa pendiri sebuah
toko grosir di Mount Vernon, New York. Ia meninggal secara alamiah dan
jenazahnya dibaringkan di Yannantuono Funeral Home, juga di Mount Vernon.
Pagi tanggal 26 Juli, para
pegawai rumah duka berdatangan untuk mempersiapkan jenazah. Ketika mereka
melihat ke dalam peti, kepala jenazah sudah raib.
Polisi mendapat laporan dan
mereka menduga ada seseorang datang tengah malam, menerobos ke dalam rumah
duka, dan menggunakan pisau cukur atau pisau bedah untuk memenggal kepala
tersebut. Setelah lepas, kepala itu dibawa kabur.
Tidak ada benda lain apapun
yang hilang atau rusak. Tidak ada tanda-tanda masuk secara paksa. Polisi
kebingungan dengan kasus ini. Mereka tidak bisa menduga orang yang mencurinya,
alasannya, atau apa yang kemudian terjadi kepada kepala itu karena tidak pernah
ditemukan hingga sekarang.
6. Julie Mott
Pada 15 Agustus 2015, teman
dan kerabat Julie Mott menghadiri ibadah duka di rumah duka San Antonio, Texas.
Seandainya masih hidup pada tanggal itu, usianya 26 tahun, tapi ia kalah
melawan penyakit cystic fibrosis sepekan sebelumnya. Ia mendapat diagnosa penyakit
yang memperpendek umur itu ketika masih berusia 2 tahun.
Pemakaman seharusnya menjadi
bagian pemulihan bagi kerabat, tapi malah menjadi mimpi buruk. Sesaat setelah
ibadah kedukaan, tapi sebelum rumah duka tutup, seseorang mencuri jenazah Mott
dari dalam peti mati. Tidak pernah ditemukan lagi.
Polisi tidak bisa memastikan
siapa yang mencuri jenazah wanita muda yang cantik itu. Mereka memiliki
sejumlah teori. Salah satu teori adalah bahwa kekasihnya yang terobsesi telah
mencurinya. Ia adalah orang terakhir yang terlihat keluar dari kapel.
Polisi menggunakan anjing
pelacak untuk menggeledah mobil, rumah, serta beberapa properti milik kakek
nenek pria itu. Nihil. Ia tidak pernah disebut secara umum oleh polisi dan
tidak pernah disangkakan kejahatan apapun.
Suatu teori lagi dikemukakan
oleh pemilik rumah duka, Robert "Dick" Tips. Menurutnya, jenazah
dicuri oleh seseorang yang secara moral keberatan dengan kremasi.
Teori lain lagi adalah bahwa
rumah
duka itu mungkin terlibat
dengan raibnya jenazah. Pada Januari 2016, keluarga Mott menggugat rumah duka
karena kelalaian besar.
Sang mantan kekasih juga
menyalahkan rumah duka. Ia mengatakan bahwa pihak rumah duka kehilangan jenazah
Mott atau telah dikremasi secara prematur.
Dalam bantahan pihak rumah duka,
Tips mengemukakan bahwa ia membantu mengatur pencarian dalam beberapa minggu
pertama hilangnya jenazah itu dan menawarkan hadiah $20 ribu (Rp 263 juta)untuk
informasi keberadaan jenazah.
7. Robert Winston
Banyak orang melakukan bisnis
rumah duka karena merupakan bisnis keluarga. Lain dengan Robert Winston
memulainya pada usia 49 tahun setelah pensiun sebagai tukang listrik.
Sewaktu masih menjadi tukang
listrik, ia terkena asbestosis dan mendapat ganti rugi dari perusahaan asbes,
lalu bersekolah untuk menjadi direktur rumah duka.
Winston lulus ujian pada 1991.
Pada 1993, ia membuka Newman-Winston Memorial Chapel di McKeesport,
Pennsylvania, menggunakan uang ganti rugi yang diterimanya. Masalahnya, dia
bukan seorang pengusaha ulung. Ia tidak terlalu bagus menagih ratusan ribu
dolar yang menjadi haknya dan, pada akhir 2000, ia mengalami masalah besar
keuangan.
Salah satu pemasukan tetap
berasal dari Magee-Women’s Hospital. Tugas Winston adalah melakukan kremasi
pada janin dan bayi yang meninggal sewaktu lahir. Masalahnya, ia menerima uang
dari rumah sakit dan membayarkan tagihan lain sehingga ia tidak bisa melakukan
kremasi dan malah menyimpannya dalam rumah duka.
Pada Maret 2004, izin usahanya
ditangguhkan selama 3 tahun karena menjalankan rumah duka tanpa lisensi dan
tidak memberitahukan kepada negara bagian bahwa ia menjual rencana pengaturan
pemakaman.
Karena tidak punya izin, ia
tidak punya pemasukan dan rumah duka itu disita. Ketika diusir dari sana, ia
membawa jenazah-jenazah bayi ke garasi rumahnya. Pada Agustus 2005, mantan
istrinya melapor kepada polisi bahwa Winston menyimpan jenazah dalam garasi
rumahnya.
Polisi menggeledah garasinya
dan menemukan 179 jenazah janin dari ibu berusia kehamilan lebih dari 16
minggu, 154 janin dari ibu yang berusia kehamilan kurang dari 16 minggu, 253
wadah berbahaya berisi bekas-bekas otopsi janin, dan 19 jenazah bayi yang baru
lahir tapi meninggal beberapa hari kemudian.
Menurut polisi, semua itu
berasal dari rumah sakit antara tahun 2000 dan 2002. Winston kemudian ditangkap
dan didakwa dengan 19 dakwaan penistaan jenazah serta pencurian. Ia mengaku
bersalah dan menjalani hukuman percobaan.
8. Biomedical Tissue Services
Michael Mastromarino adalah
seorang ahli bedah gigi, tapi kehilangan izin pada 2002 karena menggunakan obat
infus selagi sedang mengerjakan gigi seorang pasien.
Bisnis berikutnya adalah
perusahaan sendiri bernama Biomedical Tissue Services di kota Fort Lee, New
Jersey. Perusahaan itu mengambil tulang dan jaringan dari mayat untuk digunakan
dalam implan gigi. Walau terdengar menyeramkan, hal ini sebenarnya lazim dilakukan.
Banyak orang mengetahui bahwa
dokter mengambil organ dari orang yang masih hidup dan melakukan transplantasi
organ itu pada orang lain. Tulang dan jaringan tertentu tidak harus segera
dipakai, sehingga bisa diambil di rumah duka, beberapa jam setelah kematian,
dengan empat syarat tertentu.
Pertama, agar perusahaan itu
boleh melakukan 'panen' organ jenazah, mereka harus mendapat izin dari yang
bersangkutan sewaktu masih hidup atau dari anggota keluarga. Kedua, orang itu
tidak pernah memiliki penyakit menular. Ketiga, ia tidak boleh terlalu tua.
Terakhir, kematiannya belum lebih dari 15 jam.
Syarat yang terdengar masuk
akal, namun diabaikan semua oleh perusahaan Mastromarino. Ia menggunakan
perantara dan membayar $1000 (Rp 1,3 juta) untuk setiap jenazah. Ia lalu
mengirim tim 3 orang untuk melakukan 'panen'. Tidak ada kerabat korban yang
mengetahui hal ini.
Salah satu jenazah yang
dikerjakannya adalah jenazah Alistair Cooke, mantan pembawa acara Masterpiece
Theater di stasiun televisi PBS. Ia meninggal dalam usia 94 tahun dan pernah
menderita kanker, tapi tetap saja tulang lengan dan kakinya diambil.
Dari setiap jenazah,
Mastromarino mendapat untung $10 hingga $15 ribu untuk setiap jenazah. Ia telah
melakukan "panen' dari 1.076 jenazah, jelaslah ia menjadi seorang jutawan.
Masalahnya, orang menjadi
sakit karena transplantasinya. Ada seorang pria usia 23 tahun yang harus
dibedah untuk perbaikan ligamen sobek pada sendi dengkul. Ia mendapatkan tulang
rawan dari jenazah yang sudah mati selama 19 jam. Dalam tambahan waktu setelah
kematian itu, jamur sempat berkembang di tulang rawan, dan menjadi infeksi
ketika ditanam pada penerimanya.
Ada seorang wanita berusia 74
tahun yang mendapat implan tulang untuk punggung bagian bawah dan malah
tertular sipilis dari implan. Seorang pria berusia 41 tahun teruji positif HIV
dan hepatitis C setelah mendapat implan tulang untuk suatu penyakit terkait
usia.
Dan masih banyak lagi. Dampak
sebenarnya mungkin tidak akan pernah diketahui karena Mastromarino membanjiri
pasar dengan tulang dan jaringan tercemar yang telah ditanam pada lebih dari 10
ribu orang.
Semua mulai terungkap pada
November 2004 ketika New York Police Department diminta datang ke suatu rumah
duka yang pernah dimiliki oleh seorang direktur pemakaman di bawah Mastromarino.
Setelah penyidikan panjang,
polisi menangkap Mastromarino, tiga orang bawahannya, dan tiga direktur
pemakaman, terkait dengan komplotan pelaku 'panen' jenazah.
Mastromarino diganjar 18
hingga 54 tahun penjara. Istrinya sepakat membayar $4,6 juta ($ 5,85 juta nilai
2016, Rp 77 miliar) kepada keluarga-keluarga yang pernah terhubung dengan
jejaring Mastromarino. Pria itu meninggal karena kanker hati metastatis pada
Juli 2013, di usia 49 tahun.
9. Walter dan Helen Pestinikas
Pada Maret 1982, Joseph Kly
(90), seorang pensiunan penambang batu bara penderita paru-paru legam, pergi ke
sebuah rumah sakit di Scranton, Pennsylvania karena sulit menelan. Ketika
berada di rumah sakit, ia membuat pengaturan pemakaman dengan Walter dan Helen
Pestinikas, pemilik rumah duka setempat.
Setelah dirawat selama 4
minggu di rumah sakit, bukannya pulang ke rumah bersama putra tirinya, Kly
malah tinggal bersama pasangan Pestinikas yang keduanya berusia 60-an.
Kly ditempatkan di area patio
yang telah diubah di bekas bar milik pasangan itu di Scranton. Dua setengah
tahun kemudian, pada 15 November 1984, Kly ditemukan meninggal dalam bar. Pihak
yang berwenang dipanggil dan jenazah Kly dibawa ke dokter.
Pihak berwenang juga
memperhatikan bahwa area tempat tinggal Kly selama 2,5 tahun terakhir
"tidak pantas untuk tempat tinggal manusia". Tidak ada pendingin,
tidak ada toilet, tidak ada insulasi. Tinja manusia bertebaran dalam ruangan
kecil itu.
Jenazah Kly diperiksa dokter
dan ketahuan bahwa Kly kelaparan serta menderita dehidrasi parah. Ia juga tidak
makan dalam beberapa hari sebelum kematiannya. Jelas terlihat, karena berat
badannya saat meninggal hanya 28 kg.
Karena Kly telah membayar
pengaturan pemakaman kepada pasangan Pestinikas, dokter mengembalikan jenazah
kepada pasangan untuk kemudian dikuburkan. Polisi mengatakan bahwa pihak
keluarga memiliki keputusan final tentang siapa yang menguburkan jenazah.
Kly tidak mempunyai banyak
saudara dan merekapun tidak sanggup membiayai pemakaman sehingga lagi-lagi
mereka mengirimkannya kepada rumah duka milik pasangan yang membiarkan Kly
kelaparan.
Enam hari setelah Kly
dilaporkan meninggal, polisi kembali ke ruangan tempat tinggalnya dan mendapati
ruang itu telah dibersihkan serta dicat ulang oleh Pestinikas. Lalu ada alat
bantu jalan yang sebelumnya tidak ada di ruangan itu.
Pasangan Pestinikas kemudian
ditahan dengan tuduhan telah menyandera Kly, mencuri uangnya, dan membiarkannya
kelaparan. Ketika Kly pindah ke sana, ia memberikan akses rekening bank yang
saat itu berisi $35 ribu ($ 87 ribu nilai 2016, Rp 1,15 miliar) kepada Helen
Pestinikas. Ketika meninggal, isi rekening tinggal $55 ($ 127,7 nilai 2016, Rp
1,67 juta)
Pasangan Pestinikas membela diri
dan mengatakan bawha Kly memang sudah tua, anoreksik, dan menderita paru-paru
legam serta beberapa kondisi medis lain yang turut andil dalam kematiannya.
Mereka mengaku melakukan yang terbaik untuknya dan Kly meninggal karena sebab
alamiah. Mereka juga menuduh bahwa otopsinya sembarangan.
Jenazah Kly diangkat lagi pada
Februari 1985 untuk otopsi ulang. Sang dokter langsung mengetahui ada yang
tidak beres. Pada bagian perut ada dua jahitan. Ketika melihat ke bagian dalam
tubuh, lambung dan beberapa organ lain telah diganti dengan organ dari orang
yang telah makan sebelum meninggal.
Pasangan Pestinikas menolak
dugaan telah menukar organ-organ tubuh, sehingga masih beum jelas dari mana
asal organ-organ sehat itu. Pasangan Pestinikas kedapatan bersalah pada
Februari 1987 untuk pembunuhan tingkat tiga dan dakwaan lain. Keduanya diganjar
5 hingga 10 tahun penjara.
10. Skandal Tri-State
Crematory
Pada 1996, ketika ayahnya
sakit, Tommy Ray Brent Marsh berhenti kuliah untuk meneruskan bisnsi keluarga,
yaitu sebuah krematorium di halaman belakang rumah keluarga di Noble, Georgia.
Saat Marsh menjalankan Tri-State Crematory, ada ribuan jenazah dikirim ke sana
untuk kremasi. Pada Oktober 2000, kantor sheriff menerima laporan pertama
adanya sesuatu yang tidak biasa di krematorium.
Petugas gas memberitahu
melihat beberapa jenazah bergelimpangan di properti Marsh, tapi kantor sheriff
tidak pernah melakukan tindak lanjut. Sekitar 13 bulan kemudian, dinas
perlindungan lingkungan, Environmental Protection Agency (EPA), mendapat
petunjuk tak bernama tentang keberadaan jenazah di hutan sekitar properti milik
Marsh. Mereka melakukan penyidikan tapi tidak menemukan apapun.
Pada 14 Februari 2002, polisi
menerima panggilan tak bernama yang mengatakan bahwa, sewaktu sedang membawa
anjing berjalan-jalan di hutan, beberapa orang menemukan tulang lengan manusia.
Hari berikutnya, polisi pergi
ke krematorium dan langsung menemukan 49 jenazah yang harusnya sudah dilakukan
kremasi, tapi belum dilakukan. Mereka memperluas pencarian dan menemukan 334
mayat bertebaran dalam dan di sekitar properti Marsh. Ada beberapa yang sudah
tergeletak lebih dari 5 tahun.
Selain jumlah yang
mencengangkan, cara penyimpanan jenazah juga keterlaluan. Ada yang masih berada
dalam peti mati dan beberapa peti mati sekedar ditumpuk. Tapi banyak jenazah
yang tidak berada dalam peti mati dan berserakan begitu saja.
Beberapa jenazah masih
mengenakan gaun rumah sakit, lengkap dengan gelang rumah sakit. Jenazah
bertebaran di hutan, disembunyikan dalam hampir semua bangunan dalam properti,
dan ada beberapa yang dilemparkan ke dalam lubang-lubang di tanah.
Karena sudah ada yang
tergeletak lebih dari 5 tahun, peluruhannya ada pada beberapa tingkatan.
Misalnya, dalam garasi, polisi menemukan 4 peti mati dengan beberapa jenazah
saling bertumpukan, lalu ada berapa jenazah bertebaran dengan cairan tubuh yang
menetes ke tanah.
Mengenai alasan di belakang
semua ini, pengacara Marsh mengatakan bahwa Marsh mengalami keracunan zat
merkuri karena proses kremasi sehingga ia mengaku seakan tinggal di dalam
kabut.
Menurut polisi, ia sangat
tidak becus dalam pekerjaannya dan tidak pernah sungguh-sungguh ingin menjadi
bagian bisnis keluarga. Marsh disangkakan 787 dakwaan, termasuk 179 dakwaan
penistaan jenazah dan 439 dakwaan pencurian.
Pada Februari 2004, Marsh
mengaku bersalah dan diganjar hukuman penjara selama 12 tahun. Pemerintah setempat
dan negara bagian menghabiskan $10 juta ($12,7 juta nilai 2016, Rp 16,7 miliar)
untuk pembersihan dan pemulihan jenazah. Secara keseluruhan, ada 133 jenazah
yang tidak bisa dikenali.
sumber:http://global.liputan6.com/read/2542520/10-kisah-horor-dari-rumah-duka-dan-krematorium?utm_source=Digital%2520Marketing&utm_medium=House%2520Ads&utm_campaign=ContentPromotion_KisahHoror_Global_STS2&p=3