Setiap
orang pasti ingin hidup senang, hal yang sama juga menjadi hasrat Tommy Tjia
Wijaya. Baginya hidup adalah untuk bersenang-senang. Namun semua kesenangan
yang dinikmatinya, harus dibayarnya dengan sangat mahal. Usahanya hancur dan
konflik demi konflik rumah tangga harus dihadapinya, karena dia mengabaikan
istri dan anaknya.
"Terjadi
kemunduran penjualan, sehingga keuangan saya tersendat. Saya pikir hidup saya
harus happy, tiap malam saya terus berfoya-foya dan minum-minuman keras. Tidak
hanya itu saya juga terlibat perjudian. Hampir selama dua tahun hal ini
berjalan, hingga seluruh uang saya habis. Tetapi hal ini membuat saya semakin
dalam terlibat dalam perjudian. Saya sudah berjudi sejak kecil, karena masa
kecil saya sangat keras. Jadi saya tahu bagaimana mengakali orang lain sewaktu
berjudi sehingga saya menang. Hasil kemenangan itulah yang saya pakai untuk
minum-minum dan bersenang-senang."
Semua
kesenangan yang dinikmati Tommy merupakan penderitaan bagi istri dan anaknya,
namun seperti dibutakan, Tommy tidak pernah menyadari semua hal tersebut.
"Waduh..
ekonomi saat itu sangat morat-marit. Tidak ada keterbukaan dalam keuangan.
Bahkan saya pernah mengalami keuangan yang sangat minim sekali, dan untuk makan
saja seringkali tidak punya uang. Kalau saya mau ke pasar, saya buka dompet
suami saya, kadang cuma ada uang seribu rupiah. Akhirnya apa yang saya punya
dan bisa di jual, saya jual. Pernah saya jual baju saya seharga lima ribu, dan
saya pakai uanganya untuk membeli beras dan sayur," demikian cerita Eni
Jakup, istri Tommy.
Namun
itu bukanlah kondisi terburuk yang pernah dialami oleh istri Tommy, Eni bahkan
pernah meminjam beras dari satu tetangga ke tetangga lain karena sudah tidak
memiliki apa-apa untuk dijualnya.
"Saya
pergi ke tetangga dan bilang, "kamu punya beras ngga, aku pinjam beras
dong.' Dan jika sudah dapat, saya cari utangan yang lain," tutur Eni
sambil menahan air matanya.
Tak
tahan dengan semua yang harus dijalaninya, Eni akhirnya menegur sang suami,
namun tanggapan suaminya membuat Eni sangat terperanjat.
"Eh..
ingat.. kita tuh pernah hidup susah..! Mau makan aja susah...! Kalau punya uang
inget dong...Tapi Tommy menjawab, "eh.. yang susah itu elo ya.. bukan
gua..! Gua ngga pernah hidup susah...' Disitulah saya menyadari kalau memiliki
seorang suami yang jahat."
Namun
itu hanyalah dibibir Tommy saja, dalam hatinya semua kesenangan yang didapat
dari kehidupan malam, judi dan minum-minum hanyalah sesuatu yang semu.
"Di
tahun 93, saya mulai jenuh dengan kehidupan ini. Pada akhirnya saya menemukan
kehidupan malam ini adalah kehidupan yang sia-sia. Saya berpikir untuk
membangun kehidupan yang lebih baik dan mulai lebih memperhatikan keluarga dan
istri saya."
Keinginannya
tersebut diwujudkan dengan berjualan mie ayam dari uang hasil judinya.
"Waktu
saya mulai berdagang, usaha tersebut booming. Pada tahun 1995, saya sudah bisa
membuka usaha ini di tiga tempat. Dan dari usaha ini, setelah di potong dengan
biaya sekolah dan kebutuhan hidup, penghasilan bersih setiap bulannya bisa
mencapai hingga delapan juta."
Namun
perbaikan ekonomi tersebut tidak membuat kondisi keluarganya membaik bahkan
konflik dengan istrinya semakin meruncing.
"Karena
setiap hari ada konflik, setiap kali saya pulang ke rumah, saya seperti masuk
ke neraka, tidak ada kesenangan sama sekali, tidak ada kenyamanan dan tidak ada
damai sejahtera. Saya katakan kepada istri saya, kalau suasananya seperti ini,
mulai hari ini saya akan kembali ke kehidupan saya yang dulu. Saya akan
habiskan uang ini untuk minum-minum dan berfoya-foya."
Ternyata
Tommy tidak sekedar mengancam, dia membuktikan perkataannya, dan kembali pada
kehidupan malamnya bahkan mulai mengkonsumsi ekstasi. Kehidupan malam dan
foya-foya yang dijalaninya bukan hanya menghabiskan uangnya, Tommy juga
menggunakan berbagai kartu kredit yang membuatnya terlibat hutang dan harus di
kejar-kejar oleh dekolektor.
"Saya
tidak sanggup membayar hutang kartu kredit, dan merasa bahwa kehidupan sangat
berat. Saya depresi berat dan merasa stres sekali."
Dalam
keadaannya yang terpuruk dan terlilit hutang, usaha mie ayamnya hancur karena
kerusuhan. Hal itu membuatnya mencari jalan keluar instant untuk menutup semua
hutangnya. Dia menjadi bandar judi besar di Glodok.
"Dalam
waktu singkat perjudian di Glodok itu berkembang dengan pesat. Dimulai dari
satu meja, dua meja, tiga meja... kembali waktu itu saya tidak memikirkan masa
depan. Saya hanya berpikir untuk bersenang-senang," cerita Tommy.
Namun
di tengah keberhasilannya sebagai bandar judi ada sesuatu yang mengganggu hati
kecilnya. Merasa hidupnya sia-sia membuatnya melakukan pencarian akan arti
hidup.
"Suatu
hari saya keluar dari kamar dan melihat Alkitab dan saya coba-coba membacanya.
Hati saya sangat tertarik dengan isi Alkitab tersebut. Saya terus membaca dan
membaca Alkitab tersebut. Saya menemukan Alkitab ini isinya sangat baik, disini
ada pedoman hidup. Mulai saat itu saya memiliki kerinduan untuk membaca
Alkitab."
Dan
disaat yang sama, Tommy membaca sebuah buku rohani milik istrinya. Hatinya
mulai disentuh Tuhan melalui paragraf demi paragraf yang dibacanya.
"Dalam
buku itu menulis, minta apa saja kepada Tuhan dan ketika kita bersikap
seakan-akan sudah menerimanya, pasti kita akan menerimanya. Lalu saya berdoa
kepada Tuhan, yang pertama saya minta kepada Tuhan adalah agar Tuhan mengangkat
kekosongan yang ada dalam hati saya ini. Dan dibuku itu juga mengajarkan untuk
menerima Yesus. Saya terima Yesus pada waktu itu juga. Pada saat saya mengakui,
saya percaya kepada Tuhan Yesus, pada saat itu juga saya merasa dari atas
kepala saya sampai kaki rasanya ringan sekali. Begitu enteng sekali, sepertinya
beban saya sudah diangkat. Benar-benar sudah bebas. Saya betul-betul
merasakan....Tuhan itu sungguh luar biasa. Memang Tuhan itu ada. Saya merasa
sudah dibebaskan saat saya menerima Yesus. Saat itu juga saya berkomitmen, saya
harus mencari Tuhan Yesus. Saya harus percaya sepenuhnya pada Tuhan Yesus. Saat
itu saya merasa ada damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa yang tak
tertahankan. Saya merasa sudah bebas dari masalah-masalah yang saya
alami."
Sejak
itu, Tommy mulai meninggalkan pekerjaannya sebagai bandar judi dan kembali
memperbaiki hubungannya dengan istri dan anaknya.
"Menurut
saya Tuhan Yesus itu sungguh tiada duanya. Tuhan itu sungguh-sungguh luar
biasa," demikian Tommy menutup kesaksiannya.
Sumber Kesaksian: Tommy Tjia Wijaya
sumber:http://www.jawaban.com/index.php/spiritual/detail/id/9/news/090303133737/limit/0/Kisah-Nyata-Seorang-Bandar-Judi-dan-Penganiaya-Istri.html