Apa yang serap selama menonton itu? Tanpa pengawasan dan bimbingan para
orang tuanya, mereka tentu akan mencerna mentah-mentah isi tayangan-tayangan
yang ditampilkan dalam televisi. Mulai dari tayangan yang mengandung unsur
kekerasan, kriminal, pornografi, percintaan, dan sebagainya.
Maka, tontonan televisi sedikit banyak akan memberi efek terhadap
perkembangan mental dan psikologi seorang anak. Dampaknya pun bisa
membahayakan. Berikut beberapa contoh kasus tayangan televisi telah merenggut
nyawa anak-anak.
1.Sinetron 7 Manusia Harimau
Sinetron 7 Manusia Harimau yang ditayangkan RCTI setiap
pukul 20.00 sampai 22.00 WIB itu menelan korban jiwa. Diberitakan Tribun
Pekanbaru, pada 30 April lalu, seorang siswa kelas 1 SD Islam Yahya di
Yayasan Zaidar Yahya Pasirpengaraian, Riau yang bernama Hasrandra meninggal
dunia. Penyebabnya, ia menjadi korban teman-temannya dalam memperagakan gerakan
silat yang ada dalam sinetron tersebut.
Menurut penuturan Hamsanah, kepala SD Islam Yahya, kejadian itu berawal pada
jam istirahat sekolah. Randa, panggilan akrab Hasrandra, bermain memperagakan
gerakan silat seperti yang ditayangkan dalam sinetron 7 Manusia Harimau.
Sayang, permainan itu berlangsung tak aman. Ada satu kawan Randa mencoba
menaiki punggung korban, kemudian Randa dikeroyok oleh kawannya, ditendang dan
juga dipukul, bahkan ada juga yang memukul dengan menggunakan sapu.
Setelah peristiwa itu, Randa menderita kelumpuhan. Ia hanya bisa berbaring.
Kalau ingin bergerak pun harus dibantu dan digendong orang lain. Tak kuasa
menahan derita yang sudah menderanya selama dua bulan, Randa pun meninggal
dunia.
7 Manusia Harimau sudah mengudara pada November 2014 hingga
sekarang. Sinetron ini mendapatkan penghargaan ajang Panasonic Gobel Awards
2015 sebagai Drama Seri Terfavorit. Namun, berdasarkan survei KPI (Komisi
Penyiaran Indonesia), indeks kualitas sinetron ini paling rendah di antara
sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah dan Sinema Pintu
Tobat.
Penilaian itu didasarkan relevansi cerita, pembentukan watak dan jati diri
bangsa, penghormatan keberagaman, norma dan sosial, non-kekerasan, dan
non-seksual. Dari semua itu, 7 Manusia Harimau hanya mengantongi
nilai 2,20, jauh di bawah standar minimal kualitas yang ditetapkan oleh KPI.
Bahkan, dari data pengaduan yang masuk ke KPI, 7 Manusia Harimau juga
yang paling banyak diadukan. Tercatat ada sebanyak 121 pengaduan.
2.Gulat “Smack Down”
WWE Smack Down adalah acara hiburan olah raga gulat bebas
Amerika Serikat yang sempat booming di Indonesia saat pertama kali
ditayangkan RCTI pada tahun 2000. Acara ini bahkan menjadi primadona
bagi orang Indonesia pada saat itu, terutama anak-anak.
Acara ini sempat pindah tayang ke TPI dan Lativi (kini tvOne,
red), namun sayangnya tak berakhir bahagia. Pada tahun 2006, tayangan
Smack Down distop KPI setelah banyak anak yang menjadi korban akibat menonton
dan menirukan adegan di dalamnya.
Sedikitnya ada tujuh kasus kekerasan yang ditimbulkan akibat tayangan Smack
Down, berdasarkan laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Laporan aksi kekerasan dampak tayangan TV itu bermula ketika seorang pelajar
usia 9 tahun, Reza Ikhsan Fadillah, tewas setelah dianiaya tiga kakak kelasnya
yang meniru adegan Smack Down di layar TV. Pelajar kelas 3
Sekolah Dasar di Bandung, Jawa Barat itu pun meninggal dunia setelah sepekan
lebih dirawat di rumah sakit.
Sebelum dihentikan, Smack Down sempat pindah jam tayang.
Dari sebelumnya di bawah pukul 22.00 WIB menjadi tengah malam. Namun,
penggantian jam tayang ini tidak memberikan solusi, karena sudah terlanjur
digemari anak-anak.
3.Sulap Master Limbad
Setelah dinobatkan sebagai Master Magician dalam acara The Master
yang ditayangkan RCTI, Limbad sering tampil di berbagai acara televisi. Tak
heran, jika anak-anak mulai mengenal dan menggandrungi trik sulap Master
Limbad. Seperti yang dilakukan oleh Heri Setiawan, seorang anak
laki-laki berusia 12 tahun di Jakarta Pusat.
Diberitakan oleh Kompas.com pada Desember 2009, Heri tidak pernah
melewatkan acara sulap Limbad. Trik-trik sulap langsung dipraktikannya. Siswa
kelas I SMP itu suka ikat-mengikat sejak kelas lima SD. Sejumlah rekan sekolah
Heri juga menyampaikan bahwa Heri gemar bermain api. Namun nahasnya, kebiasaan
Heri meniru sulap Limbad itu merenggut nyawanya.
Heri meninggal saat meniru trik sulap Limbad. Ia ditemukan tergantung
di ranjang dengan selendang melilit lehernya. Tangan dan kaki korban juga
terikat dengan selendang. Satu selendang juga menyumpal mulutnya.
4.Petualangan Dora dan Diego
Seperti dikutip Dailymail.Uk pada tahun 2008, seorang anak
perempuan berusia 4 tahun meninggal dunia akibat meniru adegan serial kartun
favoritnya. Korban meninggal dengan posisi yang sama persis dengan tayangan
kartun yang ditonton pada hari sebelumnya.
Menurut pengakuan orang tuanya, korban sangat menyukai serial kartun Dora
The Explorer dan Go Diego Go. Pada salah satu tayangan
kartun kesukaannya itu, ada adegan seorang anak yang bergelantungan di pohon
menggunakan seutas tali. Saat bermain di rumah sendiri, ia pun mempraktikkan adegan
serupa dengan pita rambutnya. Malangnya, ia justru terjerat pita rambut
miliknya yang tergantung di tempat tidur.
Dora The Explorer dan Diego sendiri juga pernah
ditayangkan di Indonesia lewat stasiun Global TV dan Lativi (tvOne).
Menurut KPI, serial Dora The Explorer termasuk dalam jajaran tontonan
ramah anak.
sumber:http://www.muvila.com/tv/artikel/tayangan-televisi-ini-telah-merenggut-nyawa-anak-anak-150730w-page4.html