C.T. Studd adalah seorang pria
keturunan Inggris yang kaya raya. Ia dikenal sebagai atlet kampus dan mahasiswa
relawan yang kontroversial. Ia begitu gigih mengajak para mahasiswa relawan
lainnya untuk berkontribusi dalam penginjilan. Fokus perhatiannya adalah
Kerajaan Allah.
Cara-cara penginjilannya tampak tidak lazim, dan ia adalah
seorang yang memiliki kepribadian yang teguh pada prinsip, sehingga membuatnya menjadi
salah seorang misionaris kontroversial dalam sepanjang sejarah gereja Injili
modern. Namun perannya patut dihargai, salah satunya sebagai pendiri dan
direktur Gerakan Penginjilan Sedunia (The Worldwide Evangelization Crusade)
yang menyiapkan berbagai fakta mengenai ladang misi bagi para calon penginjil.
Dengan kepemimpinan yang tegas dan berdisiplin, ia disegani oleh orang-orang
yang dipimpinnya.
Studd dibesarkan di Tedworth dan ia
hidup berkelimpahan dengan tinggal di perumahan berfasilitas mewah di Wiltshire.
Edward Studd, ayah C.T. Studd, adalah seorang petani sukses di India. Namun, ia
memutuskan untuk kembali ke Inggris dan menghabiskan sisa masa hidupnya di
sana. Akhirnya, Edward Studd melibatkan diri dalam salah satu kampanye
penginjilan milik D.L. Moody. Kebangkrutan Edward Studd kemudian yang
menyadarkan dirinya untuk mulai mengadakan pertemuan pemahaman Alkitab di
Tedworth, tempat ia menginvestasikan tenaganya untuk menyelamatkan teman-teman
dan sanak keluarganya.
C.T. Studd dan kedua saudaranya sudah
bertobat sebelum ayah mereka meninggal. Studd bergabung dengan kampanye Moody
dan menyerahkan hidupnya untuk pelayanan penginjilan di negara asing. Kehidupan
C.T. Studd sudah berdampak besar di Cambridge. Selain bakatnya yang luar biasa
sebagai pemain kriket terbaik di antara para anggota "Kesebelasan
Cambridge" (bahasa Inggris: Cambridge Eleven), satu hal yang juga
menghebohkan ialah adanya enam mahasiswa Cambridge lainnya -- semua mahasiswa
cerdas dan berbakat -- yang mengambil keputusan yang sama dengan Studd, setelah
mereka mengetahui keputusan Studd. Studd dan keenam temannya tersebut dijuluki
"Sapta Cambridge" (bahasa Inggris: Cambridge Seven). Mereka bernazar
untuk berlayar ke China dan melayani bersama di bawah naungan Misi Pedalaman
China (China Inland Mission -- CIM).
"Belum pernah terjadi sebelumnya
di dunia misi," tulis seorang reporter, "serombongan orang-orang unik
dikirim untuk melayani di ladang asing." Bagi banyak orang, termasuk
anggota keluarga Studd sendiri, keputusan ketujuh mahasiswa itu merupakan ide
konyol dan sia-sia. Mereka menyia-nyiakan kepandaian dan kemampuan mereka
begitu saja.
Pelayanan Studd di China berlangsung
kurang dari 10 tahun namun banyak pekerjaan telah dilakukannya. Tidak lama
setelah dia tiba di sana, Studd bertemu dan menikah dengan Priscilla Steward
yang juga melayani di sana, di bawah naungan Salvation Army. Mereka dikaruniai
empat putra. Pada tahun-tahun awal pelayanan di China, mereka mengalami banyak
kesulitan. "Selama 5 tahun," kata Studd, "tidak seorang pun di
antara kami yang bisa pergi ke luar rumah tanpa mengalami hujan cercaan dari
tetangga-tetangga kami. Namun selama kami tetap bertahan, pelayanan kami
semakin berkembang luas." Priscilla semakin giat dengan pelayanan
penginjilannya bersama para wanita, sedangkan Studd sibuk dengan pelayanan
kepada para pecandu narkoba.
Pada tahun 1894 karena alasan
kesehatan, Studd beserta keluarganya kembali ke Inggris. Dia berkhotbah dalam
penginjilan di Amerika Serikat dan Inggris selama 6 tahun dengan mengatasnamakan
"Gerakan Relawan Mahasiswa". Menurut J. Herbert Kane, "...
ribuan mahasiswa berkumpul dalam pertemuan-pertemuan ini, kadang-kadang ada
enam pertemuan dalam sehari ... dan ratusan orang, yang terlibat dalam gerakan
kebangunan, mengajukan diri sebagai relawan pelayanan misi." Pada tahun
1900, Studd dan keluarganya hijrah ke India selama 6 tahun untuk melayani para
petani dan penduduk yang bisa berbicara bahasa Inggis. Namun, selama kurun
waktu tersebut misi penginjilannya kurang berjalan baik dan tidak memuaskan
dirinya sehingga ia memutuskan untuk kembali ke Inggris. Ia mulai kehilangan
fokus mengenai apakah yang menjadi pusat kehendak Allah.
Suatu saat, ia membaca sebuah berita
yang bertuliskan "Kanibal Mencari Penginjil" dan berita tersebut
mengubah arah hidup Studd.
Ia mendengar bahwa ratusan di antara
ribuan suku di Afrika Tengah sama sekali belum pernah mendengar Injil
"karena tidak seorang pun rela pergi ke sana untuk memberitakan
Yesus". "Rasa malu" tersebut, menurut Studd, "membekas jauh
ke dalam" jiwanya. "Saya bertanya, 'Mengapa tidak ada seorang Kristen
pun pergi ke sana?' Tuhan menjawab, 'Mengapa engkau tidak pergi?' 'Dokter tidak
mengizinkanku,' kataku. Jawaban Tuhan datang, 'Bukankah Aku ini tabib yang
ajaib? Apakah Aku tidak akan memampukanmu melakukannya? Apakah Aku tidak
berkuasa menjagamu di sana?' Tidak ada alasan untuk mengelak, hal ini harus
dilaksanakan."
Pada tahun 1910 ia melakukan
perjalanan penelitian. Setahun berikutnya ia kembali untuk merencanakan
pelayanan misi yang baru ke Afrika, pelayanannya ini disebut Hati Misi untuk
Afrika (bahasa Inggris: "the Heart of Africa Mission"). Pada saat
melakukan pelayanan itu, Studd mendapat kabar bahwa istrinya mengalami
komplikasi hati, namun dia tetap bertahan di Afrika. Ia meyakini bahwa pekerjaan
Tuhan adalah prioritas utamanya, melebihi kepentingan keluarga. Pada waktu dia
kembali dari pelayanan misi tahun 1916, ia mendapati istrinya, Priscilla, sudah
sehat dan sangat aktif dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dia juga bisa
mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.
Beberapa tahun kemudian banyak orang
terlibat dalam pelayanan karena pengaruh Studd, mulai dari anak-anak
perempuannya hingga menantu-menantunya. Akan tetapi, karena banyak misionaris
yang berdatangan, muncul hambatan dalam perkembangan misi akibat perbedaan
doktrin di antara mereka sendiri. Bahkan, anak-anak perempuan Studd dan
menantu-menantunya kini mulai merasa ayah mereka sudah menjadi seorang yang
sulit diajak bekerja sama. Ia mengorbankan segala sesuatu untuk Afrika dan berharap
rekan-rekannya berbuat yang sama. Ia bekerja 18 jam setiap hari. Norman Grubb,
sang menantu berkata, "Tidak ada pekerjaan yang dibiarkan terbengkalai, ia
terus berfokus pada tujuan pelayanannya, tidak ada waktu untuk berlibur, tidak
ada waktu rekreasi." Setiap misionaris diharapkan untuk hidup sesederhana
orang Afrika, dan sebisa mungkin tidak berpenampilan seperti pendatang Eropa.
Kontoversi doktrin pun sering terjadi
di antara Studd dan rekan-rekannya sepelayanan, khususnya orang-orang yang
terlibat di lapangan. Terjadi kemajuan yang sungguh luar biasa dan banyak orang
mendatangi mereka dari berbagai pelosok daerah. Menjelang akhir 1920, meskipun
Studd telah bekerja keras dan mengabdikan diri sepenuhnya, ia semakin
kehilangan dukungan dari keluarganya. Kegigihan tekadnya pada idealisme dan
pandangannya yang negatif mengenai orang-orang Kristen Afrika begitu disadari
oleh keluarganya.
Masalah lain timbul ketika Studd
menulis sebuah buku kecil berjudul "D.C.D." Buku itu muncul sebagai
tanggapan terhadap kelesuan dalam hidup orang-orang Kristen. Ia berkata,
"Saya ingin menjadi salah satu dari orang-orang yang berkata 'persetan
dengan apa pun yang lain' kecuali untuk memberikan hidupku kepada Yesus dan
jiwa-jiwa tersesat." "D.C.D." adalah akronim dari "persetan
dengan apa pun" (bahasa Inggris: Don't Care a Damn), sebuah frasa yang
mengejutkan dan memerahkan telinga orang-orang Kristen, termasuk beberapa
pendukungnya yang setia.
Kesehatan Studd kian memburuk akibat
bekerja 18 jam setiap hari. Setelah dilegakan oleh suntikan morfin, ia mulai
sering mengonsumsi tablet morfin yang diberikan oleh seorang dokter dari
Uganda. Hingga akhirnya perbuatan itu didengar oleh rekan-rekannya sesama
misionaris. Salah seorang misionaris itu menyarankan agar dia diberhentikan dari
pelayanan penginjilan. Perbuatan Studd dianggap sesuatu yang memalukan dalam
sejarah penginjilan.
Akhirnya, kelompok para penginjil
yang bekerja bersama Studd mulai mengatur kembali pelayanan penginjilan mereka
tanpa melibatkan Studd. Grubb yang dekat dengan Studd juga tidak diikutsertakan
lagi. Sementara itu David Munro, menantu Studd yang lain melakukan
"tindakan mengejutkan". Ia pergi ke markas besar penginjilan dan
mengambil laporan itu demi keselamatan mereka.
Pelayanan misi ini tetap menjadi
kacau dan nyaris tanpa harapan untuk diselamatkan dari kehancuran, meskipun ia
sudah memiliki nama baik. Adakah yang dapat memulihkan WEC (Worldwide
Evangelization Crusade, nama baru the Heart of Africa Mission)? Ada. Beberapa
minggu kemudian terdengar kabar kematian Studd. Masa kekacauan itu kini
telahberakhir dan dengan kepemimpinan Norman Grubb yang gagah berani, aktivitas
penginjilan bisa bersemi kembali dan dedikasi C.T. Studd, sang pendiri misi
tetap diakui.
Mengapa salah seorang penginjil muda
yang bermartabat tinggi dari Inggris berakhir seperti itu? Tidak diragukan
lagi, banyak latar belakang sudah memengaruhi perjalanan hidup Studd.
Ketekunannya yang menonjol justru sudah membuatnya jatuh. Karena keinginan
besar untuk melakukan banyak hal untuk perkembangan misi sudah membuatnya
terpaksa mengonsumsi morfin. "Kita harus giat," tulis Studd,
"dan kegigihan kita ini harus senantiasa ditingkatkan." Tetapi, bagi
sebagian besar orang, kegigihan itu dianggap satu tindakan "fanatik"
atau "ekstrem", yang akhirnya menjatuhkan C.T. Studd. Ia sering
menganggap dirinya seorang "Pejudi untuk Tuhan". Bisa dikata, ia
sudah berjudi dan kalah.
Pada tahun-tahun berikut setelah
kematian Studd, WEC mengalami pertumbuhan yang signifikan, dan menjelang tahun
1970-an penginjilan mereka sudah menjangkau hampir seluruh dunia dengan jumlah
penginjil melebihi 500 orang. Salah seorang di antaranya Dr. Helen Roseveare,
seorang pemberani, yang memulai pelayanannya di Ibambi tempat Studd melayani
tanpa kenal lelah. (t/Setya)
TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA. JANGAN LUPA UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUANYA.
SELURUH ISI DARI BLOG INI BOLEH DI COPY-PASTE/DISEBARLUASKAN DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN SUMBER LINK DARI BLOG INI. THANKS...!
SELURUH ISI DARI BLOG INI BOLEH DI COPY-PASTE/DISEBARLUASKAN DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN SUMBER LINK DARI BLOG INI. THANKS...!