Bencana ekologis paling mengerikan sedang mengancam manusia dan hewan di
wilayah Sumatera. Pekan lalu, langit Aceh dipenuhi kabut asap yang cukup pekat.
Dari hari ke hari, kabut asap yang menggayuti langit Aceh terus bertambah.
Akibat kabut asap itu, jarak pandang makin dekat.
Pernah, Danau Laut Tawar di Aceh Tengah yang biasanya terlihat jelas dari
arah kota Takengon, siang itu sama sekali tertutup kabut. Matahari dan bulan
tampil dalam warna merah saga. Bumi yang indah ini benar-benar dikepung asap.
Beruntung, hujan yang cukup lebat mengguyur beberapa kawasan di Aceh. Kabut
asap pun berlalu dari langit Aceh bersama butiran air hujan. Langit biru
bersama gumpalan awan tipis, gunung biru di kejauhan, kembali menjadi
pemandangan sehari-hari.
Namun, penampakan langit biru tak berlangsung lama. Entah darimana
datangnya, kabut asap kembali menyelimuti kota Takengon. Tidak ada yang tahu,
langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi bencana ekologis itu. Semua
pasrah sambil menghirup udara yang terpolusi itu.
Disadari memang, polusi udara di Aceh Tengah tidak separah yang dialami
warga Riau. Mereka terpapar kabut asap yang setiap harinya makin pekat. Konon,
seperti dilaporkan Republika (Ahad, 9/3/2014) berdasarkan alat indeks
pencemaran udara yang berada di pusat kota mencapai angka lebih dari 300
partikel debu (PM10). Artinya, status polusi udara sudah berbahaya (hazardous).
Apa akibatnya? Terpapar asap rokok saja bisa membahayakan perokok pasif yang
berada disekitar perokok aktif. Bayangkan, seberapa bahayakah akumulasi asap
dan partikel debu dari jutaan metrik ton kayu atau semak belukar yang terbakar.
Sebagaimana ditulis Tempodotco (25/4/2013) bahwa tim peneliti dari
Universitas Michigan dan Universitas Washington, Amerika, menemukan bahwa
konsentrasi yang tinggi dari partikel polusi udara (PM2.5) bisa mempercepat
penebalan dua lapis bagian dalam arteri karotis. Ini adalah pembuluh darah yang
mengalirkan darah ke kepala, leher, dan otak.
Ironisnya, akibat polusi asap kebakaran lahan dan hutan selama lima pekan,
sebanyak 27.200 orang di Provinsi Riau terserang infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA), 1.365 orang terserang penyakit kulit, 1.031 orang terkena asma,
724 orang mengalami iritasi mata, serta 516 orang mengalami pneumonia
(Republika Online, 1/3/2014).
Masih ingatkan pembaca akan peristiwa Kabut Asap London ‘52 yang dikenal
dengan istilah The Great Smog? Itulah suatu bencana ekologis akibat kabut asap
yang cukup parah. Padahal, kabut asap diatas langit London itu hanya
berlangsung beberapa hari, yaitu sejak 5-9 Desember 1952, tetapi menimbulkan
korban yang cukup banyak.
Pada tahun 1952, seperti ditulis dalam Wikipedia, London menjadi pusat
perhatian dunia karena 4.000 orang tewas dan 100.000 orang mengalami gangguan
pernafasan akut akibat menghirup kabut asap. Penelitian yang lebih baru
menunjukkan bahwa jumlah korban tewas jauh lebih besar, yaitu sekitar 12.000
jiwa.
Kabut asap dikenal dengan nama smog yang berasal dari kata smoke (asap) dan
fog (kabut). Dapat dipastikan bahwa kabut asap di langit London pada waktu itu
bukan karena land clearing, tetapi disebabkan oleh penggunaan batu bara untuk
pemanasan rumah dan aktivitas industri.
Sekarang, warga Riau dan sekitarnya sedang menghadapi bencana ekologis yang
sangat mengerikan. Provinsi penghasil devisa dari CPO dan minyak bumi itu
terancam efek kabut asap yang tak kunjung reda. Mereka terbiarkan menghadapi
polusi udara setiap tahunnya. Haruskah mereka mengalami kematian sebagaimana
yang dialami warga London tahun 1952?
Herannya, bencana ekologis yang diakibatkan oleh kabut asap bukan terjadi
sekali dua, tetapi rutin terjadi setiap tahun. Penyebabnya pun sudah
terdeteksi, diantaranya akibat land clearing sejumlah perkebunan besar di Riau.
Singkatnya, warga Riau dan warga Sumatera pada umumnya harus segera
diselamatkan dengan mematikan sumber api di sejumlah titik hotspot. Apabila
akibat keluhan dari negara tetangga, barulah bencana ekologis ini ditangani
secara nasional, tentu sangat menyedihkan. Kami hanya bisa berteriak:
selamatkanlah jiwa kami, SOS
sumber:http://green.kompasiana.com/polusi/2014/03/10/kabut-asap-warga-riau-diambang-kematian-640337.html
wah... informasi nya boleh juga gan..
BalasHapussaling follow gan... hehehe :)
http://infosed-esn04.blogspot.com/
makasih ;)