Senin, 08 Oktober 2012

Ketut, Kisah Nyata Pengusaha Sukses yang Tak Lulus SD

Komang, Ketut dan Wayan tidak memiliki hubungan keluarga dengan bapak Hosea dan ibu Herta. Namun ketiganya mendapat perhatian dan perlakuan yang sama dengan kedua anak kandung pasangan Hosea-Herta. Peranan keluarga ini sangat besar pengaruhnya bagi perubahan hidup mereka.


Kini Ketut Sweda, anak kedua dari tiga bersaudara tersebut berhasil mandiri dalam bidang usaha finishing furniture dan mengekspornya ke mancanegara. Sedangkan Wayan Sukre berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum. Keberhasilan mereka setelah dewasa tidak pernah terbersit dalam benak mereka. Ketika masih kanak-kanak mereka terpisah satu sama yang lain dan hidup dalam kemiskinan.

Wayan Sukre hanyalah seorang anak desa.
"Saya bersaudara tiga orang. Kakak yang tertua namanya Komang Sutama, yang berikutnya Ketut Sweda, kemudian saya sendiri, Wayan Sukre. Saya sejak kecil hidup di desa."

Sedang Ketut Sweda tidak pernah mengenal sosok ayah.
"Saya dengar dari ibu saya, ketika saya berusia sekitar dua tahun ditinggal oleh bapak, sehingga saya tidak tahu gimana rasanya punya bapak. Saya ingin punya bapak seperti semua orang lain punya bapak, bisa sekolah. Sejak kecil saya dipisah dengan orang tua. Saya tidak pernah kumpul dengan keluarga sehingga saya merasa hidup sendiri."

Selama 4 tahun. Ketut tinggal dengan saudara dari kakeknya. Pada tahun 1974 Ketut diajak oleh kakeknya ke Denpasar. Di kota inilah Ketut mengetahui bahwa ia bukanlah seorang diri. Ia bertemu dengan Komang, kakaknya. Tidak hanya itu, Ketut akhirnya diangkat anak oleh bapak Hosea sehingga akhirnya ia bisa tinggal bersama dengan kakaknya. Di rumah inilah ia dididik dan diasah untuk menjadi seorang yang berhasil.

"Saya sampai di Denpasar, saya dipertemukan dengan saudara saya. Perasaan saya entah bagaimana, ternyata saya punya saudara, namanya Komang. Saya begitu bersukacita. Saya didisiplin oleh keluarga bapak Hosea. Saya memang dianggap mereka sebagai anak. Apapun yang dikerjakan saya selalu diberitahu bagaimana mengerjakannya. Sampai sekaerang saya terngiang-ngiang saat bapak mengatakan pada saya : 'Ketut, jangan lupa berdoa, jaga kesehatan karena kesehatan itu sangat berharga. Jangan lupa berdoa'"

Dan satu musibah akhirnya mengumpulkan Wayan Sukre.
"Kakak saya selalu berdoa agar saya dapat berkumpul bersama-sama mereka lagi. Akhirnya hal itu menjadi kenyataan ketika terjadi gempa tahun 1976. Saya dicari oleh kakak saya ke desa, kemudian saya dibawa kakak saya ke Denpasar. Mulai saat itulah saya mengalami kehidupan baru di kota Denpasar bersama kedua kakak saya. Pagi-pagi saya ke sekolah tapi setelah pulang sekolah saya membantu kakak saya di toko." katanya.

Sementara kedua kakaknya tidak melanjutkan sekolah karena bekerja, Wayan Sukre melanjutkan sekolahnya hingga mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi.

"Ketika saya kuliah dan kemudian selesai, saya dipercayakan merintis perusahaan baru. Saya memimpinnya bersama dengan teman-teman dan semuanya berjalan cukup bagus."

Ketut Sweda, Wayan Sukre dan Komang tidak pernah mengira bahwa kesuksesan dan masa depan cerah tersedia bagi mereka yang hanya anak desa, miskin dan tertolak. Namun melalui tahun-tahun bersama keluarga Hosea dan Herta, Tuhan menyingkapkan kepada mereka bahwa janji kebaikan Tuhan tersedia bagi siapa saja yang mau datang dan mempercayaiNya. Kini Tuhan telah mencelikkan mata rohani mereka.

Ketut Sweda tidak mampu membayangkan kasih Tuhan itu.
"Kalau saya mengingat kebaikan Tuhan rasanya sungguh tidak ternilai. Kalau saya pikir "umpama Tuhan tidak menyelamatkan saya' mungkin kehidupan saya tidak seperti ini. Pasti saya akan jauh dibawah garis kemiskinan. Hingga sekarang saya mempunyai keluarga, punya istri dan anak yang sehat-sehat. Tuhanlah yang memperhatikan keluarga saya, saya sungguh terharu. Kalau saya mengingat-ingat kasih Tuhan itu, saya tidak bisa membayangkannya. Hingga saya dari kecil tidak pernah keluar air mata, biar bagaimanapun himpitan itu, tapi sekarang kalau saya membayangkan bagaimana Tuhan itu memperhatikan saya, keluar air mata saya." tutupnya.
Sumber Kesaksian: Ketut Swedaa
disadur dari : http://www.jawaban.com
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar