Seorang mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta,
Aqin Rizka Ayati harus menjalani perawatan di ruang Intensive Care Unit (ICU)
Rumah Sakit dr Oen Solo. Badannya lumpuh lantaran menderita penyakit langka,
Guillain Barre Syndrome. Belum lagi sembuh, penyakit tersebut sudah menguras
biaya hingga lebih dari Rp 140 juta.
Penyakit yang menyerang jaringan syaraf dan sistem kekebalan tubuh tersebut
disebabkan oleh sejenis virus. "Kami juga heran mengapa virus langka ini
memilih anak saya untuk bersarang," kata ayahnya, Agus Wibowo Hadi saat
ditemui di rumah sakit, Senin petang 3 Juni 2013.
Sebelumnya, mahasiwi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan jurusan Kimia
itu dikenal sebagai anak yang sehat. Baru sekitar sebulan lalu, dia mengeluhkan
sakit di perutnya. "Akhirnya kami bawa ke rumah sakit lantaran kejang
perut," kata Agus.
Semula, Aqin didiagnosa menderita penyakit maag. Hanya saja, kejang perutnya
tidak berhenti meski telah dirawat selama sepekan. "Akhirnya Aqin harus
menjalani perawatan di ICU," kata Agus. Setelah empat hari di ICU, Aqin
kembali dibawa ke bangsal lantaran kondisinya membaik.
Hanya saja, kondisi Aqin kembali memburuk. Dia bahkan menjadi lumpuh dan
tidak bisa menggerakkan anggota badan sejak leher ke bawah. Penyakitnya telah
menyerang sistem jaringan syaraf. Setelah dokter melakukan pemeriksaan
menyeluruh, Aqin diketahui terkena virus yang cukup langka, Guillain Barre
Syndrome.
Akibat serangan penyakit tersebut, Aqin hanya bisa bertahan hidup melalui
peralatan ventilator yang dipasang di ruang ICU. "Saat alat dicoba
dilepas, Aqin hanya mampu bertahan enam jam," kata Agus. Kondisinya belum
membaik meski telah lebih dari sebulan dirawat di rumah sakit.
Selain lumpuh, organ dalam Aqin juga ikut terganggu. Paru-parunya terkadang
'lupa' untuk bekerja saat dia tertidur. "Kami harus membangunkannya saat
alat pendeteksi paru-parunya berbunyi," kata Ayahnya. Kondisi itu
menyebabkan Aqin harus ditunggui 24 jam nonstop.
Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan itu juga cukup besar. "Hingga
pekan lalu sudah habis Rp 140 juta," kata buruh bangunan tersebut.
Terpaksa, dia harus meminta bantuan pembiayaan kepada keluarga serta mencari
pinjaman ke sejumlah kenalannya. Kebetulan, dia tidak memiliki jaminan kesehatan
dari pemerintah.
Dia mencontohkan, Aqin harus mendapat obat jenis Gamares yang harganya Rp
3,2 juta per botol. Tiap hari, mahasiswi semester dua itu harus menghabiskan
empat botol. "Obat impor tersebut harus diberikan selama empat hari,"
katanya.
Juru bicara RS dr Oen Solo, Ajeng Sekar Arum mengatakan bahwa biaya
pengobatan Aqin memang cukup besar. "Obat untuk penyakit ini memang
tergolong mahal," katanya. Saat ini Aqin berada di bawah pengawasan tim
dokter yang terdiri dari dokter spesialis dalam dan dokter syaraf.
Mengutip laman Wikipedia, Guillain Barre Syndrome memang penyakit langka,
hanya ditemukan satu hingga dua kasus per 100 ribu orang. Meski demikian,
penyakit ini menjadi penyebab utama kelumpuhan non-traumatic akut. Guillain
Barre Syndrome ditemukan oleh seorang dokter asal Perancis, Georges Guillain
dan Jean Alexandre Barre pada 1916.
TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG KE BLOG INI, SEMOGA ARTIKEL INI MENAMBAH WAWASAN & MEMBERIKAN MANFAAT BAGI KITA SEMUA YANG MEMBACANYA...JANGAN LUPA UNTUK SELALU BERKUNJUNG KEMBALI...KARENA MASIH BANYAK ARTIKEL MENARIK LAINNYA YANG MENUNGGU UNTUK DIBACA OLEH PARA SOBAT SEMUA.
SELURUH ISI DARI BLOG INI BOLEH DI COPY-PASTE/DISEBARLUASKAN DENGAN SYARAT MENCANTUMKAN LINK SUMBER DARI BLOG INI. THANKS... !