Tanggal 1 Maret 2008 akan selalu
menjadi hari yang menancap dalam ingatan Terry Caffey untuk selama-lamanya.
"Pada pukul 3 dinihari, saya dan
Penny (istri Terry, red) terbangun oleh suara gagang pintu yang
menghantam alat pengering di ruang laundry yang berada di samping kamar kami.
Dalam waktu sekejap, tembakan mulai meletus. Itu adalah suara terkeras yang
pernah Anda bayangkan," ungkap Terry saat memulai kesaksiannya.
Salah seorang tetangga Terry
menghubungi layanan darurat 911. Tapi malam itu, Terry kehilangan semua yang ia
mliki. Di pagi dini hari, saat Terry dan Penny beranjak tidur di rumah mereka
di daerah pedesaan dekat Emory, Texas, dua orang pria memasuki rumah mereka dan
mulai menembak.
"Saya mengalami beberapa rentetan
peluru di atas lengan dan bahu saya. Dan peluru itu juga telah meledakkan
telinga kiri saya. Tembakan itu akan selalu menjadi tembakan yang meledakkan saya
di tempat tidur," kisah Terry.
Para penyusup itu membunuh Penny dan
kedua putra mereka, Matthew dan Tyler, dengan tembakan senjata mereka. Mereka
menembak Terry sebanyak lima kali, lalu membakar rumah itu. Saat api mulai
mengamuk di sekelilingnya, Terry mendapatkan kembali kesadarannya.
"Pertama kali ketika saya
menyadari bahwa saya tidak dapat menyelamatkan Penny, saya merangkak menuju ke
hutan di belakang rumah. Rumah yang terdekat berada sekitar 365 meter jauhnya.
Itu adalah rumah keluarga Tommy dan Helen Gaston. Saya tahu jika saya mati saat
itu, bisa jadi para pelaku akan melarikan diri. Seseorang harus memberitahu
siapa yang telah melakukan semua ini," ungkap Terry.
"Yang saya ingat hanyalah
mendengar suara ketukan di pintu. Saya membuka pintu dan berkata, "Terry,
apa yang terjadi?" Dan pertanyaan saya yang pertama adalah bagaimana
dengan Penny dan anak-anak? Dan Terry hanya mengatakan mereka semua telah
mati," kisah Tommy Gaston mengenang tragedi pada dinihari itu.
Pria muda yang menembaki Terry dan
keluarganya malam itu adalah Charlie Wilkinson, mantan pacar dari putri Terry
yang berusia 16 tahun, Erin. Setelah Terry dibawa ke rumah sakit setempat,
Terry baru mengetahui bahwa Erin masih hidup.
"Saat saya mendengar bahwa Erin
masih hidup, saya kembali mendapatkan sebuah pengharapan bahwa mungkin dia
membutuhkan saya dan saya pun membutuhkannya. Mungkin bersama-sama kami dapat
mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa yang salah dan kenapa semua ini
bisa terjadi," ungkap Terry.
Namun harapan itu segera hancur. Tak
lama berselang, kakak Terry mengatakan kepadanya bahwa Erin telah ditangkap
atas keterlibatannya dalam pembunuhan itu.
"Ketika saya mendengar hal itu,
hati saya langsung hancur berkeping-keping. Saya ingat bagaimana saya mengamuk
di rumah sakit dan mencabut semua peralatan yang melekat di tubuh saya,"
kisah Terry.
Berita penembakan dan pembunuhan
keluarga Terry telah mengguncang lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka yang
mengenal Erin mengatakan bahwa Erin adalah seorang anak yang pendiam dan
pemalu. Seorang siswi yang baik dan menjadi penyanyi pada paduan suara gereja Miracle
Faith Baptist. Namun Erin mulai berubah sejak berpacaran dengan Charlie
Wilkinson.
"Semenjak berpacaran dengan
Charlie, kami mulai melihat keanehan pada diri Erin. Dia mulai berpakaian tidak
sebagaimana biasanya, hal-hal yang dulu menjadi minatnya kini tidak lagi
membuatnya tertarik, dia juga kehilangan senyum di wajahnya. Erin sepertinya
mulai menjaga jarak dengan kelompok pemuda gerejanya dan juga tidak mau lagi bernyanyi
di gereja," ungkap Terry mengenai kejanggalan yang terlihat pada Erin
putrinya setelah berhubungan dengan Charlie.
Suatu hari Erin meninggalkan komputer
dalam keadaan menyala dan Penny melihat blog pribadi Charlie yang berisi sumpah
serapah serta gaya hidup yang mengarah pada alkohol dan seks. Terry dan Penny
pun meminta putri mereka untuk tidak menemui pria itu lagi.
"Erin menundukkan kepalanya dan
mulai menangis. Dia berkata, "Papa, saya sudah ingin mengakhiri hubungan
dengannya beberapa kali, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya," kisah
Terry.
Namun beberapa orang teman berkata
bahwa Erin dan Charlie mulai merencanakan untuk melarikan diri atau membunuh
kedua orangtua Erin agar mereka dapat bersama kembali. Mereka kemudian menemui
dua orang remaja lainnya, Charles Wade dan kekasihnya Bobbie Johnson, untuk
menemani mereka. Dalam waktu singkat, pada tanggal 1 Maret 2008 setelah mabuk
berat, mereka berempat memutuskan untuk menjalankan rencana-rencana mereka.
"Saya tidak ragu sedikitpun di
benak saya bahwa ada kehadiran roh jahat yang kejam di rumah saya pada dinihari
itu," ungkap Terry.
Terry akhirnya keluar dari rumah sakit
dan mulai menata hidupnya kembali. Terry membaca kitab Ayub berkali-kali
mencoba menemukan makna di balik tragedi ini. Suatu hari, Terry kembali ke
lokasi rumahnya terdahulu untuk menyelamatkan kenangan-kenangan terakhir yang
masih tersisa. Saat berjalan di antara puing-puing rumahnya, sesuatu menarik
perhatian matanya. Selembar halaman dari sebuah novel, Blind Sight, yang
ditulis oleh penulis Kristen, James Pence. Namun Terry percaya bahwa itu adalah
surat dari Tuhan.
"Saya berdiri di atas puing-puing
debu dari tempat itu, tempat dimana saya pernah menyebutnya rumah dan
membesarkan tiga orang anak. Saya begitu marah dan berkata, "Tuhan,
mengapa Engkau mengizinkan semua ini terjadi? Bagaimana mungkin Engkau bisa
membiarkan hal seperti ini terjadi? Mengapa saya masih dibiarkan hidup? Saya
benar-benar tidak memahami semua ini."
Dan tidak berapa lama setelah saya
mengucapkan doa itu, saya menengadah ke atas dan kira-kira 1,5 meter jauhnya,
saya melihat selembar kertas tersangkut di kaki sebuah pohon. Saat saya
membacanya, tulisan yang tertera di dalamnya sama dengan kata-kata yang baru
saja saya sampaikan kepada Tuhan. Kertas itu bertuliskan, "Saya tidak
dapat mengerti mengapa Engkau mengambil keluargaku dan meninggalkanku berjuang
tanpa mereka. Dan saya mengira bahwa saya masih belum benar-benar memahami hal
itu. Namun saya percaya bahwa Engkau berdaulat, Engkau yang memegang kendali."
Dan saat saya membaca kata-kata itu, saya pun jatuh berlutut dan mulai menangis
kepada Tuhan. Tuhan baru saja mengirimkan pesan kepada saya," ujar Terry.
Untuk pertama kalinya semenjak
pembunuhan itu, Terry dapat merasakan kedamaian.
"Pada dasarnya Tuhan seperti
berkata kepada saya, "Terry, saya tidak akan memberikan jawaban atas semua
pertanyaanmu saat ini. Kamu mungkin saja tidak akan pernah mendapatkan semua
jawabannya." Namun yang Tuhan katakan selanjutnya adalah, "Terry, Aku
telah menaruh hidupmu di dalam tangan-Ku."" ungkap Terry saat
mengisahkan titik balik dalam hidupnya akibat tragedi yang menimpa keluarganya.
Pada saat pemeriksaan menjelang
pengadilan, Terry tahu bahwa ia harus mengampuni Erin, putrinya, dan juga
ketiga temannya yang telah membunuh keluarganya.
"Tentu saja mereka saling
menyalahkan satu sama lain. Tim investigasi mengatakan bahwa Erin adalah otak
utamanya, dialah penjahatnya. Namun, hal tersebut tidak lagi menjadi masalah
bagi saya sebab saya telah memilih untuk mengampuni mereka. Dan pengampunan
memang tidak selalu mudah untuk dilakukan," ungkap Terry.
Terry bahkan mencoba mengajukan petisi
pada pengacara agar kasus ini tidak menjatuhkan hukuman mati pada para
pelakunya. Keempat remaja tersebut dinyatakan bersalah dan menerima hukuman
seumur hidup atas keterlibatan mereka. Saat hari pembacaan hukuman bagi Erin
tiba, Terry berdiri di samping putrinya itu.
"Saya hanya menunjukkan kepadanya
akan kuasa Tuhan, apa yang Tuhan dapat lakukan dalam hidupmu jka kamu taat
kepada-Nya dan mengizinkan-Nya bekerja dalam hidupmu," ujar Terry.
Terry telah menikah kembali dan saat
ini melayani Tuhan sepenuh waktu. Terry merasa bahwa Tuhan telah memulihkan apa
yang telah dicuri oleh si jahat. Keterangan Terry mengenai pembunuhan itu, Terror
By Night, telah ditulis dan diterbitkan dalam bentuk sebuah buku oleh James
Pence.
"Pada saat tidak ada yang masuk
akal di dalam hidup ini, Tuhan akan senantiasa baik setiap saat. Saat rasa
sakit tampaknya terlalu berat untuk dipikul, Tuhan akan senantiasa baik setiap
saat. Pada saat dunia berputrar di luar kendali kita, Tuhan akan senantiasa
baik setiap saat. Kita tahu bahwa Tuhan akan membuat segala sesuatunya bekerja
untuk membawa kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya, bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan. Setiap saat Tuhan itu baik
adanya," ujar Terry menutup kesaksiannya.
Sumber Kesaksian:
Terry
Caffey
sumber:http://www.jawaban.com/index.php/spiritual/detail/id/9/news/111205145658/limit/0/Demi-Sang-Pacar-Putriku-Membunuh-Ibu-Dan-Kedua-Adiknya.html