Tak kuasa menghadapi kuatnya jeratan narkoba,
Hendy Yefta dikirim ke luar negeri oleh orangtuanya. Hendy akhirnya berangkat
ke Taiwan di tahun 1999 untuk belajar bahasa Mandarin. Selain belajar, Hendy
juga bekerja di sebuah restoran Perancis. Ditempat kerjanya itu, Hendy memulai
kisah cintanya.
"Waktu itu Mickey adalah manajer saya, dan
saya bekerja sebagai waiters," tutur Hendy.
Setelah berpacaran selama beberapa waktu,
akhirnya Hendy meminang Mickey dan melangsungkan pernikahannya di Taiwan.
Namun, pernikahan yang dimulai dengan manisnya cinta itu tidak berjalan seperti
yang diinginkan.
"Setelah menikah itu saya merasakan semakin
banyak ketidak cocokan," ungkap Hendy. "Karena saya juga masih muda,
saja masih ingin main-main. Saya tidak perduli lagi sama dia."
Hendy yang sering pulang dalam keadaan mabuk,
membuat sedih hati istrinya. Namun Mickey mencoba menyelami perasaan suaminya
itu. Namun Hendy tidak juga menunjukkan perubahan, hal ini membuat pertengkaran
antara suami istri tidak terhindarkan lagi.
"Jadi kalau saya pulang itu, dia marah tapi
saya selalu lebih galak dari dia," tutur Hendy. "Jadi kalau dia
marah-marah, saya bentak dia."
Kondisi Hendy makin buruk, terlebih lagi ketika
ia pindah kerja di tempat yang baru disana ia mulai terlibat dengan narkobak
kembali. Ini bukanlah pengalaman pertama Hendy terlibat narkoba, ia dikirim ke
Taiwan oleh orangtuanya juga karena sebelumnya pernah terlibat narkoba bahkan
hampir mati karenanya.
"Mama melihat kalau saya sudah parah,
akhirnya diputusin saya dikirim ke Taiwan dan hidup dengan cici saya. Jadi
waktu saya di Taiwan itu saya sempat berhenti tiga tahun ngga pakai narkoba
lagi. Tapi karena saya ketemu teman yang pakai narkoba, saya terjerumus
lagi."
Hendy mencoba menyembunyikan ketergantungannya
pada narkoba dari sang istri, namun itu tidak berlangsung lama. Karena pada
akhirnya Mickey memergokinya juga.
"Saya ngga bisa nyangkal lagi, saya cuma
bisa bilang kalau ini cuma iseng-iseng aja, ini makai yang terakhir, habis itu
saya ngga akan pakai lagi, dan dia percaya itu."
Namun rayuan Hendy hanyalah sekedar rayuan gombal,
karena semakin lama ia makin tidak bisa mengendalikan diri. Hal itu seringkali
memicu pertengkaran hebat dengan istrinya.
"Rumah tangga saya seperti neraka,"
demikian tutur Mickey dengan menggunakan bahasa Mandarin, karena ia tidak bisa
berbahasa Indonesia.
"Seringkali kalau kami bertengkar,
ujung-ujungnya keluar kata cerai," Jelas Hendy.
Mickey memang sudah tidak kuat lagi menghadapi
Hendy, namun dirinya tiak rela melepaskan suaminya itu karena jauh di dalam
hatinya ia masih sangat mencintai Hendy.
"Saya masih berharap suatu saat dia akan
berubah," ungkap Mickey.
Namun ketulusan Mickey mencintai Hendy tidak
dilihat oleh suaminya itu, Hendy bahkan bertindak makin nekat. Untuk memenuhi
kebutuhannya akan narkoba, Hendy melakukan berbagai pencurian hingga suatu saat
ia akhirnya tertangkap.
"Saya bilang sama istri saya kalau saya mau
lepas dari narkoba. Jadi biarin saja saya dipenjara, siapa tahu selama beberapa
bulan di penjara saya bisa lepas dari narkoba. Tapi setelah saya keluar dari
penjara, saya tidak ada penyesalan. Satu hari saya keluar dari penjara, saya
langsung cari telephone umum dan hubungi bandar narkoba."
Setelah berusaha dengan segala cara, namun tidak
berhasil lepas juga, Hendy akhirnya membuat kesimpulan bahwa narkoba itu adalah
hidupnya. Ia tidak mungkin bisa lepas lagi. Hingga akhirnya ia pulang kembali
ke Indonesia, namun ia menemukan bahwa kini tidak seorangpun yang peduli pada
dirinya.
"Waktu itu pikirnya udah mau mati aja,
harapan terakhir udah ngga ada. Tapi saat itu sepertinya Roh Kudus lembutin
hati saya. Saya berpikir daripada mati, kenapa saya tidak coba rehabilitasi
saja. Siapa tahu disana benar-benar bisa nolong saya."
Diawal berada di panti rehab, Hendi sempat
pesimis. Menurutnya ia sama saja seperti dipenjara. Namun ditengah-tengah
keragu-raguannya, Hendi mengikuti ibadah yang dilakukan dalam rehabilatisi
tersebut.
"Waktu ikut ibadah itu, saya pikir akan
membosankan. Tapi waktu saya duduk disana, saya gabung sama mereka, saya
merasakan sesuatu yang saya tidak dapat di luar. Saya merasakan damai
sejahtera. Selain itu saya merasakan ada seorang pribadi yang tidak kelihatan
tapi sayang sama saya, duduknya di sebelah saya. Dia selalu bilang, "Saya
sayang sama kamu!" Itulah yang selalu saya rasakan."
Di ibadah itu, Hendy mulai merasakan kehadiran
Tuhan. Ketika ia menyanyi dan meninggikan nama Tuhan, ia menangis seperti anak
kecil karena merasakan kasih Tuhan yang besar dalam hidupnya. Ia kini
mendapatkan kasih yang selama ini dicarinya, kasih yang ia tidak pernah rasakan
dari orangtuanya.
"Mulai hari itu saya mengakui,
"Ternyata Tuhan, Engkau itu ada..Mulai hari ini saya mau ikut Tuhan. Tuhan
tolong jamah hati saya." Disitu pemikiran saya mulai berubah."
Saat itu ada satu hal yang masih mengganjal di
hati Hendy, mungkinkah Tuhan mengampuni semua dosa yang telah diperbuatnya?
"Tapi banyak dari saudara-saudara yang ada
di sini (tempat rehab – red) yang menguatkan. Mereka bilang, "Tuhan bukan
hanya mengampuni dosa, tapi Dia lupain semua karena sayang sama kamu.. dan Dia
bisa mengubahkan hidup kamu jadi baru, mengubah yang jelek jadi yang baik asal
kamu hidup di dalam Tuhan." Disitu saya baru ngeh, ternyata Tuhan
bisa."
Perubahan yang sangat besar dalam diri Hendy
membuat istrinya Mickey sangat bahagia bahkan hampir tidak percaya. Setiap kali
Mickey mengunjungi suaminya, ia selalu mendengar bagaiman karya Tuhan Yesus
dalam hidup Hendy.
"Dia selalu bilang kalau percaya Yesus akan
mendapatkan hidup kekal," demikian tutur Mickey. "Disitu pelan-pelan
saya menyadari bahwa dalam hidup ini tidak ada yang lebih penting selain
Yesus."
Selama satu tahun Hendy berada di tempat
rehabilitasi tersebut, dan ia pun telah melepaskan pengampunan kepada
orangtuanya yang terlalu sibuk sehingga kurang memberikan perhatian dan kasih
sayang padanya. Kini, Hendy telah memulai lembaran kehidupan baru bersama
Mickey dalam pimpinan Tuhan Yesus Kristus.
"Saya sekarang merasa berguna, Tuhan bilang
bahwa saya adalah pribadi yang mulia dan Tuhan punya rencana bagi hidup saya.
Dan sekarang saya bangga bisa jadi pelayan Tuhan," demikian ungkap Hendy
menutup kesaksiannya.
Sumber Kesaksian :
Hendy Yefta
sumber:http://www.jawaban.com/index.php/spiritual/detail/id/9/news/110404134007/limit/0/Kisah-Nyata-Handy-Yefta-Pria-yang-Tak-Bisa-Lepas-Dari-Narkoba.html