Tiap layanan jadi prioritas utama. Dari mulai permintaan
pelacur sampai tempat perhelatan bisa sesuai kehendak para anggota. Semua serba
mewah dan eksklusif.
Will, salah satu penggagas, mengaku biasa memesan pelacur
melalui mucikari langganannya. Sudah menjadi pelanggan eksklusif, apa pun jenis
perek diminta selalu diamini.
Urusan fulus belasan juta digelontorkan cuma buat wanita
penghibur syahwat. "Kita punya orang sendiri buat suplai wanitanya. Harus
sesuai keinginan, kalau beda bisa dibalikin tuh perempuan," kata Will
kepada merdeka.com pekan lalu di Jakarta.
Untuk mengusir kejenuhan, tema pakaian pelacur dibuat
berbeda saban kali pesta seks digelar. Mulai berseragam tentara, sekolah sampai
pakaian kantoran.
"Kadang kalau bosan kita pakai tema pakaian saja, bisa
lucu juga," ujarnya. Pakaian juga bisa mempengaruhi sensasi mengadu
syahwat tiap peserta grup seks itu.
Selain itu, mereka juga tidak bergantung pada satu tempat
hiburan semata untuk mengadakan pesta seks. Lokasinya bisa berganti sesuai
kesepakatan anggota. Will dan kelompoknya pernah mengadakan acara di Puncak,
Bogor, Jawa Barat, sampai menyewa satu pulau di Kepulauan Seribu, Jakarta
Utara.
Bahkan tahun lalu Will dan kawanannya terbang ke Belanda
hanya untuk melakukan pesta seks dengan pelacur asli negeri Tulip itu.
"Pernah juga, anak-anak lagi bosan, mau cari suasana baru," ujarnya.
Biasanya mereka bertukar informasi soal wanita pemuas
syahwat melalui sesama grup seks di situs dengan tema pelacur berbeda. Tapi dia
tidak mau memberitahu nama situs itu.
Will memperkirakan ada banyak kelompok seks di luar sana.
Apalagi dari pantauannya di situs khusus itu sangat ramai. Beberapa mempunyai
kesepakatan dalam menikmati pelacur sesuai tema masing-masing, terutama
bercinta beramai-ramai.
sumber:http://www.merdeka.com/khas/kaum-jetset-pemburu-birahi-komunitas-seks-bebas-3.html