Kamis, 18 Oktober 2012

Petani


 
"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."
  (2 Timotius 2:6)  
    
Jika saat ini ada sayur yang terhidang di atas meja makan anda, berterima kasihlah kepada petani. Peran mereka sungguh besar terutama dalam mencukupi kebutuhan kita akan pangan. Ketika kita selalu ingin kulit kita putih dan iklan-iklan 'whitening' alias pemutih bertebaran di televisi, para petani tidak mempedulikan kulit mereka menjadi hitam karena harus bekerja di bawah terik matahari.
Mereka terus bekerja dari pagi hingga petang di ladang masing-masing. Mereka bekerja agar mampu menghidupi keluarganya dengan menghasilkan berbagai hasil pertanian yang kita nikmati di atas meja makan setiap hari. Sepertinya pekerjaan mereka sederhana saja, tetapi itu pun jelas merupakan kerja keras yang sangat pantas kita hargai. Ketika kita sering merasa risih dengan hal-hal yang bisa mengotori tangan atau pakaian kita, kaki mereka terendam, tangan mereka berlumur tanah, keringat menetes dimana-mana agar bisa menghasilkan panen yang baik. Rasanya tidak ada petani yang cuma duduk bermalas-malasan tapi bisa menghasilkan panen besar. Jika ingin mendapatkan panen yang besar, mereka tentu harus bekerja keras mulai dari menanam, mengurus, memupuk, mengairi hingga memanen dan menjual hasil jerih payah mereka. Tanpa itu semua, niscaya tidak akan ada sesuatu yang mereka hasilkan. Hasil yang diperoleh petani yang bekerja keras dengan petani yang malas tentu berbeda. Di daerah-daerah yang masih sulit dijangkau kendaraan, seringkali para petani ini pun harus mengantar hasil panennya ke kota terdekat baik dengan mengendarai sepeda motor atau bahkan berjalan kaki. Terima kasih pak dan bu petani, kita bisa menikmati sayuran segar berkat jerih payah mereka.

Salah satu ayat dalam Amsal Salomo berkata "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." (Amsal 20:4). Petani yang malas dan memilih untuk tidak mengerjakan segala sesuatu pada musim tanam tidak akan memperoleh apa-apa ketika musim panen tiba. Lewat kerja keras dan jerih payah petani ada banyak yang bisa kita pelajari untuk diaplikasikan dalam kehidupan keimanan kita. Tanpa usaha dari kita untuk menjaga dan menumbuhkan iman kita untuk terus lebih dekat dan lebih dalam lagi dengan Kristus, kita tidak akan pernah bisa menuai apa-apa ketika waktunya tiba. Jika petani harus sabar menunggu hingga musim panen tiba, sesuatu yang tidak mungkin terjadi hanya dalam semalam, demikian pula kita harus bersabar dalam proses pertumbuhan iman kita. Dalam proses itu apa yang kita hadapi seringkali tidak mudah. Ada begitu banyak rintangan dan penderitaan yang harus kita lalui, tidak jarang ada pengorbanan-pengorbanan yang harus kita lakukan. Tapi semua itu pantas karena apa yang dijanjikan Tuhan pada akhirnya sungguh indah. Kita bisa saja bermalas-malasan, tapi ingatlah jika itu yang kita pilih, maka hasil akhirnya nanti hanyalah akan menyisakan penyesalan.

Belajarlah dari petani. Inilah yang diingatkan oleh Paulus dalam suratnya kepada Timotius. "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." (2 Timotius 2:6). Hanya petani yang menabur banyak dan rajin mengusahakan pertaniannya lah yang berhak berharap panen besar. Berbicara mengenai menabur, kitapun seharusnya rajin-rajin menabur, agar kita bisa menuai banyak. "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Korintus 9:6). Sesungguhnya Tuhan telah menyediakan segalanya untuk ditabur, Dia pula yang akan memberkati kita lewat apa yang kita tabur. "Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami." (ay 11-12).          
Segala kemalasan kita tidak akan pernah mendatangkan kebaikan, sebaliknya hanyalah akan merugikan. Tuhan tidak menyukai orang-orang malas. Begitu kerasnya Paulus menegaskan hal ini. "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Ia juga mengingatkan agar kita tidak terperosok ke dalam perilaku banyak orang yang hanya sibuk melakukan sesuatu yang tidak berguna saja. Menumbuhkan iman dalam hidup tidak terjadi hanya dalam semalam. Untuk bisa terus meningkatkannya, kita perlu fokus yang benar dan dibutuhkan keseriusan, komitmen dan kerja keras dari kita. Disiplinkan diri dalam berdoa, bersaat teduh, membaca dan merenungkan Firman Tuhan, dan mengaplikasikannya secara nyata dalam hidup kita. Semua itu merupakan proses yang tidak sebentar, kadang kala menyakitkan, terkadang butuh pengorbanan, namun pada akhirnya semua itu akan mendatangkan kebaikan dan sukacita melimpah untuk selamanya. Apa yang dikatakan Paulus mengenai "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" berlaku pula dalam kehidupan iman kita. Jika kita tidak mau berusaha untuk lebih dalam lagi bersekutu denganNya dengan sungguh-sungguh, jangan harap kita bisa mendapatkan sesuatu kelak.

Belajarlah dari petani, baik dari segi kerja kerasnya maupun kesabaran mereka menanti usaha mereka hingga musim panen tiba. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Kalau kita tidak pernah mau mulai menanam dan mengusahakan dengan serius, bagaimana mungkin kita bisa berharap untuk menuai? Jangan buru-buru putus asa dan patah semangat, tapi bersabarlah seperti halnya petani menanti tuaian mereka pada waktunya. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (ay 8). Kita harus belajar dan terus berusaha untuk tekun bekerja dan rajin menabur, karena nanti pada saatnya kita sendirilah yang akan menuai hasilnya. Jangan menjadi lemah dalam prosesnya, tetaplah bersabar. Tidak ada janji Tuhan yang tidak Dia tepati. Karenanya lakukanlah apa yang menjadi bagian kita dengan usaha yang sungguh-sungguh agar kita bisa menuai tepat seperti yang dianugerahkan Tuhan kelak di kemudian hari.
disadur dari : http://renungan-harian-online.blogspot.com

Belajarlah dari para petani yang rajin menanam dan bekerja keras serta sabar menanti hingga musim panen tiba
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar