"Selidikilah aku ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
kenallah pikiran-pikiranku. Lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah
aku di jalan yang kekal."

Hati dan pikiran manusia juga disadari Daud bagaikan gunung es.
Kompleks. Sulit ditebak hanya berdasarkan apa yang tampak di luar. Ia
pun meminta Tuhan menyelidiki hatinya. Daud mengenal Tuhan sebagai
Pribadi yang Mahahadir (omnipresence), Mahatahu (omniscience) dan
Mahakuasa (omnipotence). Tuhan hadir ketika ia melakukan segala sesuatu
(ayat 1-4), sejak terbit fajar hingga tengah malam (ayat 9-10), sejak ia
dibentuk dalam kandungan (ayat 14-16) hingga nanti ia turun ke dalam
dunia orang mati (ayat 7-8). Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Pemahaman akan kemahatahuan Tuhan bukan merupakan ancaman bagi Daud,
malahan menjadi penolong bagi dirinya yang penuh ketidaktahuan dan
keterbatasan. Kemahahadiran dan kemahatahuan Tuhan juga menjadi jaminan
bahwa Dia berkuasa menyelidiki hati, menguji pikiran, serta memperbaiki
apa yang keliru di dalamnya
Seringkali kita tampak "baik-baik saja" di luar, namun, jikalau kita
mau jujur dan mengizinkan Tuhan menyelidiki diri kita, ada banyak hal
yang mesti kita tinggalkan, perbaiki, dan mohonkan pengampunan. Dalam
kesadaran akan ketidakberdayaan kita menghadapi "fenomena gunung es" di
dalam diri, maukah kita dengan rendah hati berseru: "Allah Yang Maha
Tahu, selidikilah diriku, dan tuntunlah aku di jalan-Mu"? --DEW
disadur dari : http://www.sabda.org