"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."
(2 Timotius 2:6)
Jika
saat ini ada sayur yang terhidang di atas meja makan anda, berterima
kasihlah kepada petani. Peran mereka sungguh besar terutama dalam
mencukupi kebutuhan kita akan pangan. Ketika kita selalu ingin kulit
kita putih dan iklan-iklan 'whitening' alias pemutih bertebaran di
televisi, para petani tidak mempedulikan kulit mereka menjadi hitam
karena harus bekerja di bawah terik matahari.
Mereka terus bekerja dari pagi hingga petang di ladang masing-masing. Mereka bekerja agar mampu menghidupi keluarganya dengan menghasilkan berbagai hasil pertanian yang kita nikmati di atas meja makan setiap hari. Sepertinya pekerjaan mereka sederhana saja, tetapi itu pun jelas merupakan kerja keras yang sangat pantas kita hargai. Ketika kita sering merasa risih dengan hal-hal yang bisa mengotori tangan atau pakaian kita, kaki mereka terendam, tangan mereka berlumur tanah, keringat menetes dimana-mana agar bisa menghasilkan panen yang baik. Rasanya tidak ada petani yang cuma duduk bermalas-malasan tapi bisa menghasilkan panen besar. Jika ingin mendapatkan panen yang besar, mereka tentu harus bekerja keras mulai dari menanam, mengurus, memupuk, mengairi hingga memanen dan menjual hasil jerih payah mereka. Tanpa itu semua, niscaya tidak akan ada sesuatu yang mereka hasilkan. Hasil yang diperoleh petani yang bekerja keras dengan petani yang malas tentu berbeda. Di daerah-daerah yang masih sulit dijangkau kendaraan, seringkali para petani ini pun harus mengantar hasil panennya ke kota terdekat baik dengan mengendarai sepeda motor atau bahkan berjalan kaki. Terima kasih pak dan bu petani, kita bisa menikmati sayuran segar berkat jerih payah mereka.
Mereka terus bekerja dari pagi hingga petang di ladang masing-masing. Mereka bekerja agar mampu menghidupi keluarganya dengan menghasilkan berbagai hasil pertanian yang kita nikmati di atas meja makan setiap hari. Sepertinya pekerjaan mereka sederhana saja, tetapi itu pun jelas merupakan kerja keras yang sangat pantas kita hargai. Ketika kita sering merasa risih dengan hal-hal yang bisa mengotori tangan atau pakaian kita, kaki mereka terendam, tangan mereka berlumur tanah, keringat menetes dimana-mana agar bisa menghasilkan panen yang baik. Rasanya tidak ada petani yang cuma duduk bermalas-malasan tapi bisa menghasilkan panen besar. Jika ingin mendapatkan panen yang besar, mereka tentu harus bekerja keras mulai dari menanam, mengurus, memupuk, mengairi hingga memanen dan menjual hasil jerih payah mereka. Tanpa itu semua, niscaya tidak akan ada sesuatu yang mereka hasilkan. Hasil yang diperoleh petani yang bekerja keras dengan petani yang malas tentu berbeda. Di daerah-daerah yang masih sulit dijangkau kendaraan, seringkali para petani ini pun harus mengantar hasil panennya ke kota terdekat baik dengan mengendarai sepeda motor atau bahkan berjalan kaki. Terima kasih pak dan bu petani, kita bisa menikmati sayuran segar berkat jerih payah mereka.
Salah satu ayat dalam Amsal Salomo berkata "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa."
(Amsal 20:4). Petani yang malas dan memilih untuk tidak mengerjakan
segala sesuatu pada musim tanam tidak akan memperoleh apa-apa ketika
musim panen tiba. Lewat kerja keras dan jerih payah petani ada banyak
yang bisa kita pelajari untuk diaplikasikan dalam kehidupan keimanan
kita. Tanpa usaha dari kita untuk menjaga dan menumbuhkan iman kita
untuk terus lebih dekat dan lebih dalam lagi dengan Kristus, kita tidak
akan pernah bisa menuai apa-apa ketika waktunya tiba. Jika petani harus
sabar menunggu hingga musim panen tiba, sesuatu yang tidak mungkin
terjadi hanya dalam semalam, demikian pula kita harus bersabar dalam
proses pertumbuhan iman kita. Dalam proses itu apa yang kita hadapi
seringkali tidak mudah. Ada begitu banyak rintangan dan penderitaan yang
harus kita lalui, tidak jarang ada pengorbanan-pengorbanan yang harus
kita lakukan. Tapi semua itu pantas karena apa yang dijanjikan Tuhan
pada akhirnya sungguh indah. Kita bisa saja bermalas-malasan, tapi
ingatlah jika itu yang kita pilih, maka hasil akhirnya nanti hanyalah
akan menyisakan penyesalan.
Belajarlah dari petani. Inilah yang diingatkan oleh Paulus dalam suratnya kepada Timotius. "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."
(2 Timotius 2:6). Hanya petani yang menabur banyak dan rajin
mengusahakan pertaniannya lah yang berhak berharap panen besar.
Berbicara mengenai menabur, kitapun seharusnya rajin-rajin menabur, agar
kita bisa menuai banyak. "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."
(2 Korintus 9:6). Sesungguhnya Tuhan telah menyediakan segalanya untuk
ditabur, Dia pula yang akan memberkati kita lewat apa yang kita tabur. "Ia
yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga
yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala
macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena
kami." (ay 11-12).
Segala kemalasan kita tidak akan pernah mendatangkan kebaikan,
sebaliknya hanyalah akan merugikan. Tuhan tidak menyukai orang-orang
malas. Begitu kerasnya Paulus menegaskan hal ini. "Sebab, juga waktu
kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu:
jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika
3:10). Ia juga mengingatkan agar kita tidak terperosok ke dalam perilaku
banyak orang yang hanya sibuk melakukan sesuatu yang tidak berguna
saja. Menumbuhkan iman dalam hidup tidak terjadi hanya dalam semalam.
Untuk bisa terus meningkatkannya, kita perlu fokus yang benar dan
dibutuhkan keseriusan, komitmen dan kerja keras dari kita. Disiplinkan
diri dalam berdoa, bersaat teduh, membaca dan merenungkan Firman Tuhan,
dan mengaplikasikannya secara nyata dalam hidup kita. Semua itu
merupakan proses yang tidak sebentar, kadang kala menyakitkan, terkadang
butuh pengorbanan, namun pada akhirnya semua itu akan mendatangkan
kebaikan dan sukacita melimpah untuk selamanya. Apa yang dikatakan
Paulus mengenai "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan"
berlaku pula dalam kehidupan iman kita. Jika kita tidak mau berusaha
untuk lebih dalam lagi bersekutu denganNya dengan sungguh-sungguh,
jangan harap kita bisa mendapatkan sesuatu kelak.
Belajarlah dari petani, baik dari segi kerja kerasnya maupun kesabaran mereka menanti usaha mereka hingga musim panen tiba. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya
petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai
telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus
5:7). Kalau kita tidak pernah mau mulai menanam dan mengusahakan dengan
serius, bagaimana mungkin kita bisa berharap untuk menuai? Jangan
buru-buru putus asa dan patah semangat, tapi bersabarlah seperti halnya
petani menanti tuaian mereka pada waktunya. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!"
(ay 8). Kita harus belajar dan terus berusaha untuk tekun bekerja dan
rajin menabur, karena nanti pada saatnya kita sendirilah yang akan
menuai hasilnya. Jangan menjadi lemah dalam prosesnya, tetaplah
bersabar. Tidak ada janji Tuhan yang tidak Dia tepati. Karenanya
lakukanlah apa yang menjadi bagian kita dengan usaha yang
sungguh-sungguh agar kita bisa menuai tepat seperti yang dianugerahkan
Tuhan kelak di kemudian hari.
disadur dari : http://renungan-harian-online.blogspot.com
disadur dari : http://renungan-harian-online.blogspot.com
Belajarlah dari para petani yang rajin menanam dan bekerja keras serta sabar menanti hingga musim panen tiba