Selasa, 17 Juni 2014

Biografi Andrew Murray

Bagikan Artikel Ini :
Biografi Andrew Murray - KARYA: ANDREW MURRAY (1828 -- 1917) Pendeta, Tokoh Gereja, Penulis, dan Pengajar

Andrew Murray merupakan anak kedua dari Andrew Murray Sr. (1794 -- 1866), seorang misionaris Gereja Reformasi Belanda yang dikirim dari Skotlandia ke Afrika Selatan. Andrew Murray lahir pada 9 Mei 1828 di Graaff Reinet, Afrika Selatan. Ibunya memiliki koneksi dengan kaum Huguenot Perancis dan Lutheran Jerman. Pada tahun 1838, saat Murray berusia 10 tahun, ia dan saudaranya, John, pergiuntuk belajar di Skotlandia. Mereka pergi naik kereta bersama paman mereka, Pendeta John Murray. Pada musim semi tahun 1840, seorang revivalis, William C.Burns, datang dan berbicara di Aberdeen, Skotlandia. Burns memberikan kesan yang mendalam pada diri Andrew. 

Ia tinggal di rumah pamannya dan mereka menghabiskan malam yang panjang untuk berbagi tentang pekerjaan Allah. Burns telah berperan dalam kebangunan rohani besar di Kilsyth pada tahun 1839. Hatinya selalu sedih melihat orang-orang yang terhilang, dan ia akan menangis dan berdoa selama berjam-jam untuk keselamatan mereka. Dengan rasa kagum, Andrew akan mendengarkan saat Burns berkhotbah, dan ia melihat figur seperti itulah yang dia rindukan. Andrew dan John menempuh pendidikan di Marischal College dan lulus pada tahun 1844. Dari sana, mereka berdua pergi ke University of Utrecht dan belajar teologi di sana. Dua bersaudara ini menjadi anggota Het Rveil, sebuah gerakan kebangunan rohani yang menentang rasionalisme, yang pada saat itu lazim di Belanda. Kedua bersaudara itu ditahbiskan oleh Komite Hague dari Gereja Reformasi Belanda pada tanggal 9 Mei 1848, dan kembali ke Cape Town.

Murray menikahi Emma Rutherford di Cape Town, Afrika Selatan, pada tanggal 2 Juli 1856. Mereka memiliki delapan anak, empat laki-laki dan empat perempuan.

Andrew menggembalakan gereja di Bloemfontein, Worcester, Cape Town, dan
Wellington, semuanya di Afrika Selatan. Dia adalah seorang pejuang dalam
kebangunan rohani Afrika Selatan tahun 1860.

Kehidupan Murray adalah berkhotbah dan mengajar. Tetapi kemudian, tragedi
menghantam. Pada tahun 1879, ia sakit dan itu berdampak pada tenggorokannya. Ia kehilangan suaranya dan memulai "tahun sunyi" selama dua tahun. Tahun-tahun ini membentuk Murray dalam cara yang baru. Dia menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Dia merendahkan hatinya sepenuhnya dan mengasihi Allah serta sesama. Dia bertemu dengan Otto Stockmayer untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang teologi penyembuhan. Pada tahun 1881, ia pergi ke London menuju Bethshan, sebuah rumah pengobatan berdasar iman yang dirintis oleh W. E. Boardman. Di Bethsan, Murray benar-benar mendapat kesembuhan total dan tidak pernah punya masalah dengan tenggorokannya lagi. Sejak saat itu, ia tahu bahwa karunia Allah adalah juga bagi orang-orang percaya saat ini, dan ia mengajarkan dan menulis tentang hal itu. Pada tahun 1882, ia menghadiri Konvensi Keswick. Konvensi ini menekankan tema "kekudusan" dan "kehidupan yang lebih dalam". Akhirnya, pada tahun 1895, ia menjadi pembicara utama. Selama hidupnya, Murray menulis lebih dari 240 buku, semuanya dituliskan oleh istrinya, Emma, atau oleh putrinya karena ketidakmampuannya untuk menulis dengan
jelas.

Metode kerjanya selama tahun-tahun terakhir hidupnya digambarkan oleh putrinya dengan: "Dia duduk dengan sangat tegak di kursi kerjanya dan mendikte dengan suara yang keras dan jelas, seolah-olah benar-benar ada audiensinya. Jam kerjanya biasanya dari 9 atau 10 sampai 11 di pagi hari. Selama waktu itu, dua atau tiga bab buku akan diselesaikan. Dia sangat teliti terhadap tanda baca, dan selalu berkata, `Paragraf baru,` sembari menunjuk cukup lama pada bagian kertas tempat paragraf baru harus dimulai, `titik`, `koma`, `titik dua`, `titik koma` untuk menambahkan penekanan yang ia rasa diperlukan. Seandainya sekretarisnya melakukan beberapa kesalahan atau salah ketik, ia akan membuat beberapa komentar lucu seperti, `Kamu harus kembali ke taman kanak-kanak.

Pada pukul 11:00, ia akan berkata, `Sekarang, beri aku waktu istirahat sepuluh menit; atau sekarang, mari kita menulis beberapa surat untuk perubahan.` Setelah itu, setengah lusin surat akan segera didiktekan, untuk menjawab permohonan doa untuk kesembuhan, untuk pertobatan dari hubungan yang belum bertobat, untuk kelepasan teman-teman dari kecanduan minuman keras, atau mungkin surat-surat bisnis. Dia selalu mendikte dengan nada suara yang penuh kesungguhan, dan juga berharap mendapatkan banyak hal pada setiap halaman. `Menulislah lebih dekat, lebih dekat lagi,` kata yang sering diulangnya. Menjelang akhir halaman folio, ia akan berkata, `Sekarang empat baris terakhir untuk doa,` kemudian ia akan melipat tangan, menutup matanya, dan benar-benar berdoa untuk mengakhiri perenungan tertulis itu."

Andrew Murray banyak dikenal sebagai pencetus doa yang luar biasa. Banyak orang menganggap bukunya yang berjudul "With Christ in the School of Prayer" (Bersama Kristus dalam Sekolah Doa) sebagai buku terbaik yang berbicara mengenai doa. Berikut ini adalah pemikiran Murray tentang doa:

Kepastian Jawaban Doa

Menurut Murray, doa terdiri atas dua bagian, memiliki dua sisi, sisi manusia dan sisi ilahi. Sisi manusia adalah permintaannya, dan sisi ilahinya adalah
pemberiannya. Atau, untuk melihat keduanya dari sisi manusia, ada permintaan dan ada penerimaan -- dua bagian yang membentuk keseluruhan. Seolah-olah, Dia hendak memberi tahu bahwa kita tidak boleh beristirahat sebelum ada jawaban karena itu adalah kehendak Allah, aturan dalam keluarga Bapa: setiap permohonan yang dinaikkan dengan percaya seperti anak-anak akan dikabulkan. Jika jawaban doa tidak datang, kita tidak boleh duduk dalam kemalasan, yang menyebut dirinya sendiri dengan "pengunduran diri", dan beranggapan bahwa bukanlah kehendak Allah untuk menjawab doa. Tidak; haruslah ada sesuatu di dalam doa, yang bukan menjadi milik Allah, seperti anak kecil dan percaya; kita harus mencari anugerah untuk berdoa agar doa itu dijawab. Jauh lebih mudah bagi tubuh untuk tunduk tanpa jawaban doa daripada menyerahkan dirinya sendiri untuk diselidiki dan dimurnikan oleh Roh, sampai tubuh tersebut telah belajar berdoa dalam iman. Ini merupakan salah satu tanda mengerikan dari keadaan hidup Kristen yang sakit hari-hari ini, bahwa ada begitu banyak orang yang beristirahat dalam kepuasan tanpa pernah mengalami jawaban doa yang berbeda.

Kuasa yang Muncul Melalui Doa

Bagi orang Kristen yang tidak sepenuhnya tinggal di dalam Yesus, kesulitan yang dihadapi berkaitan dengan doa sering kali begitu besar, seolah hendak merampas dia dari kenyamanan dan kekuatan yang bisa dihasilkan oleh doa itu. Di bawah kedok kerendahan hati, ia bertanya bagaimana seseorang yang begitu tidak layak dapat berharap memiliki pengaruh terhadap Yang Kudus. Ia berpikir tentang kedaulatan Allah, kebijaksanaan, dan kasih-Nya yang sempurna, tetapi tidak bisa melihat bagaimana doanya benar-benar dapat memiliki efek yang berbeda. Ia berdoa, tetapi lebih karena ia tidak bisa tidur tanpa berdoa, daripada berdoa karena iman yang penuh kasih, yang percaya bahwa doa akan didengar. Tetapi, dari berbagai pertanyaan dan kebingungan semacam itu, betapa besarnya berkat yang diberikan kepada jiwa yang benar-benar tinggal di dalam Kristus! Dia semakin menyadari bagaimana rasanya berada dalam kesatuan roh dengan Kristus sehingga kita diterima dan didengar. Penyatuan dengan Anak Allah merupakan kesatuan hidup: kita berada dalam kesatuan yang dalam dengan-Nya -- doa kita naik sebagai doa-Nya. Hal ini karena kita tinggal di dalam Dia sehingga kita bisa meminta apa yang kita inginkan, dan itu akan dikabulkan.

Syarat Utama Doa yang Dijawab

Dalam pendahuluan yang ia tulis untuk bukunya yang berjudul "Ministry of
Intercession" (Pelayanan Doa Syafaat), Murray menunjukkan bahwa ia menulis buku "With Christ in the School of Prayer" untuk membuat dua poin: (1) Bahwa Allah mau menjawab doa-doa kita, (2) Bahwa jawaban-jawaban doa itu bergantung pada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Selama bertahun-tahun, Murray diyakinkan bahwa kehidupan yang benar-benar kudus adalah syarat UTAMANYA.

Andrew Murray meninggal pada tanggal 18 Januari 1917, empat bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-89. Selama bertahun-tahun, dia memengaruhi banyak orang, termasuk Jessie Penn-Lewis, tokoh penting dalam kebangunan rohani Welsh tahun 1904 -- 1905. (t/Berlin B.)
sumber:http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/131/





 

ARTIKEL TERKAIT :

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar